Selasa, 15 Maret 2011

macam macam tanah

 1.  TANAH ORGANOSOL

•         Mengandung paling banyak bahan organik, tidak mengalami perkembangan profil, disebut juga tanah gambut.

•         Bahan organik ini terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi, tetapi belum mengalami mineralisasi.

•         Tanah ini kurang subur. Tanah ini belum dimanfaatkan, tetapi dapat dimanfaatkan untuk persawahan.

•         Penyebarannya di Sumatera sepanjang pantai Utara, Kalimantan dan Irian Barat/Papua.



TANAH LITOSOL

•         Litosol, yaitu tanah yang baru mengalami pelapukan dan sama sekali belum mengalami perkembangan tanah.

•         Berasal dari batuan-batuan konglomerat dan granit, kesuburannya cukup, dan cocok dimanfaatkan untuk jenis tanaman hutan.

•         Penyebarannya di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku Selatan dan Sumatera.


TANAH ALLUVIAL

•         Aluvial ialah tanah muda yang berasal dari hasil pengendapan.

•         Sifatnya tergantung dari asalnya yang dibawa oleh sungai.

•         Tanah aluvial yang berasal dari gunung api umumnya subur karena banyak mengandung mineral. Tanah ini sangat cocok untuk persawahan.

•         Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai, seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.



   4. TANAH REGOSOL

              
    Regosol Aluvial                           Regosol Marine


•         Regosol, belum jelas menampakkan pemisahan horisonnya.

•         Tanah regosol terdiri dari: regosol abu vulkanik, bukit pasir, batuan sedimen, tanah ini cukup subur.

•         Jenis tanah latosol terdiri dari ; latosol merah kuning, cokelat kemerahan, cokelat, cokelat kekuningan.

•         Tanah ini cocok dimanfaatkan untuk pertanian padi, palawija, kelapa, dan tebu.

Penyebarannya di sekitar lereng gunung-gunung berapi

   5. TANAH MERAH

•         Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim.

•         Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

•         Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.



   6. TANAH ANDOSOL

•         Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi.

•         Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
     TANAH ANDOSOL

    * Berwarna hitam
    * Tekstur geluh hingga debu
    * Struktur remah
    * Konsistensi gembur
    * Mengandung bahan organik
    * Daya ikat air dan daya serap air tinggi
    * Permeabilitas tinggi
    * Terdapat di dalam endapan vulkanik, terutama di puncak pegunungan curam yang tetap dilindungi hutan (Jawa, Sumatera)
    * Pemanfaatan untuk perkebunan kina, teh dan kopi, sayuran, kentang, dll






Ciri-ciri :
A. Tanah yang baru berkembang
B. Belum ada perkembangan horison tanah
C. Meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk
D. Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru

Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo. Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi (misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.

  7.  TANAH LATOSOL

    * Latosolisasi: proses pembentukan tanah latosol (merah); dengan syarat daerah memiliki suhu dan curah hujan yang tinggi
    * Keterdapatan di daerah iklim humid-tropik tanpa bulan kering hingga subhumid dengan musim kemarau agak lama
    * Meluas di daerah iklim tropik hingga iklim basah tropik dengan CH 2.500-7.000 mm/th
    * Bervegetasi hutan basah sampai sabana
    * Bertopografi dataran, bergelombang hingga pegunungan
    * Umumnya bahan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku
    * Meliputi tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan intensif
    * Telah mengalami pencucian unsur-unsur basa, bahan organik dan silika
    * Tekstur lempung hingga geluh, struktur remah hingga gumpal lemah, dan konsistensi gembur
    * Tersebar di seluruh pulau di Indonesia, kecuali Nusa Tenggara dan Maluku Selatan

Tanah Latosol Berdasarkan Warna

   1. Latosol merah; terdapat di Pasekaran Pekalongan Jateng
   2. Latosol merah kekuningan; terdapat di Cibinong
   3. Latosol coklat kemerahan; terdapat di Citajam Bogor
   4. Latosol coklat; terdapat di Kanjana Bogor
   5. Latosol coklat kekuningan; terdapat di Sukamahi Bogor
   6. Latosol merah ungu; terdapat di Pleihari Kalsel

Tanah Latosol Berdasarkan Sifat Humus

   1. Low Humic Latosol; dengan horizon A1 sangat lemah, pH 6-7, terdapat di tempat tinggi < 2.000 feet, curah hujan < 40 inci/th, bulan kering nyata, vegetasi rumput pendek, kaktus dan algaroba
   2. Humic Latosol; horizon A1 mengandung banyak bahan organik, pH < 5, terdapat di tempat tinggi hingga 2.500 feet, curah hujan 40-100 inci/th, vegetasi hutan lebat yang pendek
   3. Ferruginous Humic Latosol; di horizon A terkumpul mineral resisten seperti magnetit, ilmenit yang cenderung membentuk kerak dengan pH asam hingga pH 6
   4. Hydrol Humic Latosol; horizon A1 kelabu, terdapat di daerah tinggi, curah hujan 150-350 inci/th tanpa bulan kering, vegetasi hutan lebat



2. Inceptisol



Ciri2 :
A. Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
B. Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
C. Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan)

3. Ultisol



Ciri-ciri :
A. Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
B. Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
C. Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
D. Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.

TANAH MERAH

•         Latosol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan intensif, warna tanah tergantung susunan bahan induknya dan keadaan iklim.

•         Latosol merah berasal dari vulkan intermedier, tanah ini subur, dan dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan.

•         Penyebarannya di seluruh Indonesia, kecuali di Nusa Tenggara dan Maluku Selatan.


4. Oxisol

 

Ciri-ciri :
A. solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
B. kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut
C. adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
D. susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat
E. mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.

5. Vertisol / grumusol



Ciri-ciri :
A. Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
B. Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar airnya
C. Bahan induk basaltic atau berkapur
D. Mikroreliefnya gilgei
E. Konsistensi luar biasa plastis
Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.Kandungan bahan organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah.

9. TANAH GRUMUSOL/VERTISOL



    * Warna tua/kelam
    * Tekstur lempung
    * Struktur atas granuler, struktur bawah gumpal atau pejal
    * Konsistensi liat tinggi
    * Koefisien kembang kerut tinggi
    * Bahan induk adalah batu kapur, batu napal, tuff, endapan aluvial, dan abu vulkanik
    * Topografi agak bergelombang hingga berbukit dengan CH < 2.500 mm/th
    * Solum tanah dalam (+ 75 cm)
    * Peka terhadap erosi dan bahaya longsor

Macam Tanah Grumusol

   1. Grumusol pada batu kapur dan batu kapur bernapal: perkembangan dipengaruhi struktur batu kapur dan kadar lempung
   2. Grumusol pada marls, calcareous shales dan batu loam: terdapat di Madura
   3. Grumusol pada sedimen tuff tertier: terdapat di Gunungkidul
   4. Grumusol pada lahar: terdapat di lembah dan kaki pegunungan
   5. Grumusol endapan aluvial: terdapat di dataran aluvial dengan iklim sesuai untuk endapan vulkan dan napal halus
   6. Grumusol bergaram: terdapat di Jawa Timur dengan iklim sangat kering; Nusa Tenggara



6. Histosol /gambut



Ciri-ciri :

A. Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.
B. Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5)
Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus.
Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.
Gambut Pangandaran, sebelah selatan Rawa Lakbok juga bersifat eutrof dan topogen.







a. Tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk dari material harus hasil pengendapan aliran sungai di dataran rendah atau lembah. Tanah aluvial ini terdapat di pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, dan di sepanjang Sungai Barito, Mahakam, Musi, Citarum, Batanghari, dan Bengawan Solo.

b. Tanah andosol adalah tanah yang berasal dari abu gunung api. Tanah andosol terdapat di lerenglereng gunung api, seperti di daerah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, dan Minahasa. Vegetasi yang tumbuh di tanah andosol adalah hutan hujan tropis, bambu, dan rumput.

c. Tanah regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang barn diendapkan dan tanah pasir terdapat di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

d. Tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari batu kapur yang mengalami pelapukan. Tanah kapur terdapat di daerah perbukitan kapur Sumatra Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang dapat hidup di daerah kapur adalah palawija, steps, savana, dan hutan jati atau hutan musim.

e. Tanah litosol adalah tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini jugs disebut tanah azonal. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah rumput ternak, palawija, dan tanaman keras.

f. Tanah argosol atau tanah gambut adalah tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan rawa yang mengalami pembusukan jenis tanah ini berwarna hitam hingga cokelat.Tanah jenis ini terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Tanaman yang clapat tumbuh di tanah argosol adalah karet, nanas, palawija, dan padi.

Tanah grumusol atau margalith adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur, tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, NusaTenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, kapas, tembakau, dan jati.

h. Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warns tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.


sinopsis cinderella stepsister

Sinopsis


Cinderella Sister Drama Synopsis Episode 1 *part 1*

Di sebuah rumah kecil, seorang gadis remaja sedang memasak. Dialah Song Eun Jo. Dia tetap diam saja meski ada suara teriakan orang dewasa yang terdengar. Seorang anak laki-laki bergabung dengannya, Han Jung Woo. Kemudian Eun Jo duduk dan menikmati makanannya. Tapi Jung Woo diam saja. Eun Jo kemudian menjelaskan kalau dia tidak tahu apa nanti bakal bisa makan lagi. Jung Woo mengerti. Dia segera menyantap makanannya.

Teriakan tadi datang dari ibu Eun Jo dan ayah Jung Woo. Mereka bertengkar dan ayah Jung Woo baru saja memukul ibu Eun Jo, Kang Sook untuk yang terakhir kalinya sebab wanita ini sudah tidak tahan lagi dan ingin pergi. Ayah Jung Woo bersikeras menginginkan agar dia tidak pergi.

Pertengkaran itu berubah menjadi brutal. Ketika Kang Sook memanggil putrinya, Eun Jo dan Jung Woo segera berlarian ke ruangan itu dan melihat kalau Kang Sook sedang diancam dengan memakai sebuah tongkat pemukul baseball. Eun Jo menjatuhkan pria mabuk itu dan Jung Woo melempar tongkat itu keluar.

Kemudian Eun Jo menggenggam tangan ibunya dan mengajaknya turun bukit. Ayah Jung Woo yang mabuk mencoba mengejar mereka. Ketika sampai di bawah bukit, ayah Jung Woo sekali lagi berteriak agar ibu Eun Jo tidak pergi. Jung Woo sendiri berteriak agar mereka segera kabur dan memulai kehidupan baru. Dia bahkan menjatuhkan ayahnya saat mencoba mengejar lagi.

Eun Jo perlu waktu lama buat meyakinkan ibunya agar mau naik kereta. Kang Sook berteriak kalau mereka tidak punya tempat tinggal dan menyuruh supir taksi untuk kembali. Eun Jo mengatakan kalau sudah tidak ada lagi yang tertinggal disana dan menambahkan kalau ibunya ingin cincin berlian itu dan tidak sempat mengambilnya tadi, Eun Jo sudah menangani hal itu. Kang Sook segera berubah menjadi senang dan menyuruh supir taksi ke stasiun kereta.

Ayah Jung Woo sudah menyembunyikan cincin itu di suatu tempat namun dia tahu benda itu sudah hilang. Dia mengirim orang untuk mengejar Kang Sook dan putrinya.

Ketika akan siap berangkat, Eun Jo memperhatikan ada preman yang ikut naik. Ibunya sedang tidur jadi coba dibangunkannya. Dia akhirnya mendapat ide untuk kabur saja tanpa ibunya. Toh, ibunya sering lolos dari kejaran orang. Namun, Eun Jo kembali berubah pikiran. Dia kembali dan membangunkan ibunya yang kaget melihat orang-orang kiriman suaminya.
(sinopsisnya masih berlanjut.!! )


Orang-orang itu melihat mereka ketika mencoba menerobos kerumunana siswa di bagian belakang kereta. Mereka akhirnya bersembunyi di toilet terpisah. Di toilet tempat Eun Jo bersembunyi sudah ada orang. Jadi dia membekap gadis yang disana dengan tangannya. Gadis itu adalah Gu Hyo Sun.

Inilah hidup Hyo Sun. Seseorang sedang bekerja keras di tempat pembuatan anggur beras. Dialah Hong Ki Hoon. Hyo Sun muncul dihadapannya dan menanyakan kenapa dia tidak menjawab telponnya. Kemudian gadis itu berkata kalau dia sudah kehilangan sesuatu paling berharga, sebuah cincin. Dia lupa sudah meletakkannya dimana. Dia bisa celaka kalau tidak bisa menemukannya.

Ki Hoon sudah terbiasa dengan hal kayak begini dan mengingatkan Hyo Sun kalau semuanya akan baik-baik saja. Saat Ki Hoon mengantarnya ke sekolah, dia sudah kembali tenang. Sekali lagi Hyo Sun menegaskan kalau Ki Hoon adalah miliknya. Namun, Ki Hoon berkata jika dia bisa saja dipecat kalau ada yang mendengar perkataannya barusan. Hyo Sun malah berkata: “Karena kau adalah milikku, jadi jangan memikirkan orang lain.”

Hyo Sun mendapat kunjungan di sekolahnya. Kang Sook sedang menunggunya di pintu masuk. Sebelum tertangkap oleh orang-orang kiriman suaminya, Eun Jo menyerahkan cincin itu pada Hyo Sun. Sekarang, keresahan Hyo Sun pada cincin yang hilang masuk akal. Dia mengajak Kang Sook pulang ke rumahnya.

Ketika sampai dirumah, mereka disambut oleh dua wanita yang sedang khawatir. Ayah Hyo Sun, Gu Dae Sung, sedang marah. Dan orang yang bisa menenangkannya adalah Hyo Sun. Jadi dia berlari ke dalam rumah dan menemukan ayahnya sedang marah-marah pada perkerja yang tidak becus bekerja.

Hyo Sun segera meminta ayahnya untuk menenangkan diri dengan mengatakan kalau para pekerja itu adalah kawan-kawan ayahnya. Dia juga berpura-pura terisak. Dae Sung akhirnya tenang. Kang Sook menyaksikan semua ini dengan ketidakpastian. Dua ibu-ibu tadi mengatakan kalau Dae Sung tidak seperti ini ketika istrinya masih hidup. Mendengar semua itu dan harta kekayaan Dae Sung, Kang Sook jadi ingin tahu. Sementara itu, Hyo Sun berusaha keras mencari cincin itu.

Kang Sook sangat terluka saat sedang berjalan menuju rumah ini. Sekarang dia menenangkan diri dan mencoba bermanis-manis dengan dua wanita itu. Dia menawarkan diri untuk membantu pekerjaan disana. Dua wanita itu tidak tahu siapa Kang Sook dan memandanginya penuh curiga. Mereka menolak tawaran itu dan Kang Sook malah mendapat siraman air berbau amis!

Hyo Sun meminjamkan pakaian ganti pada Kang Sook dan karena tidak ada lagi yang tersisa, dia memberikan baju milik almarhum ibunya. Kang Sook sangat pas mengenakan pakaian itu. Dia mengingatkan Hyo Sun pada almarhum ibunya dan mulai menangis. Dia hanya bisa bilang kalau Kang Sook cantik dengan baju itu. Kang Sook terkejut melihat gadis itu menangis dan menepuk kepala gadis itu. Hyo Sun teringat akan sentuhan ibunya. Dia meminta Kang Sook melakukannya lagi. Dia bahkan dipeluk oleh Kang Sook.

Hyo Sun tiba-tiba ingat kalau sudah menyimpan cincin itu di salah satu tasnya. Dia bertanya pada pamannya dimana tas itu. Saat paman akan mengambilkannya, Hyo Sun malah meminta paman untuk menyembunyikannya.

Ketika mendengar Dae Sung memarahi putrinya karena sudah menghilangkan cincin seseorang, Kang Sook menjelaskan situasinya. Dia masuk ke kantor Dae Sung dengan hati-hati. Kang Sook yang mengenakan baju mantan istrinya, membuat Dae Sung terpana. Dia terkejut.

Dengan hati-hati, Kang Sook menjelaskan kalau Hyo Sun meminjamkan tas yang berisi cincinnya itu pada seorang teman. Hingga temannya itu kembali, maukah dia mengijinkannya tinggal disana dan memberinya pekerjaan.

Di rumah Jung Woo, Eun Jo menunggu ibunya dengan gelisah. Ayah Jung Woo yang mabuk percaya kalau Kang Sook pasti meninggalkannya lagi. Namun, Eun Jo bersikeras kalau ibunya pasti kembali. Laki-laki itu menantangnya: “Apa kau percaya pada ibumu? Apa kau percaya dia akan kembali hanya karena kau disini?” Eun Jo berkata kalau dia pasti kembali. Namun ada juga rasa takut kalau ibunya tidak akan pernah kembali.

Kembali ke rumah keluarga Gu. Hyo Sun berlari mencari Kang Sook dan mengatakan kalau tangannya terluka. Kang Sook mengobatinya dan Hyo Sun berusaha agar Kang Sook menepuk kepalanya lagi.

Kejadian ini disaksikan oleh beberapa pria yang melihat ikatan diantara mereka berdua. Paman Hyo Sun jelas tidak suka melihat ini. Kedua pria yang lain, Ki Hoon dan Dae Sung jelas terlihat bingung melihat ikatan antara Kang Sook dan Hyo Sun.

Malam itu, Kang Sook mulai melancarkan aksinya. Dia menyentuh kaos Dae Sung dengan alasan ada lubang kancing yang robek di baju Dae Sung. Kang Sook bisa merasakan ketertarikan pria itu. Namun, dia melakukannya dengan pelan-pelan.

Misalnya saja, Kang Sook bertanya dimana letak pasar karena akan membeli bahan untuk makan siang Hyo Sun. Dia bilang bisa berjalan saja. Namun tentu tidak akan begitu. Dae Sung mengeluarkan sepedanya dan menawari Kang Sook tumpangan. Awalnya Kang Sook menolak tapi akhirnya mau juga. Berkali-kali, Kang Sook memeluk pinggang Dae Sung karena guncangan sepeda.

Paman Hyo Sun yang tidak suka melihat perkembangan ini memberikan cincin itu pada Kang Sook. Ki Hoon mendekati Hyo Sun yang sedang menangis. Karena tidak ada alasan lagi untuk tinggal, Kang Sook harus pergi dan Dae Sung serta putrinya tidak bisa berbuat apa-apa.

Ki Hoon berkata pada Dae Sung bahwa dia kesal melihat Dae Sung yang tidak berbuat apa-apa. Dae Sung membiarkan Hyo Sun menderita lagi padahal baru saja dia mendapatkan kebahagiaannya. Dia menyuruh Dae Sung untuk mengejar Kang Sook ke stasiun kereta dan meminta wanita itu untuk kembali. Ki Hoon dan Hyo Sun bahkan sudah pergi lebih dulu ke stasiun. Dae Sung akhirnya bangkit dan mencari Kang Sook di pemberhentian bus, dimana wanita itu sedang menunggu bus.

Dae Sung berkata bagaimana mungkin dia meninggalkan Hyo Sun dan menggunakan putrinya sebagai alasan agar dia tetap tinggal. Kang Sook menjawab bahwa dia juga punya putri yang sangat memerlukannya. Jadi Dae Sung berkata kalau putrinya itu juga bisa tinggal bersamanya. Dia akan menjemputnya. Kemudian Kang Sook bertanya apakah dia melakukan hal ini murni karena keinginan Hyo Sun. Dae Sung lantas memeluknya.

Sudah berhari-hari sejak ibunya pergi. Jung Woo berkata kalau Eun Jo tidak perlu mengkhawatrikan segalanya karena dia akan menjaga Eun Jo. Ibunya sudah meninggalkannya dan tidak akan kembali lagi. Eun Jo bertanya apakah Jung Woo yakin pada hal itu. Dan dia bilang sangat yakin.

Jawaban ini membuat ekspresi Eun Jo mengeras. Namun detik berikutnya dia menyeringai. Dia mungkin tidak bisa meninggalkan ibunya tapi sekarang ibunya sudah meninggalkannya. Semua sudah jelas. Dia bebas. Dia kemudian berkemas-kemas. Jung Woo bersikeras agar dia tidak pergi. Hanya saja, Eun Jo menatapnya dengan garang.

Eun Jo mengabaikan permohonan Jung Woo agar tidak pergi. Saat sampai di pintu gerbang, Eun Jo berhenti. Ada dua orang pria disana dan bertanya padanya. Itu adalah paman Hyo Sun dan Ki Hoon. Eun Ji mulai berpikir.

Di dalam mobil, Ki Hoon mencoba berbicara dengan Eun Jo yang cemberut. Dia menatap laki-laki itu penuh curiga dan meminta ingin ke toilet. Ketika para pria itu menunggunya di luar gedung, Eun Jo lari lewat jalan belakang.

Ki Hoon-lah yang bertugas mengejar Eun Jo. Dia hampir berhasil namun hanya bisa menarik pensil di rambutnya yang mambuat rambut Eun Jo terurai. Dia menatap Ki Hoon dan membuat laki-laki itu terpesona. Dia berhenti mengejarnya. Karena melihat Eun Jo seperti sangat terluka.

Dengan cepat, Ki Hoon melanjutkan kembali pengejarannya dan kali ini dia berhasil menjatuhkan Eun Jo. Kemudian Ki Hoon malah berbaring di sampingnya. Mengingat perkataan Kang Sook kalau putrinya akan sulit dibujuk. Dia bertanya apa Eun Jo punya uang. Dia juga bilang kalau akan sulit bagi gadis seusianya untuk hidup sendiri. Akan tetapi, semuanya akan menjadi berbeda kalau dia sudah 20 tahun. Jadi kenapa Eun Jo tidak menunggu sedikit lagi.

Eun Jo tetap murung. Tapi anehnya, kalimat Ki Hoon merasuki jiwanya. Dia berpikir: “Aneh. Rasanya benar-benar aneh. Cara dia bicara, aku pasti akan percaya saja bila dia bilang bulan itu datar. Aku pasti sudah dirasuki setan!”

Di rumah Hyo Sun, Eun Jo dan ibunya bertengkar. Ibunya bilang bahwa kehidupan mereka kali ini akan berbeda. Dia melakukan ini untuk Eun Jo. Tapi Eun Jo berkata bahwa sebaiknya mereka hidup berdua saja. Eun Jo juga menuduh ibunya telah mengabaikannya dengan cara meninggalkannya dengan pria jahat. Mendengar ini, Kang Sook sangat khawatir dan bertanya apa pria itu melakukan sesuatu yang buruk padanya. Eun Jo bilang tidak, tapi takut pria itu akan melakukannya.

Eun Jo bilang bahwa dia akan pergi dari tempat itu. Tapi kang Sook menghentikannya dan berkata semuanya pasti akan berbeda. Dia juga bilang kalau Eun Jo bisa pergi ke sekolah lagi. Eun Jo takut mempercayai ibunya dan bertanya apa dia serius. Dia mereka diusir lagi, dia meminta ibunya untuk membiarkannya pergi.

Dae Sung mencoba berbicara pada Eun Jo. Dia bilang bahwa, bila Eun Jo punya keinginan, tinggal bilang saja. Dia berjanji akan mengabulkannya. Eun Jo kemudian berkata kalau dia tidak perlu janji. Dia tidak percaya pada janji dan meminta Dae Sung untuk segera menyekolahkannya.

Berikutnya, sebuah suara berteriak: “Hyo Sun pulang!” Dia masuk ke dalam ruangan itu dan melihat ada seseorang. Dia menyadari bahwa itu adalah orang yang membekapnya di dalam toilet. Mengabaikan tatapan menghina Eun Jo, dia berteriak: “Hai, Unni!”


Episode 2

Hyo Sun menunjukkan pada Eun Joo kamar mereka. Hyo Sun juga bahkan telah mempersiapkan segalanya untuk Eun Joo. Mulai dari lemari sampai baju tidur. Dan semuanya bernuansa pink dan ungu.

eun Joo jelas sekali merasa tidak nyaman dengan semua kemewahan itu. Dia sebelumnya belum pernah merasakan semua hal mahal. Bahkan waktu masuk ke dalam toilet, dia tidak tahu bagaimana mengoperasikan kran otomatis. Dia juga tidak nyaman pada Hyo Sun yang kaya dan memperhatikannya.

Eun Joo keluar dan menemui Ki Hoon yang sedang menikmati minuman. Dia senang melihat gadis itu dan tersenyum padanya ketika mengundangnya untuk bergabung. Eun Joo curiga dan bertanya apa mau Ki Hoon dengan tersenyum seperti itu. Ki Hoon tidak tahu bagaimana harus menjawab karena dia bahkan tidak sadar kalau sedang tersenyum. Jadi dia hanya bilang kalau ada banyak alasan tersenyum dan itu bukan berarti dia menginginkan sesuatu dari Eun

Eun Joo kabur, meninggalkan Ki Hoon yang terkejut dan terabaikan. Kemudian dia bernyanyi untuk dirinya sendiri. Di dalam suaranya ada sesuatu yang seolah-olah berbicara pada Eun Joo di saat gadis itu sedang menguping dari kejauhan.

Eun Joo dan Hyo Sun duduk di kelas yang sama meski Eun Joo sebenarnya lebih tua. Hyo Sun dan kawan-kawannya memberikan sambutan hangat pada si anak baru dan bertanya apakah mereka harus memanggilnya kakak. Eun Joo menjawab bahwa mereka lebih baik tidak memanggilnya sama sekali.

ementara itu, Ki Hoon mendapatkan kunjungan tidak terduga dari seorang penjahat yang berkendara motor. Penjahat itu memukul Ki Hoon yang membuatnya ambruk ke tanah. Dia juga mengancam Ki Hoon untuk berhenti ikut campur. Kemudian melemparkan beberapa foto yang menunjukkan kalau Ki Hoon sedang bekerja di pabrik keluarga Hyo Sun. Sebenarnya, Ki Hoon ini anak orang kaya.

Ketika dia sendirian sikap tenangnya menghilang. Dia merasakan marah selama bertahun-tahun karena dia adalah anak yang terbuang dan lari dari keluarganya. Hal inilah yang membuatnya terhubung dengan Eun Joo.

Kembali ke sekolah. Hyo Sun sangat senang karena mendapat kabar kalau orang tuany sudah kembali dari bulan madu. Eun Joo tidak bisa mengabaikan berita ini. Waktu Ki Hoon memintanya untuk pulang bersama, dia menolak. Hyo Sun kecewa namun Ki Hoon segera memberitahunya kalau gadis seperti Eun Joo tidak bisa dipaksa melakukan hal apapun. Saat Ki Hoon dan Hyo Sun berlalu, lagi-lagi Eun Joo melihat senyum di bibir Ki Hoon.

Seluruh kota menyambut pesta perkawinan Kang Sook dan ayah Hyo Sun. Kang Soo harus memberi hormat pada semua keluarga suami barunya. Paman Hyo Sun terlihat tidak setuju. Begitu pula dengan bibinya Dae Sung (ayah Hyo Sun). Setelah upacara, wanita tua itu bertanya tentang keberuntungannya pada Kang Sook. Untuk pertama kalinya juga, Kang Sook melihat tatapan Eun Joo di arah belakang.

Pada saat ini pula Hyo Sun menyadari tatapan aneh Ki Hoon pada Eun Joo. Dia segera berlari ke cowok itu. Namun, Ki Hoon ternyata tetap tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari Eun Joo. Hyo Sun sadar kalau dia bukanlah satu-satunya di hati Ki Hoon.


Kang Sook beristirahat karena kelelahan. Dae Sung masuk dan langsung memijat kaki istrinya. Kang Sook benar-benar merasa bak tuan putri. Dia juga terkejut oleh sikap Dae Sung itu. Tiba-tiba saja Hyo Sun masuk dan membuat Dae Sung beranjak pergi, membiarkan Kang Sook menjelaskan pada anak tirinya kalau harus mengetuk pintu dulu sebelum masuk.

Sementara itu, Eun Joo mencari sebuah ruangan untuk bersembunyi dan mengerjakan PR. Dia diganggu oleh percakapan antara Dae Sung dan bibinya, yang tidak suka pada kehadiran Kang Sook. Dia juga menyarankan agar pernikahan ini tidak usah diresmikan. Namun, Dae Sung berkata agar bibinya berhenti berkomentar dan menegaskan kalau Kang Sook dan Eun Joo adalah keluarganya sekarang.

Ini berita besar buat Eun Joo. Dia sudah terbiasa pada bibi yang cerewet dan tidak percaya. Tapi, Dae Sung berbeda. Dia bukan tipe pria yang akan melakukan kekerasan. Dia sabar dan setia. Eun Joo jadi penasaran.

Ki Hoon menemukan Eun Joo di tempat persembunyiannya. Dan ketika Eun Joo beranjak pergi, dia membalik sepatu gadis itu. Ki Hoon mengatakan kalau pestanya akan berlangsung lama. Dia juga menawarkan tempat untuk bersembunyi pada Eun Joo. Awalnya dia menolak tapi kemudian setuju juga.

Pestanya berlangsung sampai larut. Dae Sung begitu bangga melihat Hyo Sun memperkenalkan ibu barunya pada seluruh warga setempat. Hyo Sun terlihat sangat-sangat gembira.

Ki Hoon membawa Eun Joo ke tempat persembunyiannya di gudang anggur beras. Dengan tenang Eun Joo melanjutkan PR-nya. Cowok itu bahkan menawarkan meja dan kursi jadi Eun Joo tidak perlu meringkuk di pojok. Tentu saja, Eun Joo menolak tawaran itu. Dia mencemooh sikap dingin Ein Joo tapi tidak mengatakan apa-apa lagi.

Hyo Sun sudah mencari Ki Hoon dan Eun Joo kemana-mana. Akhirnya dia menemukan mereka di ruang penyimpanan. Dia melihat dari jendela dan langsung sadar kalau dia tidak ingin membagi Ki Hoon dengan siapapun.

Tapi, keesokan paginya Hyo Sun malah mengobrol seru dengan Eun Joo. Dia bercerita kalau di sekolah ada cowok yang tidak membalas sms-nya. Dia bertanya-tanya apakah sms itu tidak sampai. Apakah dia harus mengganti nomer hp-nya. Eun Joo mengatakan bahwa sms itu pasti sampai. Hanya saja, diabaikan. Hyo Sun awalnya tidak menerima penjelasan itu namun akhirnya berpikir bahwa itu mungkin saja terjadi.

Dalam perjalanan ke sekolah, mereka melihat cowok itu. Eun Joo mengobrol dengan cowok itu dan menanyakan kenapa dia tidak membalas sms Hyo Sun. dia juga berkata kalau sebaiknya bersikap jujur bila tidak menyukai Hyo Sun.

Hari itu, Hyo Sun sedang ada kelas tari dan dia menerima sms dari cowok itu. Dia pulang ke rumah sambil menangis dan mengatakan kalau cowok itu tidak mau mengiriminya sms lagi. Dia berterima kasih pada Eun Joo karena sudah membantu.

Ibu memeluk Hyo Sun yang sedang menangis dan Eun Joo memerhatikan dengan penuh cemburu. Ayah memperhatikan Hyo Sun dan sadar gadis itu pasti merasa kesal melihat hubungan antara ibu dan Hyo Sun.

Ayah memutuskan untuk mendekati Eun Joo. Jadi malam itu dia meminta gadis itu untuk menemuinya dan mengatakan kalau dia sudah bertemu dengan wali kelasnya yang mengatakan kalau Eun Joo sangat pintar. Dae Sung terlihat sangat tulus. Dia juga bertanya, Eun Joo ingin menjadi apa. Karena tidak ada jawaban, maka ayah berkata apakah dia ingin menjadi penari seperti Hyo Sun atau belajar piano.

Ayah berjanji akan membantu Eun Joo meraih impiannya dan dia benar-benar tulus. Eun Joo tidak bergerak. Tapi terlihat jelas kalau dia sebenarnya tersentuh sebab, meski ini bukan pertama kalinay ada yang manawarkan janji kosong padanya, tapi ini pertama kalinya ada yang bersikap tulus padanya. Ayah juga berkata kalau Eun Joo bisa bergantung padanya. Meski Eun Joo diam, tapi dia seperti terlihat akan memberi kesempatan.

Di kelas matematika keesokan harinya, guru membuat soal matematika di papan dan meminta seorang siswa untuk mengerjakannya. Hyo Sun dengan bangga mengumumkan Eun Joo untuk mengerjakan. Eun Joo mendongak memandangi gurunya dan menolak mengerjakan soal itu.

Hari itu, Eun Joo mencari ayah dan mengumumkan sesuatu. Eun Joo telah mengingat semua soal dan jawaban dari tes matematikanya. Tapi dia tidak tahu bagaimana cara mengerjakannya. Ayah bingung karena dia tahu nilai Eun Joo selalu tinggi. Eun Joo akhirnya menunjukkan semua hafalannya. Dia mengatakan kalau dia tidak tahu mengerjakan soal-soal itu karena sering tinggal kelas dan dia tidak tahu dasar matematika.

Eun Joo meminta guru les matematika. Ayah mau mencarikannya guru les matematika dan bahasa. Eun Joo berkata dia tidak perlu les bahasa. Dia yang terbaik di kelasnya. Tapi, ayah dengan lembut berkata kalau dia harus berbicara lebih sopan pada orang yang lebih tua. Eun Joo mengakuinya.

Eun Joo dan Hyo Sun sedang menunggu guru les mereka. Dan seperti biasa, Hyo Sun selalu mencoba mengajak Eun Joo ngobrol. Eun Joo diam saja. Tidak memedulikan Hyo Sun yang cerewet. Guru mereka datang dan ternyata itu adalah Ki Hoon. Eun Joo mencemooh dan Hyo Sun mengumumkan kalau Ki Hoon adalah guru les terbaik sebab dia adalah mahasiswa sebuah universitas top dan hanya bekerja disini sebagai pegawai paruh waktu.

Les dimulai. Hyo selalu mencari alasan agar tidak belajar. Sementara Eun Joo belajar dengan giat. Eun Joo bersikap ketus ketika bertanya pada Ki Hoon jadi dia memutuskan agar Eun Joo memanggilnya guru dan menggunakan kalimat resmi ketika sedang bicara. Eun Joo bangkit dan sudah akan meninggalkan ruangan. Tapi tidak jadi dan duduk lagi.

Eun Joo mau memanggil Ki Hoon guru namun dengan nada seperti memanggil ‘bajingan’. Dia juga berkata tidak akan meminta guru baru sebab Ki Hoon guru yang cukup pintar. Dia akan belajar serius sebelum waktunya habis. Ki Hoon bilang jika dia tidak suka nada bicara Eun Joo namun akan menerimanya sebagai awal perubahan gadis itu.

Ki Hoon bertanya apa yang dimaksud Eun Joo dengan waktunya yang hampir habis. Eun Joo menjelaskan kalau dia tidak tahu sampai kapan akan bertahan di rumah itu dan sebaiknya melakukan semua hal selagi bisa. Kemudian dia menangis.

Hyo Sun tidak bisa menemukan Eun Joo dan Ki Hoon dimana-mana, jadi dia berlari ke ayah dan ibu untuk memberitahu hal ini. Kang Sook dengan cerdas memanfaatkan momen ini untuk menipu Dae Sung. Dia mengatakan kalau beberapa anak sering mengolol-olok Eun Joo karena punya nama keluarga yang berbeda dengan Hyon Sun. hal ini adalah akibat dari belum sah-nya perkawinan mereka.

Ki Hoon menemukan Eun Joo di gudang anggur. Dia duduk di samping Eun Joo dan mengatakan kalau dirinya juga sama seperti Eun Joo. Dia tidak memperlakukan gadis itu seperti anak kecil dan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja.



Hyo Sun menemukan Ki Hoon dan Eun Joo kembali melanjutkan les. Dia bergabung dan mencoba merasa di terima. Dia mulai bertanya tapi Ki Hoon mengabaikannya. Hyo Sun sadar pada hubungan diantara Ki Hoon dan Eun Joo dan merasa terperangkap bersama mereka disana.

Keesokan harinya Hyo Sun mencoba mendapatkan perhatian Ki Hoon. Tapi terlihat jelas kalau perhatian Ki Hoon tidak bisa lepas dari Eun Joo. Hyo Sun kecewa dan cemburu pada hubungan antara kedua orang itu.

Ki Hoon mendapat kunjungan lagi. Kali ini dari kakaknya. Dia meminta Ki Hoon untuk segera pergi dan berhenti mengahncurkan nama baik keluarganya. Dia juga menawarkan akan memberika uang pada Ki Hoon bila mau pergi dan meneruskan kuliah di luar negeri saja. Yang jelas, dia tidak boleh ada di kota itu lagi.

Ki Hoon berkata kalau dia tidak perlu uang kakaknya. Dia mengucapkan terima kasih dan dia tidak akan menandatangani apapun. Dia akan menjalani hidupnya sesuai dengan keinginannya.

Ki Hoon merenung di ruang menyimpanan anggur. Dia berkata hanya anggur beras itu temannya. Tapi kemudian dia melihat pensil rambut Eun Joo dan menambahkan kalau gadis itu juga temannya.

Ki Hoon pergi berbelanja untuk membelikan Eun Joo pensil rambut yang baru untuk mengganti pensil rambut yang lama itu. Ada interaksi aneh antara Ki Hoon dan penjualnya. Dia segera pulang dan tak sabar ingin menghadiahi Eun Joo sesuatu.

Di bagian lain kota, Kang Sook sedang menunggu dengan gelisah saat Dae Sung meresmikan pernikahan mereka dengan mendaftarkannya ke negara. Dia kemudian terlihat sangat tidak percaya dan gembira saat melihat document resmi itu. Dia menangis dan menyelamati dirinya.

Hyo Sun dan Eun Joo sampai di rumah pada malam hari. Hyo Sun sedang mabuk dan tahu dari Eun Joo kalau ibu berbohong soal ejekan yang diterima Eun Joo karena nama keluarga mereka. Hyo Sun masih mabuk dan ingin bertanya pada ibu tentang hal tersebut. Dia akan segera melakukannya ketika ayah dan Ki Hoon tiba. Cowok itu menyembunyikan hadiah buat Eun Joo di belakang punggungnya.

Eun Joo tidak mau terganggu karena hal itu jadi dia mneggoyangkan tangan Hyo Sun. Karena masih mabuk, jadi dia jatuh ke tanah. Meski, hal itu bukan salah Eun Joo.

Eun Joo sadar kalau hal ini terlihat buruk. Dia membeku. Kang Sook yang melihat ayah sudah datang berpikir cepat: dia menampar Eun Joo dan segera merangkul Hyo Sun. Dae Sung dan Ki Hoon memandangi Eun Joo yang membeku. Dia sadar bahwa dia baru saja ditampar oleh ibu karena Cinderella

EPISODE 3

Dae Sung sangat kecewa pada istrinya karena sudah menampar putrinya sendiri. Dia tahu kalau Hyo Sun juga turut andil dalam menyakiti Eun Jo dan dia berkata pada Kang Sook: “Aku merasa malu dan terganggu, jangan lakukan itu lagi.

Dae Sung lebih baik bila menyangkut Eun Jo ketimbang Kang Sook. Dia telah melakukan langkah yang salah. Kang Sook sebenarnya ingin menjadi ibu yang baik bagi Hyo Sun tapi dia malah bersikap dingin pada anaknya sendiri. Jadi dia berlutut dihadapan Dae Sung dan berkata kalau dia takut Dae Sung akan memandang rendah dirinya karena kelakuan putrinya.
Memang ini tidak salah dan Kang Sook melihat kesempatan untuk memanfaatkan momen ini demi keuntungannya. Dia mengatakan kalau dia bisa merasakan tatapan merendahkan orang lain dan berpikir kalau dia hanya janda rendahan. Serangan utama Kang Sook adalah memutarbalikkan situasi jadi dia tampak tidak bersalah. Hasilnya, Dae Sung mengumumkan pada semua staffnya kalau siapapun yang tidak bisa menerima istrinya bisa mengundurkan diri.
Eun Jo duduk di pinggir danau. Dia membayangkan kalau dia pergi jauh. Pergi ke tempat yang tidak ada ibunya dan hidup bebas disana. Eun Jo berhenti sejenak dan melihat Ki Hoon yang tersenyum dan sudah mencarinya kemana-mana. Ki Hoon mulai membimbingnya pergi tapi Eun Jo menyentakkan tangannya dari genggaman Ki Hoon. Gerakan mendadak itu membuat tusuk rambut yang Ki Hoon belikan untuk Eun Jo jatuh dari saku Ki Hoon dan mendarat di atas pasir. Tidak ada yang memperhatikannya.


Eun Jo berjalan lebih dulu dari Ki Hoon yang berteriak di belakangnya kalau dia belum hafal lingkungan disana. Ketika Ki Hoon tersandung dan mendarat di atas batu, Eun Jo berbalik dan menolehnya sebentar tapi tetap berjalan. Lucunya, waktu Ki Hoon mengeluh karena ketidakpeduliannya, Eun Jo terpeleset dan jatuh. Dia cepat-cepat bangkit untuk menutupi wajahnya dan terus berjalan.

Ki Hoon akhirnya berhasil menyusul Eun Jo dan dia memperhatikan lutut gadis itu yang berdarah. Ada luka cukup besar di kakinya dan luka itu tidak akan berhenti mengeluarkan darah. Eun Jo harus mengobatinya. Ketika Eun Jo mempertahankan wajahnya yang tabah, Ki Hoon bertanya: “Tidakkah itu sakit?” Karena kesal pada kerewelan Ki Hoon, Eun Jo menjawab: “Ini sakit! Kenapa ini tidak sakit saja? Tapi apa boleh buat?”
Di rumah Hyo Sun bertanya pada Kang Sook dimana dia mendengar kalau anak-anak mengejek Eun Jo karena memiliki nama keluarga yang berbeda. Hyo Sun sudah bertanya pada semua teman sekelasnya dan tidak ada satupun yang mengatakan hal seperti itu dan hal itu juga diakui Eun Jo.
Kang Sook tidak akan mengakui kalau dia sudah berbohong dan berkata pada Hyo Sun kalau dia pasti salah dengar. Untungnya, Kang Sook selalu memenangkan kasih sayang Hyo Sun jadi dia setuju untuk menutup masalah itu disini.
Eun Jo menunjukkan ekspresi wajah yang kosong waktu seorang dokter membersihkan lukanya lalu menjahitnya. Ki Hoon berada disana dan dia tidak tahan melihat Eun Jo diperlakukan seperti itu. Dia lebih tidak percaya lagi pada reaksi kosong Eun Jo. Ki Hoon bahkan bertanya pada dokter apa Eun Jo punya masalah dalam penerimaan rasa sakit.
Saat berjalan pulang, Eun Jo bertanya pada Ki Hoon lagu berbahasa apa yang dia nyanyikan kemarin malam. Ki Hoon gembira pada ketertarikan Eun Jo dan menjelaskan kalau itu adalah lagu berbahasa Spanyol. Tertarik pada fakta tentang jarak Spanyol dan Korea, Eun Jo berpikir, “Kalau aku bersembunyi disana, tidak akan ada yang mampu menemukanku!”


Ki Hoon ingin mulai dengan mengajari Eun Jo alphabet tapi dia sudah mempelajarinya tadi malam dan ingin lanjut ke Pelajaran 2. Karena hanya belajar Pelajaran 1, Ki Hoon terlihat panik. Dia tidak siap dengan Pelajaran 2 jadi dia kembali ke pertanyaan Eun Jo sebelumnya. Dia menggambar Amerika Selatan dan menunjukkan sebuah titik yang melambangkan kota Ushuaia yang terletak di Argentina dan merupakan kota paling selatan di dunia.
Eun Jo bertanya seberapa jauh tempat itu dan berapa biaya yang diperlukan untuk sampai kesana, yang memancing pertanyaan kenapa dia ingin pergi ke Ushuaia. Dengan cepat, Eun Jo berkata kalau sebaiknya pelajaran dilanjutkan dan dia tidak sabar menunggu pelajaran bahasa Spanyolnya.
Ki Hoon dihadapkan pada dua kenyataan: melanjutkan percakapab atau mengungkapkan kalau dia adalah guru bahasa Spanyol gadungan. Ki Hoon memilih yang pertama dan untungnya dia diselamatkan oleh suara ribut-ribut di luar yang memperpendek waktu belajar.
Suara ribut itu berasal dari tibanya para tamu untuk merayakan ulang tahun Dae Sung. Ketika Eun Jo menyaksikan dari kejauhan, Hyo Sun mendekatinya dan menawarkan satu dari dua hadiah yang sedang dipegangnya. Hyo Sun tahu kalau Eun Jo tidak akan sempat mempersiapkan hadiah untuk ayah jadi dia sudah mempersiapkan satu untuknya. Sikap yang manis tapi Eun Jo menolaknya.
Eun Jo kembali ke kamarnya dan mengecek pesan voicemail di hp-nya, yang langsung mengubah suasana hatinya. Pesan itu dari Jung Woo, yang memperingatkan kalau ayahnya yang pemabuk sedang dalam perjalanan untuk menemukan ibu Eun Jo. Paman Hyo Sun yang memberikan alamat rumah Kang Sook yang baru pada Jang (ayah Jung Woo). Eun Jo sangat kesal.

Gugup karena Jang akan tertangkap dan marah karena dia datang untuk mengacaukan pesta, Eun Jo menyeret Jang menjauh tepat ketika Ki Hoon muncul dihadapan mereka. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi bisa membaca arah utama keadaan ini dan mengungsika kedua orang itu ke gudang anggur. Permasalahn itu setidaknya bisa diselesaikan disana.
Setelah Ki Hoon keluar, Eun Jo berkata pada Jang kalau Kang Sook sekarang sudah keluar dari kehidupannya – sebaiknya dia melupakan semuanya. Apakah dia ingin uang? Jang bersikukuh kalau dia benar-benar mencintai Kang Sook dan ini tidak ada hubungannya dengan uang.
Suara beberapa pria membuat Eun Jo tegang dan dia membekap mulut Jang untuk membuatnya tenang. Dae Sung dan beberapa orang pergi dari pesta untuk mengambil lebih banyak anggur beras dari gudang dan mereka akan masuk ke dalam gudang.
Untungnya ada Ki Hoon yang menunggu di luar. Dia menawarkan diri untuk membawakan anggur itu pada mereka. Ki Hoon masuk dan mengambil satu tong kecil lalu memperingatkan Eun Jo untuk tidak berlama-lama di ruangan itu. Kalau tidak mereka akan ditangkap.
Eun Jo berbicara dengan tajam pada Jang, mencoba untuk membuatnya pulang: Jang tidak punya semuanya, dia tidak punya rumah besar, dia tidak punya status yang tinggi. Kalau dia punya semua itu maka Kang Sook akan kembali padanya tanpa berpikir. Sebaliknya, Jang hanya pemabuk yang suka berjudi yang hati dan jiwanya sudah membusuk. Kata-kata ini membuat Jang bangun dari mabuknya dan berkata: “Hentikan.”
Dia memperingatkan Jang untuk tidak kembali sampai dia bisa membawakan Kang Sook hal yang dia sebutkan tadi. “Kalau kau tidak kembali, maka aku akan percaya kalau kau mencintai ibuku. Tapi kalau kau tidak melakukannya, maka kau hanya orang rendahan yang datang untuk uang!” Eun Jo bahkan tidak bisa menghentikan air mata yang merayapi pipinya. *PAART 1*
Dengan pelan, Jang bangkit dan menatap Eun Jo untuk waktu lama. Eun Jo ketakutan tapi dia tahan. Jang merasa kalau semuanya sudah cukup dan akhirnya pergi. Sekaranglah, Eun Jo baru bisa membuat dirinya tenang.
Setelah mengantarkan anggur, Ki Hoon menemukan Eun Jo di depan rumah. Dia sedang menatap Jang yang mencoba melewati truknya. Dia ingin melihat pria itu segera pergi. “Bisakah kau membunuh pria itu untukku?” Eun Jo sama sekali tidak punya tenaga untuk melakukan apapun. Dia hanya bisa menatap Jang.
Ki Hoon melihat air mata frustasi Eun Jo dan memutuskan untuk mengambil alih. Dia yang akan mengantar Jang pulang. Dia sudah naik ke tempat kemudi dan berkata kalau dia akan pulang dengan kereta terakhir dan tiba di rumah pada pagi hari. Eun Jo tidak bisa mengatakan kalau dia mengkhawatirkan Ki Hoon. Dia dapat membaca ekspresi Eun Jo dan berkata: “Jangan khawatir!” lalu dia pergi sambil tersenyum.
Ketika kembali ke dalam gerbang, Eun Jo melihat Hyo Sun dan Kang Sook sedang bernyanyi sambil menari. Dae Sung terlihat senang tapi dia memperhatikan Eun Jo yang berjalan lesu. Dia meminta Kang Sook untuk memeriksa keadaan putrinya.
Kang Sook menemukan Eun Jo di kamarnya dimana dia mengeluh pada kekejaman Eun Jo dan sikap baik Dae Sung pada Eun Jo. Setelah siksaan yang dialaminya malam ini, Eun Jo meminta ibunya untuk keluar dan berteriak dengan frustasi tentang saat-saat ibu mengabaikannya.
Eun Jo terluka karena ibunya bahkan tidak memperhatikannya. Dia bahkan tidak tahu lutut Eun Jo terluka. Ironisnya, satu-satunya hal yang diingat Eun Jo adalah ketulusan seperti ketulusan Ki Hoon dan Dae Sung. Eun Jo sama sekali tidak tahan pada kepalsuan ibunya dan mengusir ibunya saat dia mulai mengkhawatirkan lutut Eun Jo yang terluka.
Ketika Hyo Sun menemui Eun Jo di luar kamar mereka untuk mengatakan kalau dia memberikan kedua hadiah itu pada ayahnya, Eun Jo berkata dengan datarnya: “Aku tidak menyukaimu. Kau juga tidak menyukaiku, kan? Kau tidak bisa menyukaiku. Tidak ada alasan untuk menyukaiku, jadi bagaimana kau bisa?”
Tapi Hyo Sun berkata, “Tapi aku benar-benar menyukaimu.” Eun Jo tidak bisa mempercayai hal itu dan berkata, “Rasanya lebih alami bila membenciku. Lebih sulit membuat dirimu menyukai seseorang karena kau harus melakukannya. Jadi taka pa bila membenciku. Aku minta agar bersikap seolah-olah kau tidak mengenalku.”
Eun Jo berbalik, “Kau membodohi dirimu sendiri!” dan berkata pada Hyo Sun untuk berpikir lebih cermat. Ketika dia pergi, Eun Jo berpapasan dengan Dae Sung yang telah menguping percakapan itu. Benar-benar tidak beruntung dan Eun Jo lebih memilih kalau Dae Sung lebih baik tidak mendengar semuanya. Tapi Eun Jo tetap berjalan pergi dengan wajah tegarnya.
Eun Jo menelpon Jung Woo untuk memberitahunya kalau ada seseorang yang mengantarkan Jang pulang dan menyuruhnya untuk menelponnya lagi saat Ki Hoon pergi. Eun Jo akan menutup telponnya tapi Jung Woo memintanya untuk menunggu sebentar karena ada sesuatu yang akan dia katakan. “Kakak, kau adalah milikku. Aku mencintaimu.” Cepat-cepat Jung Woo menutup telponnya. Dia gembira karena sudah menyatakan perasaannya pada Eun Jo.
Eun Jo tetap terjaga malam itu dan menunggu Ki Hoon pulang. Ketika sudah jam 4 lewat dan tidak ada tanda-tanda kalau Ki Hoon akan pulang, Eun Jo membuka pintu gerbang dan menunggu dalam kegelapan. Tapi tetap saja dia tidak muncul. Eun Jo akhirnya masuk ke dalam dan membiarkan gerbang sedikit terbuka jadi Ki Hoon bisa masuk. Saat pagi tiba, Eun Jo masih bangun. Dia tidur semalaman.
Sebenarnya Ki Hoon telah dipanggil pulang oleh ayahnya. Dia adalah anak bungsu keluarga Hong. Tidak ada yang menyukai pertemuan itu. Tapi Presiden Hong merasa dia harus menyelesaikan masalah ini sebelum bertambah buruk. Dia mengatakan kalau foto-foto Ki Hoon yang sedang bekerja di pabrik milik Dae Sung telah beredar di media. Keluarganya terpaksa membayar fotografer itu agar tutup mulut. Tapi, Ki Hoon tidak bisa selamanya seperti ini. Keluarga Hong bisa hancur kalau Ki Hoon tetap bekerja disana, khususnya istri Hong.
Ki Hoon menjawab kalau dia tidak akan berhenti bekerja pada Gu Dae Sung. Bukankah Presiden Hong yang berkata kalau dia sudah tidak punya tempat lagi di keluarga Hong. Untuk itu, dia tidak memberikan hak pada ayahnya untuk menentukan bagaimana dia harus menjalani hidupnya. Dia akan menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan warisannya. Ibu tiri Ki Hoon masuk dan mengatakan kalau Ki Hoon seharusnya menunjukkan sedikit rasa hormat – mereka sudah melakukan banyak hal untuk Ki Hoon.
Ayah berkata dengan tenang pada Ki Hoon, “Jika kau tidak menyelamatkanku, aku tidak punya siapa-siapa di sisiku.” Ketika Ki Hoon beranjak pergi, Presiden Hong berkata, “Aku memerlukanmu.” Istri Presiden Hong dan putra tertuanya telah membeli saham perusahaan. Ki Hoon mengerti kalau ayahnya memerlukan sahamnya, bukan dirinya. Meski Ki Hoon tidak pernah mengharapkan kasih sayang pria ini, dia menjawab dengan pahit, “Aku hampir memercayaimu selama sesaat saat kau bilang kau memerlukanku.” Dia lalu menambahkan, “Aku hampir berpikir kau benar-benar memerlukanku.”
Ki Hoon mengunjungi makam ibunya yang terletak di lereng gunung, dimana dia duduk dengan sedih. Dia bertanya pada ibunya apakah dia harus lanjut dan berbicara pada para wartawan dan mengungkap segalanya, tepat seperti yang ditakutkan keluarga Hong. Atau dia seharusnya membiarkan mereka membayarnya sebagai ganti atas aksi diamnya. Apa yang harus dia minta? Ki Hoon lalu mengeluarkan sebotol soju yang dia bawa.
Sepanjang hari, Eun Jo merasa sangat terganggu. Di dalam kelas, dia merasa sedikit gembira saat Hyo Sun menelpon paman dan bertanya tentang Ki Hoon, dia belum kembali dan tidak menjawab telponnya.
Pada malam hari, Ki Hoon masih saja menghilang. Eun Jo berbaring di atas tempat tidurnya, tidak bisa memejamkan mata. Dia menyerah dan akhirnya pergi ke luar. Kali ini Ki Hoon berdiri di luar, bersandar di tembok. Terkejut, tenang, dan gugup, Eun Jo berpikir, “Dia disini.” Lalu Ki Hoon tersenyum padanya dan Eun Jo kembali berpikir, “Dia tersenyum.”
Ki Hoon memanggilnya, “Eun Jo ya.” Dan melambaikan tangan untuk menyuruhnya mendekat. Mata Eun Jo dihalangi embun, dan dia berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Ki Hoon memanggilnya untuk mendekat tapi Eun Jo malah berdiri tak bergerak sambil berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ki Hoon salah mengerti pada sikap Eun Jo yang membatu dan bergumam kecewa. Bahkan ketika sekali lagi Eun Jo bersuka ria, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Berpikir kalau Eun Jo tidak akan mendekatinya, Ki Hoon berjalan ke tempat Eun Jo berdiri dan tersandung di saat-saat terakhir. Eun Jo menangkapnya dan menyeimbangkannya. Dia masih berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ki Hoon bersandar pada Eun Jo dan berkata, “Aku lapar.” Ki Hoon menahan air matanya, dan berkata lagi, “Aku kelaparan hingga mau mati.” Karena mendengar Ki Hoon yang kelaparan, Eun Jo sibuk menyiapkan makanan. Selama itu, dia masih berpikir, “Dia memanggilku Eun Jo ya.” Dan terus, “Dia memanggilku Eun Jo ya.”
Ketika Eun Jo mengantarkan makanan itu, dia memandangi Ki Hoon lebih dekat dan memperhatikan salah satu kaus kakinya terlepas. Dengan lembut Eun Jo memasangkan kaos kaki itu tapi ketika Ki Hoon bergerak dalam tidurnya, Eun Jo melompat dan berlari seperti orang ketakutan. Dia terengah-engah saat sampai di kamarnya. Saat dia melihat bekas lukanya, ternyata sudah sembuh.
Pada pagi hari, Hyo Sun menyerbu masuk ke kamar Ki Hoon dan membangunkannya. Dia bertanya-tanya kenapa menyiapkan makanan tapi tidak memakannya. Melihat meja itu, Ki Hoon ingat pada kata-kata Eun Jo untuk makan – yang terdengar secara tidak sadar di tidurnya – dan senyuman mematikan itu muncul lagi ketika dia ingat siapa yang bertanggunga jawab. Ki Hoon mulai makan, mengabaikan Hyo Sun yang sedih karena merasakan Ki Hoon berada jauh dari dirinya. Hyo Sun bertanya, “Kak, siapa aku?” tapi Ki Hoon sibuk makan sehingga tidak menjawabnya.
Dalam perjalanan ke sekolah, Hyo Sun dengan waswas mengabarkan tentang kompetisi menarinya yang akan datang. Ayah dan ibu mungkin melupakannya, dan dia tidak yakin bagaimana dengan paman atau Ki Hoon. Mengumpulkan semua keberaniannya, dia bertanya pada Hyo Sun apakah bisa menontonnya dan langsung mendapat jawaban tidak.
Hyo Sun kecewa tapi dia tidak mempermasalahkannya, dia sudah terbiasa pada sikap Eun Jo. Dia berkata dengan kegembiraan yang dipalsukan kalau tidak apa – Dong Soo (cowok yang dulu menyuruhnya berhenti mengirim sms) sekarang telah bersikap lebih baik padanya. Dan saat Hyo Sun menceritakan tentang lomba itu, dia bilang bisa datang.
Eun Jo tidak peduli pada masalah ini dan mendesah. Dengan suara bergetar, Hyo Sun berkata: “Aku tahu apa artinya sebuah desahan. Itu artinya kau lelas melihatku, kan? Aku tahu, tapi kak, tidak peduli bagaimana aku memikirkannya aku tidak mengerti apa maksudmu tentang membohongi diriku sendiri. Aku benar-benar menyukaimu. Tapi kau membenciku. Aku tahu, jadi kau bisa terus membenciku. Aku akan tetap menyukaimu. Walaupun kau membenciku, aku tidak akan mengganggumu seperti aku, jadi jangan menyuruhku untuk memaksa diriku membencimu. Jika itu membuatmu senang, aku akan melakukan apa saja – asal jangan membencimu. Kau mungkin membenciku karena membicarakan ini, kan? Aku tahu. Aku minta maaf.” Hyo Sun kemudian berlari untuk bergabung dengan Dong Soo.
Ketika Eun Jo belajar, suara Ki Hoon mengganggu pikirannya. Ini sedikit mengerikan buatnya. Setelah pulang sekolah, langkah kakinya membawanya ke danau dimana dia melihat Ki Hoon sedang duduk sendiri. Untuk beberapa saat dia terlihat senang tapi suasana hatinya berubah saat dia melihat seorang gadis tak dikenal bergabung dengan Ki Hoon dan menyerahkan sebuah tas belanja padanya.
Ketika sampai di rumah, Eun Jo melihat Dong Soo sedang mengintai ke sekeliling rumah sambil membawa bunga. Waktu dia melihat kehadirannya, dia menjatuhkan buket bunga itu dan pergi tanpa sepatah katapun. Eun Jo sama sekali tidak punya keinginan untuk menyampaikan bunga itu pada Hyo Sun, jadi dia meninggalkannya begitu saja.
Di dalam dia melihat ibu sedang menggunting kuku kaki Hyo Sun. Ketika masuk ke dalam kamarnya, Eun Jo menemukan perlengkapan minum the. Dia menatapnya dengan marah. Hyo Sun memberikannya sebagai hadiah karena Eun Jo akan pindah ke kamar barunya besok. Inilah cara Hyo Sun untuk merayakan hari terakhir mereka sebagai teman sekamar. Di hari lain, Eun Jo mungkin akan mengabaikan ini. Tapi sekarang dia benar-benar marah. Jadi dia bertanya pada Hyo Sun, “Kalau kau begitu menyukaiku, bisakah kau memberikan apapun yang aku minta?”
Hyo Sun terlihat senang dan bertanya apa yang diinginkan Eun Jo. Dia akan melakukannya. Eun Jo berkata, “Kau bisa menangani apapu yang aku minta?” Hyo Sun mengangguk tanpa ragu. Eun Jo menantangnya lagi, “Tak peduli apapun yang aku miliki, kau bisa menyukaiku sampai akhir?” Hyo Sun berkata kalau dia bisa.
Jadi Eun Jo keluar dan mengambil buket bunga dimana Dong Soo menjatuhkannya sambil berpikir, “Aku tidak tahu kenapa aku ingin memainkan lelucon ini. Aku hanya merasa marah pada sesuatu. Tapi aku tidak tahu itu apa sebenarnya.”
Eun Jo memberikan bunga itu pada Hyo Sun dan mengatakan kalau Dong Soo yang memberikannya dan ingin mengajaknya berkencan. Disanalah, dia menjelaskan kalau Hyo Sun telah membodohi dirinya sendiri. Sekarang Eun Jo sudah mendapatkan kemarahan Hyo Sun dan dia tidak bisa terus menyukainya.
Hyo Sun terkejut dan terluka. Dia melihat kartu di buket itu dan mulai membacanya. Eun Jo belum memeperhatikan kartu itu, yang akan mengahancurkan leluconnya. Jadi dia mengambil kartu itu saat Hyo Sun mulai menangis dan pergi.
Sekejam leluconnya, Eun Jo puas bisa menggunakannya untuk mengakhiri semuanya disini. Tapi waktu dia melihat kartu itu, dia terkejut. Bunga itu untuknya: “Song Eun Jo! Aku menyukaimu! Aku ingin pergi kencan denganmu – ayo kencan! Aku akan memperlakukanmu dengan baik!”

Berikutnya, Hyo Sun masuk lagi ke ruangan itu. Sambil membelalak, dia berkata, “Pengemis.” Eun Jo menyuruhnya untuk mengulanginya lagi. Jadi, Hyo Sun yang dibanjiri oleh kemarahan, meneriakkannya dengan suara yang jelas dank eras, “Pengemis! Enyahlah!” Eun Jo sebenarnya puas dengan reaksi itu.

#
EPs 4

Hyo Sun menyebut Eun Jo seorang pengemis dan memintanya keluar dari rumahnya. Eun Jo sebenarnya terlihat rada-rada senang bahwa selama ini dia benar tentang Hyo Sun.

Eun Jo berbalik dan malah menyuruh Hyo Sun keluar. Ki Hoon masuk untuk melihat apa yang terjadi. Eun Jo berkata kalau meski dia benci disini, dia tidak akan pergi hanya karena Hyo Sun ingin dia pergi. Dia hanya akan pergi sesuai dengan kehendaknya sendiri. Hyo Sun kaget mendengar jawaban ini. Eun Jo pergi dan Hyo Sun mengejarnya.
Ki Hoon melihat kartu dari Dong Soo dan bergumam, “Anak-anak ini… tidak belajar padahal seharusnya belajar.” Tapi kemudian dia mendapati dirinya merasa terganggu. Siapa Dong Soo? Dia cemburu!
Dong Soo berada di bawah di dekat sungai, mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara pada Eun Jo tapi waktu dia melihat Hyo Sun datang, dia bersembunyi dan menyaksikan lanjutan pertengkaran dua bersaudara itu. Hyo Sun menyusul Eun Jo dan berteriak apakah ini yang dia inginkan sambil menarik rambut Eun Jo. Eun Jo terkejut pada apa yang dilakukan Hyo Sun, tapi terlambat… pertengkaran dimulai.
Tarik rambut, saling melontarkan kata-kata kasar, tapi pada satu titik Hyo Sun berhenti, memperhatikan bibir Eun Jo yang berdarah. Hyo Sun berkata, “Kakak, kau berdarah!” Eun Jo lebih terganggu lagi mendengar perhatian Hyo Sun. Dia mendorongnya ke samping dan pergi.
Hyo Sun pulang ke rumah sambil menangis. Saat itu, Kang Sook sedang berada di tengah-tengah percakapan telepon. Dia menutup telponnya dan berlari ke Hyo Sun lalu menghibur gadis itu. Hyo Sun menangis, “Aku berharap kau tidak pernah memiliki Eun Jo!” Eun Jo yang mendengar ini dari kamarnya berkata pada diri sendiri, “Itulah yang aku katakan.”
Ayah masuk, marah, dan menghentikan keributan itu. Dia menyeret Hyo Sun ke ruangan lain dan meminta tongkat. Kang Sook menemui Eun Jo dan bertanya kali ini apa yang sudah dia lakukan hingga membuat Hyo Sun kesal. Kang Sook tidak bisa percaya kalau Eun Jo tidak bisa menangani masalah sepele seperti Hyo Sun. Sementara itu, Eun Jo kesal karena ibu hanya peduli pada Hyo Sun.
Hyo Sun dan Eun Jo berlutut dihadapan ayah. Dia berkata kalau mereka tidak saling memaafkan, mereka berdua tidak akan mendapatkan kamar terpisah. Kedua gadis itu tidak senang mendengar berita itu. Ki Hoon tiba membawa tongkat yang diminta dan hanya diam, jadi ayah bertanya apa dia ingin dipukul juga. Ki Hoon dengan berani bertanya apakah tidak sebaiknya ayah bicara dulu pada mereka. Ayah berkata kalau Ki Hoon bisa dipukul, tunggu saja.
Ayah memanggil Hyo Sun pertama. Dia berkata pada Hyo Sun untuk mengaku bersalah kalau dia memang bersalah dan memukulnya sekali (mirip Jang Geum). Hyo Sun langsung menangis dan mengaku bersalah. Bahwa dia benar-benar bersalah. Dae Sung menyuruhnya kembali ke tempat semula. Berikutnya dia memanggil Eun Jo. Eun Jo menurunkan kaos kakinya, bersiap-siap untuk menerima rasa sakit. Dae Sung menawarkan pilihan yang sama untuk mengakui kesalahan. Kali ini dia agak ragu. Tapi dia yang memimpin rumah ini jadi harus bersikap adil.

Eun Jo tetap bertahan dan tidak bergerak sedikit pun. Ayah terkejut dan tidak tahu apakah harus terus memukulnya. Tapi dia melanjutkannya ketika Ki Hoon dan Hyo Sun yang menyaksikan mencoba untuk ikut campur.
Sementara itu, Kang Sook menelpon Jang lagi. Dia bernyanyi untuk Kang Sook. Kali ini Jung Woo datang lagi untuk menyelamatkan dengan sebuah wajan yang dipukulkan ke kepala. Dia juga menasehati Kang Sook untuk mengubah nomer telponnya.
Eun Jo masih tetap bertahan, tongkat mulai patah dan luka di kakai Eun Jo mulai berdarah. Dae Sung merasa terganggu pada sikap keras gadis ini. Tapi Ki Hoon yang sudah tidak tahan melihat itu semua, menarik tangan Eun Jo dan membawanya keluar dari ruangan itu. Kang Sook masuk ke ruangan itu dan menemukan Dae Sung yang kelelahan dan Hyo Sun yang akan pingsan.
Ki Hoon membawa Eun Jo ke gudang anggur, mencoba mengikuti langkahnya, “Kau ini anak macam apa… kau keras kepala, kan? Yang harus kau lakukan hanya mengatakan kalau kau bersalah. Kau bahkan tidak bisa…” Tapi dia berhenti saat melihat luka di kaki Eun Jo. Dia mencoba mengobatinya tapi Eun Jo tidak bergerak sama sekali. Ki Hoon putus asa, berkata kalau saja Eun Jo adalah tipe orang yang mau menuruti apa katanya, maka dia tidak akan berada di situasi seperti ini.
Ki Hoon pergi untuk mendapatkan obat bagi Eun Jo dan ketika dia sendirian, Eun Jo mendengarkan suara gelembung. Dia mendekatkan badannya ke salah satu kendi besar dan menempelkan telinganya disana, seolah-olah ada pesan rahasia di dalam sana.
Eun Jo begitu terpesona sehingga tidak menyadari Ki Hoon sudah kembali, yang menggunakan kesempatan itu untuk mengobati lukanya. Ki Hoon berkata kalau itu adalah suara yang diciptakan anggur beras saat berfermentasi. Dia juga berkata kalau sebaiknya Eun Jo berlari bila dipukul lagi lain kali, karena Eun Jo toh adalah pelari yang hebat. Ki Hoon menambahkan, “Jika kau dipukul lagi, kau mati!”
Ki Hoon memanggil Eun Jo, “Eu Jo ya.” Karena tidak ada respon, dia mengulanginya lagi, “Eun Jo ya. Bisakah kau memberiku jawaban… Eun Jo ya?” Dan akhirnya Eun Jo menjawab, “Ya,” ki Hoon bertanya lagi, “Apakah sakit?” Eun Jo, “Ya,” Ki Hoon benar-benar senang mendapat jawaban ini.
Malam itu Dae Sung merasa benar-benar bersalah karena sudah menghukum Eun Jo. Jadi dia masuk ke kamarnya saat gadis itu sedang tidur dan mengobati lukanya. Eun Jo sebenarnya masih terbangun dan dia bisa merasakan rasa sesal dan kepedulian Dae Sung padanya.
Keesokan paginya, Eun Jo menemui Ki Hoon di luar dan langsung menyerbunya dengan pertanyaan. Siapa gadis di sungai itu? Ki Hoon terkejut. Eun Jo bertanya lagi dengan tajamnya. Ki Hoon tiba-tiba meletus. Dia tersenyum setelah menyadari, ini Eun Jo… dan dia cemburu.
Ki Hoon terlihat senang bahkan sampai menahan tawanya ketika Eun Jo memberikannya tatapan mematikan. Dia benar-benar tidak bisa menahan tawa dan melihat Eun Jo begitu mengagumkan. Ki Hoon menggoda, “Apa kau mencariku pagi-pagi begini untuk menanyakan hal itu? Apa kau begitu ingin tahunya sehingga tidak bisa tidur sekejap pun? Begitu kan?”
Ki Hoon pergi ke kamarnya untuk mengambil bungkusan yang dia terima kemarin dari wanita yang dipertanyakan Eun Jo. Dia menunjukkan pada Eun Jo isinya, yang pada dasarnya berisi kumpulan album dan buku favorit Ki Hoon. Dia dengan gembira mulai menceritakan setiap benda di dalamnya, tapi Eun Jo tidak tertarik. Ki Hoon membentak agar Eun Jo mendengarkannya, tapi Eun Jo malah berteriak balik, “Siapa gadis itu?” Ki Hoon menjelaskan kalau dia adalah adik bungsu salah satu temannya yang mau menyimpan barang-barang milik Ki Hoon. Puas dengan jawaban itu, Eun Jo bangkit lalu pergi meninggalkan Ki Hoon yang kebingungan. Ki Hoon berteriak di belakangnya, “Bagaimana denganmu? Apa… apa kau akan berkencan dengan si Dong Soo itu?” Eun Jo tidak merespon, jadi Ki Hoon berkata lagi, “Tapi… tapi aku lebih keren dari Dong Soo itu kan?”
Eun Jo dan Hyo Sun bersiap-siap berangkat ke sekolah. Hyo Sun meminta Eun Jo untuk berpura-pura kalau mereka sudah baikan di hadapan ayah dan ibu agar mereka mendapatkan kamar yang terpisah. Dengan enggan Eun Jo setuju melakukannya. Hyo Sun melihat luka di kaki Eun Jo, dan meski mereka sedang perang dingin, dia memberikan sepasang kaos kaki baru pada Eun Jo lalu pergi. Eun Jo yang masih begitu marah tidak bisa menerimanya dan membuang benda itu ke lantai.
Ki Hoon mengantar Kang Sook ke kuil sementara itu Dae Sung menikmati sarapan dengan anak-anak. Hyo Sun menggunakan kesempatan ini untuk meminta maaf, dia menendang Eun Jo untuk ikut berpura-pura. Eun Jo mengaku, dan bergumam setengah hati, “Tidak, aku yang salah.” Yang membuat Hyo Sun dan ayah sangat senang.
Dae Sung melihat Ki Hoon dan bertanya-tanya kenapa dia kembali begitu cepat. Dia mengatakan kalau Kang Sook tidak mau diantar sampai ke kuil dan bersikeras naik kereta sendirian. Dae Sung menelpon pendeta dan memintanya untuk membawakan sesuatu lewat istrinya tapi dia mendapat jawaban kalau Kang Sook tidak ada disana. Kang Sook memang pergi naik kereta tapi tidak tahu kemana.
Ki Hoon sibuk belajar bahasa Spanyol dan dia bicara keras-keras pada komputernya kalau muridnya belajar begitu cepat sehingga dia harus belajar super keras agar bisa mengimbangi.
Hari itu Ki Hoon juga mendapat kunjungan dari kakak tirinya. Kakak keduanya, Hong Ki Tae, mengantarnya ke suatu tempat dan bercerita tentang masa kanak-kanak ketika dia dan ayahnya pergi mengunjungi Ki Hoon dan ibunya.
Kang Sook pulang telat malam itu, tidak ada yang tahu dari mana, dan Dae Sung menunggunya di luar, berharap Kang Sook akan menjelaskan semuanya. Dae Sung bertanya dia darimana saja dan saat Kang Sook menjawab “Kuil”, dia sadar itu bukan jawaban yang diinginkan suaminya. Kang Sook dengan cepat mulai menangis dan mengarang sebuah cerita kalau dia ingin mencari obat untuk luka Eun Jo jadi dia pergi ke seorang herbalis kenalannya. Dia tidak ingin Dae Sung tahu karena suaminya akan merasa bersalah.
Ki Tae mengantar Ki Hoon ke sebuah kompleks perkantoran, dimana ibu tiri dan pengacaranya sedang menunggu Ki Hoon bersama sebuah kontrak untuk ditandatangani. Ibu tiri bertanya apa permintaan Ki Hoon dan dia menjawab dia ingin setengah dari perusahaan.
Ibu tiri mencemooh dan menawarkan Ki Hoon lebih banyak uang lagi. Hal itu hanya membuat Ki Hoon menyeringai. Wanita kejam itu bahkan menghina ibu Ki Hoon yang sudah meninggal dengan mengatakan kalau dia melahirkan Ki Hoon dengan tujuan untuk mengambil alih setengah perusahaan tapi dia tidak akan mendapatkannya.
Ini membuat Ki Hoon jengkel. Dia bahkan berkata perlu membawa pengacara lain kali sebab dia tidak mau menandatangani kontrak itu. Kalau dia sudah mati mungkin mereka baru mendapat tanda tangannya. Ki Hoon pergi dan langsung menelpon ayahnya berkata bagaimana dia bisa membantu.
Di perusahaan anggur beras Dae Sung, sekarang sudah waktunya untuk membuat tumpukan baru. Dae Sung memimpin upacara doa agar semuanya berjalan lancar dan semua orang mengahdiri acara ini. Ki Hoon dan Eun Jo menggunakan kesempatan ini untuk saling pandang. Namun, kali ini Ki Hoon memandang Eun Jo lebih lama dengan sedih. Hyo Sun memperhatikan hal ini dan langsung menunduk.
Di sekolah Eun Jo mendapatkan penghargaan dalam bidang akademis, sementara di waktu yang bersamaan Hyo Sun baru saja menyelesaikan kompetisi tarinya dan melakukannya dengan sangat buruk. Ayah dan ibu hadir untuk pertunjukkan Hyo Sun, dan menghiburnya karena dia gagal menjadi yang terbaik.
Eun Jo langsung pulang ke rumah dengan penghargaannya, tidak sabar ingin menunjukkan pada keluarganya, atau setidaknya ayah. Meski dia keras tapi dia selalu mendukung Eun Jo secara akademis. Tapi saat dia sampai di rumah, Eun Jo tahu kalau semua orang rumah asik menonton pertunjukkan Hyo Sun. Eun Jo berpikir, “Tidak masalah. Aku hanya ingin dipuji satu orang saja.”
Eun Jo menepuk Ki Hoon dan memintanya untuk bertemu dengannya disana, di gudang anggur mereka. Ki Hoon menemui Eun Jo dimana dia dengan tenang mempersembahkan hadiah yang dia dapat kepada Ki Hoon. Dia menahan kegembiraan dengan cara khas Eun Jo tapi dia tidak sabar menunggu reaksi Ki Hoon. Ki Hoon membuka mulut, “Kau melakukannya dengan baik. Kau melakukannya dengan sangat baik.” Ki Hoon mengelus rambut Eun Jo dan menepuk kepalanya dengan lembut. Eun Jo merasa sangat senang.
Ki Hoon ingin memberikan Eun Jo hadiah atas prestasi yang telah dia capai, jadi dia mengajak gadis itu ke kamarnya dan memberikan salah satu benda favoritnya. Dia memberikan Eun Jo sebuah pena tua yang dibungkus kain. Ki Hoon berkata kalau benda itu mungkin lebih tua dari Eun Jo dan selama ini dia telah merusaknya. Dia berkata, “Gunakan ini untuk menulis surat, jurnal, dan setiap kali kau menggenggamnya dengan tanganmu, pikirkanlah aku.” Dan kemudian Eun Jo tersenyum pada Ki Hoon.
Eun Jo bangkit untuk pergi dan saat dia membuka pintu, Hyo Sun sedang berada disana, terlihat jengkel. Dia berkata dengan marah kenapa dia tidak mendapat hadiah. Kenapa dia yang pergi ke kompetisi tapi malah Eun Jo yang mendapat hadiah? Eun Jo dan Ki Hoon memandang Hyo Sun dalam diam. Hyo Sun berkata, “Apa kau lupa? Tidakkah kau tahu kau milik siapa?”
Malam itu, Hyo Sun benar-benar merasa kesal di tempat tidurnya sementara itu, Eun Jo tetap terbangun dan mengeluarkan pena hadiah dari Ki Hoon. Dia mengisi pena itu dengan tinta dengan sangat hati-hati dan pada selembar kertas kosong dia menulis, “Eun Jo ya.”
Keesoka paginya, Eun Jo menyapa Dae Sung dan berkata kalau salah satu kendi anggur beras di gudang telah rusak. Terkejut, Dae Sung bertanya bagaimana dia bisa tahu hal seperti itu. Eun Jo menjawab kalau kendi yang satu itu tidak mengeluarkan suara. Dae Sung sangat terkesan dan berjanji akan memeriksanya.
Berikutnya, Hyo Sun kembali. Dia terlihat tidak bersemangat dan menyeret kakinya. Ayah bertanya, “Apa Ki Hoon sudah pergi?” Terkejut, Eun Jo berbalik dan bertanya-tanya apa artinya hal itu. Dia mengikuti Hyo Sun kembali ke kamarnya dan bertanya kemana Ki Hoon pergi. Awalnya Hyo Sun menolak untuk menjawab tapi teriakan mereka membuat ayah masuk. Ki Hoon sudah pergi untuk ikut wajib militer.
Eun Jo berlari ke kamar Ki Hoon, ke gudang anggur mereka, ke halaman, dan semuanya kosong. Dia kemudian berlari ke sungai tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Ki Hoon. Di rumah, Hyo Sun menangis dan mengeluarkan sebuah surat. Surat itu diberikan Ki Hoon padanya agar Hyo Sun memberikannya pada Eun Jo. Hyo Sun membukanya tapi surat itu ditulis dalam bahasa Spanyol jadi dia tidak bisa mengerti. Eun Jo pergi ke stasiun bis dimana para tentara berangkat untuk ikut wajib militer tapi tidak ada Ki Hoon.
Ki Hoon sebenarnya tidak pergi buat wajib militer tapi dia pergi atas permintaan keluarganya. Ki Hoon menoleh ke belakang sebelum naik kereta. Dia berpikir, “Akankah kau… menghentikanku? Meski darah keluar dari lututmu, kau tidak mampu menangis, sama seperti Hong Ki Hoon yang bodoh. Eun Jo ya. Jika kau memegangku, aku rasa aku bisa berhenti disini. Sebelum aku naik ke kereta, hentikanlah aku. Eun Jo ya.” Tapi Eun Jo tidak datang dan Ki Hoon pun naik ke kereta. Dia pergi!

Eun Jo berlutut di atas pasir. Dia menangis. Dia terus berkata, “Eun Jo ya.” Berulang-ulang. Dia terlihat sangat TERLUKA. Di belakangnya, tusuk rambut yang diberikan Ki Hoon padanya tergeletak.
Delapan tahun kemudian… Gu Eun Jo sedang berada di Seoul. Dia sedang memberikan presentasi tentang perusahaan anggur berasnya. Dia menggarisbawahi tentang trend terbaru dan cara pemasaran produk mereka juga tentang pembuatan anggur beras mereka yang alami yang membedakan perusahaan mereka dengan perusahaan lain. Dia terlihat penuh percaya diri.

Di luar gedung, Eun Jo melihat ke seberang jalan dan melihat sebuah tanda pameran seni yang menampilkan artis favorit Ki Hoon. Dia tidak bisa menahan diri dan masuk ke dalam sana. Eun Jo melihat lukisan yang dipajang dan Hyo Sun muncul di sampingnya. Dia datang kesana setelah mendengarnya dari Ki Hoon. Eun Jo bertanya apa maksudnya, dan Hyo Sun menyerang Eun Jo, “Tidakkah kau tahu? Kak Ki Hoon dan aku berkencan.”

 >> EPISODE 5 <<

Di episode 4, Eun Jo masuk ke sebuah pameran yang memamerkan lukisan artis favorit Ki Hoon. Hyo Sun melihatnya masuk dan buru-buru mendekatinya dan mengatakan kalau dia sudah lama berada di pameran itu. Dia juga menyerang Eun Jo dengan mengatakan kalau dia dan Ki Hoon berkencan.

Hyo Sun memandang Eun Jo lebih dekat untuk melihat reaksinya. Eun Jo sangat terpukul mendengar informasi itu. Tapi, dia tidak membiarkan Hyo Sun puas dan tetap memasang wajah datar. Hyo Sun bertanya apakah Eun Jo berpikir kalau dia berbohong, tapi Eun Jo malah beralih ke seorang curator untuk menanyakan sesuatu, mengabaikan Hyo Sun yang memandanginya dengan tidak sabar.


Di dalam mobil, Hyo Sun menekankan topik itu lagi, mengatakan kalau Eun Jo pasti tidak berhubungan dengan Ki Hoon sehingga tidak tahu kalau mereka berkencan. Hyo Sun: “Dia seharusnya mati-matian menanyaiku. Tapi saudari pembenci ini hanya berpura-pura tidur. Jika dia hanya bertanya, aku akan menjawab.”
Tapi itulah intinya – Eun Jo tidak akan bertanya karena dia tidak akan membiarkan Hyo Sun berada di atas, khususnya saat terlihat jelas bila Hyo Sun hanya ingin menyingkirkannya. Akhirnya Hyo Sun menghentikan mobil dan membangunkan Eun Jo dari tidur palsunya. Ada hal penting yang ingin dikatakan Hyo Sun sebelum mereka tiba di rumah. Dae Sung marah pada Hyo Sun karena memiliki hutang kartu kredit yang segunung. Jadi Hyo Sun meminta pada kakaknya untuk berbicara pada ayah tentang hal itu. Dia bahkan tidak tahu sudah mengahbiskan berapa banyak uang.
Eun Jo tidak punya keinginan untuk mengijinkan Hyo Sun melanjutkan pemborosan tanpa ada konsekuensi. Eun Jo keluar dari mobil dan berjalan. Di belakangnya, Hyo Sun mengikuti dan melanjutkan argumennya. Apakah Eun Jo akan membiarkan Hyo Sun terluka? Cara bicara Hyo Sun sama kejamnya dengan cara bicara Eun Jo saat remaja dulu.
Eun Jo menantang Hyo Sun: “Apa kau punya cita-cita? Bagaimana kau merencanakan untuk hidup di masa depan? Apa kau punya rencana?” Hyo Sun membela diri dan mengatakan kalau dia ikut audisi balet selama ini. Eun Jo menegaskan kalau kaki Hyo Sun sangat bersih dan cantik, yang menunjukkan betapa jarang dia latihan dan akibatnya dia sering gagal dalam setiap audisinya.
Eun Jo: “Kau tidak berlatih, kan? Kau bahkan tidak ingin menari balet, kan? Kau tidak punya cita-cita, iya kan? Kau tidak punya rencana atau tujuan – kau tidak punya angan-angan!”
Ada anggota keluarga baru. Kang Sook dan Dae Sung punya seorang putra bernama Jun Su.
Dae Sung mengeluarkan tongkat hukumannya dan memukul betis Hyo Sun. Dia langsung berlutut dan meminta belas kasihan. Dae Sung tidak akan membiarkannya lolos dengan mudah kali ini dan memintanya untuk mundur. Akan tetapi, Kang Sook datang dan menyuruh Hyo Sun untuk keluar kemudian memohon agar suaminya menenangkan diri. Dia berkata kalau hal ini adalah wilayah seorang ibu dan berjanji akan berbicara pada Hyo Sun. Dae Sung sebenarnya sadar betapa licik istrinya.
Di kamarnya sendiri, Eun Jo terlihat sangat tidak senang ketika dia mengingat pengumuman Hyo Sun kalau dia dan Ki Hoon berkencan. Dia membuka lemarinya dan melihat sebuah tas yang membawanya kembali ke sebuah kenangan saat terakhir kali dia menggunakan benda itu.
Tak lama setelah kepergian Ki Hoon, Eun Jo memutuskan untuk kabur. Langkahnya begitu berat dan dia menangis. Dia melihat dengan seksama sebuah paviliun dimana dia pernah melihay Ki Hoon menyanyi. Dae Sung mendekati Eun Jo dan berkata kalau dia punya firasat kalau Eun Jo akan pergi juga setelah Ki Hoon pergi. Dia mengerti kalau di rumah ini sudah tidak banyak hiburan: “Saat Ki Hoon pergi, aku paling mengkhawatirkanmu.” Eun Jo meminta Dae Sung agar membiarkannya pergi.
Dae Sung menggeleng dan Eun Jo menjawab kalau dia akan menemukan jalannya. Dae Sung berjanji akan membiarkan Eun Jo pergi saat harinya sudah tiba nanti dimana dia tidak mengkhwatirkannya lagi. Dae Sung meminta Eun Jo untuk percaya padanya lalu mengambil tas Eun Jo.
Kembali ke masa kini. Garis keluarga terlihat jelas pada saat makan malam dimana Eun Jo membicarakan bisnis dengan Dae Sung sementara Hyo Sun hanya diam. Eun Jo ingin menyewa seseorang untuk menangani masalah penjualan perusahaan sementara itu Dae Sung terlihat ragu karena dia tidak punya ambisi untuk membesarkan perusahaan. Eun Jo menantangnya, “Lalu apa gunanya aku disini?” Apakah Dae Sung akan mengabaikannya dan kemampuannya? Apa inti dari pekerjaan Eun Jo disana bila Dae Sung tidak ingin mengembangkan perusahaannya? Dae Sung tertawa.
Kang Sook dan Hyo Sun juga membentuk sebuah hubungan tersendiri. Mereka terikat dalam kesenangan pada benda-benda cantik. Kang Sook ingin melihat semua barang-barang milik Hyo Sun dan senang pada tas yang Hyo Sun belikan untuknya. Tapi dia juga mengalihkan matanya pada benda lain yang Hyo Sun beli dan meminta yang lain karena punyanya sudah kuno.
Kang mulai mencoba semua tas tangan Hyo Sun. Dia sebenarnya sadar betapa licik ibu tirinya tapi tetap ingin memberikan apa yang dia inginkan ketimbang memicu ketidaksenangannya. Hyo Sun merasa masih perlu membeli kasih sayangnya.
Malam itu Eun Jo mendapati dirinya merasa terganggu ketika belajar dan menguping Hyo Sun yang sedang berbicara di telpon. Dia sedang diganggu oleh salah satu penggemarnya dan beranjak untuk berbicara dengannya di gerbang. Hyo Sun terlihat kesal. Pria ini naksir berat pada Hyo Sun tapi dia malah menyakitinya dan menyuruhnya pergi.
Pria itu memberitahu Hyo Sun kalau ban mobilnya kempes. Hyo Sun menyuruhnya pergi ke bengkel di dekat stasiun. Hyo Sun memanggilnya “Oppa” dan bagi Eun Jo ini adalah penegasan kalau Hyo Sun dan Ki Hoon memang berkencan. Eun Jo mengayuh sepedanya dengan kencang dan memikirkan Ki Hoon selama perjalanan ke stasiun kereta. Tapi saat tiba disana, dia tidak menemukan siapa-siapa. Eun Jo berpikir kalau dia sudah kehilangan Ki Hoon untuk yang kedua kalinya. Dia pulang dengan penuh rasa kecewa.
Ki Hoon sendiri baru pulang ke Korea dari Amerika. Dia dibawa untuk bertemu dengan ayahnya. Kedua orang ini terlihat dingin. Presiden Hong memanggil Ki Hoon pulang setelah 8 tahun. Dia juga sudah memasukkan nama Ki Hoon ke dalam perusahaan. Ki Jung sekarang telah menguasai perusahaan dan menarik semua orang ke sisinya dan membuat Presiden Hong tidak punya kaki tangan lagi.
Ki Hoon mengantarkan sebuah dokumen untuk ayahnya. Tapi dia mengesampingkannya dan membicarakan masalah yang lebih penting. Ki Hoon bereaksi: dia terlihat marah dan putus asa. Di kamar hotelnya, Ki Hoon mengambil sebuah majalah yang menampilkan perusahaan Dae Sung dan Eun Jo sebagai salah satu direkturnya. Perusahaan itu telah berkembang pesat dan mengalahkan perusahaan Hong Ju yang selama ini menguasai pasar. Ki Hoon menggapai telpon, ingin menelpon tapi ragu. Dia akan memencet nomer lagi tapi berhenti lagi. Sampai akhirnya dia menelpon dan tersenyum saat dia menyapa Dae Sung.
Jung Woo sudah dewasa. Dia datang ke perusahaan anggur Dae Sung. Ketika melihat paman Hyo Sun, dia langsung menghormat dengan gaya khas militer, yang mengindikasikan kalau mereka berada di unit yang sama di militer. Jung Woo melihat Eun Jo dan langsung terpesona. Dia mengikuti pebisnis yang sedang diberikan tur oleh Eun Jo dan masuk ke gudang anggur. Eun Jo meminta para bisnisman itu untuk tenang sejenak dan mendengarkan anggur yang sedang berfermentasi. Untuk beberapa saat, Eun Jo hanyut dalam kenangan. Dae Sung memperhatikan dan mengambil alih tur ini hingga Eun Jo pulih kembali.
Hyo Sun ikut audisi balet dimana dia terjatuh dan langsung didiskualifikasi. Hyo Sun bersikeras untuk mencoba lagi dan terjatuh lagi. “Lalu aku bisa berencana dari sini!” Dia berlutut dan menangis yang membuat para juri menatapnya dengan penuh hinaan serta mengatakan dia bahkan tidak punya skil dasar.


Dae Sung punya kandidat untuk posisi marketing tapi Eun Jo telah berencana untuk mewawancarai dua kandidat pilihannya besok. Dae Sung menambahkan kandidatnya ke dalam daftar wawancara meski tidak meneyebutkan namanya. Dia merasa Eun Jo terlalu memaksakan diri dan tidak mau Eun Jo mengahbiskan masa mudanya untuk menolongnya disini. Akan tetapi, Eun Jo menjawab kalau dia berada disini tidak hanya untuk membantu Dae Sung, “Aku sedang menunggu!” Eun Jo mengingatkan Dae Sung pada janjinya yang dulu kalau dia akan melepaskan Eun Jo saat waktunya tepat. Eun Jo mengatakan pada Dae Sung jika semua tujuannya disini sudah tercapai, dia akan pergi. Dan untuk itu, dia menganggap hutangnya pada Dae Sung sudah terbayar. Dae Sung sebenarnya cukup terluka waktu Eun Jo menyebut “Hutang”.


Jung Woo sudah mulai bekerja sebagai buruh kasar dan dia lari ke Eun Jo waktu melihatnya di halaman. Eun Jo tidak memerhatikannya, dia memanfaatkan kesempatan ini dan bertanya, “Tidakkah kau mengenaliku?” Eun Jo memandang Jung Woo dengan kesal. Dia tidak mengenali Jung Woo yang sudah berubah drastic lalu pergi. Jung Woo menyusulnya sambil berkata, “Aku Jung Woo!” Nama itu tidak mengingatkan Eun Jo pada apa-apa jadi Eun Jo berkata kalau dia sudah salah orang. Karena Jung Woo disewa lewat paman Hyo Sun, jadi Eun Jo mengira dia berada disini untuk mencari Hyo Sun.


Ki Hoon muncul setelah 8 tahun menghilang. Hyo Sun adalah orang pertama yang melihatnya. Dia langsung menyapa Ki Hoon penuh emosi dan memeluknya dengan kencang, yang membuktikan kalau dia tidak pernah berhubungan dengan Ki Hoon selama 8 tahun ini.

Eun Jo mengabaikan Jung Woo, jadi dia mengenalkan dirinya lebih spesifik lagi – dia adalah Jung Woo yang dulu tinggal dengan Jang. Akan tetapi, Eun Jo sama sekali tidak mendengar sepatah katapun, sebab dia melihat pamandangan yang mengerikan: Ki Hoon datang bersama Hyo Sun saling berpegangan tangan. Karena dia sudah percaya kalau mereka berkencan, ini adalah pukulan berat. Eun Jo bersikap seperti dulu lagi dan memasang bentengnya.

Ki Hoon dan Eun Jo saling pandang sementara yang lainnya memandang dengan penuh penasaran. Eun Jo yang tidak bereaksi adalah sebuah kekecewan bagi Ki Hoon, yang kemudian berkata, “Wajah yang aku kenal. Kau adalah saudara Hyo Sun, iya kan? Apa kau ingat aku?”

Eun Jo tetap memandang Ki Hoon dengan tatapan menuduh, bagaimana mungkin dia melakukan ini pada Eun Jo? Tidak tahu sumber kemarahan Eun Jo, Ki Hoon balas memandangnya dengan tidak nyaman. Sementara itu, Hyo Sun berkata bagaimana mungkin dia tidak mengenali Kak Ki Hoon. Akhirnya setelah cukup lama, Eun Jo berkata, “Hello.” Seolah-olah dia sedang menyapa orang asing yang baru pertama kali dia jumpai. Ki Hoon membalasnya dengan penuh kekecewaan.

Hari berikutnya, Jung Woo menemui Ki Hoon yang sedang berada di luar. Dengan tidak sopan dia bertanya pada Ki Hoon dimana dia menyelesaikan wajib militernya. Jung Woo berbicara pada Ki Hoon seperti sedang menantangnya. Tapi waktu dia mendengar kalau Ki Hoon berasal dari angkatan laut, Jung Woo langsung memberi penghormatan militer pada seniornya karena Jung Woo juga berasal dari angkatan laut.

Karena dua kandidat Eun Jo tidak muncul, maka wawancara dilanjutkan untuk yang ketiga. Suasananya agak aneh soalnya Eun Jo memperlakukan Ki Hoon seperti orang asing ketika memulai sesi wawancara. Dia bertanya kenapa Ki Hoon mau bekerja di tempat seperti ini. Ki Hoon menjawab: “Aku akan bekerja keras. Kau tidak akan mau membiarkanku pergi. Kalau aku kelihatannya akan pergi, kau akan memperlakukanku lebih baik. Aku pernah tinggal disini dan hal itu adalah asset terbesar buatku.” Eun Jo tidak tahan menanyakan pertanyaan lain misal, apakah dia pergi ke Amerika setelah keluar dari militer serta pertanyaan lain. Semua itu dijawab Ki Hoon sambil terus memandangi Eun Jo.

Dan pertanyaan paling mendasar, apakah Ki Hoon pernah kembali selama tinggal di Amerika? Eun Jo menahan nafas. Ki Hoon menjawab kalau dia pulang setiap liburan. Jawaban ini juga membuat Dae Sung mengomel karena dia tidak pernah menelpon. Ki Hoon menjawab kalau dia selalu sibuk jika sedang liburan di Korea.

Hyo Sun menerima hasil audisinya – gagal lagi – dan kata-kata Eun Jo bergema di telinganya. Ki Hoon menemuinya di pinggir sungai dan menebak kalau dia sedang kesal karena gagal lagi. Dia menenangkan Hyo Sun dan berkata kalau dia pasti berhasil suatu hari nanti. Kalau pun tidak, tidak terlalu buruk karena dunia penuh dengan hal yang menyenangkan dan menarik.
Hyo Sun bertanya Ki Hoon pergi kemana dan saja. Dia juga mendesah kalau dia tidak punya cita-cita dan tidak punya tujuan. “Apakah orang sepertiku mampu menjalani hidup yang menyenangkan?” Dia meminta Ki Hoon untuk memberitahunya kalau bulan itu datar, seperti yang dia lakukan dulu.

Ki Hoon berkata kalau dia bisa mendapatkan semuanya secara bertahap ketika dia mulai menjalani hidupnya. Mendengar kalimat ini, Hyo Sun menyandarkan kepalanya di bahu Ki Hoon dan berkata, “Kau milikku, Kak. Kenapa kau baru datang sekarang?” Mereka duduk di pinggir sungai. Pemandangan ini dilihat oleh Eun Jo yang mengendarai mobilnya.

Sebagai hasilnya, Eun Jo menjauhkan diri saat dia, Dae Sung, dan Ki Hoon membicarakan strategi marketing. Ki Hoon menyampaikan idenya untuk iklan tv. Eun Jo meminta detail biaya untuk iklan tv lalu pergi. Dia mencoba idenya dengan memotret Hyo Sun sebagai modelnya. Eun Jo mendapatkan hasil dan bilang pada Hyo Sun dengan nada tidak enak, “Kau cukup cantik.” Hyo Sun terlihat melongo dan meminta Eun Jo mengulangi kata-katanya. Eun Jo bertanya apakah ini untuk pertama kalinya ada orang yang bilang dia cantik. Meski begitu, Hyo Sun tetap tersenyum.

Saat Ki Hoon menyerahkan biaya iklan tv, Eun Jo menolaknya. Dia menelusuri daftar itu dan mencoret hal yang tidak mereka perlukan. Eun Jo meminta Ki Hoon untuk mengulangi daftar itu. Ki Hoon tidak bisa mengerti kenapa Eun Jo memperlakukannya dengan dingin dan bertanya, “Apa ada hal lain yang mau kau katakan?” Eun Jo bilang tidak jadi dia lantas pergi.

Malam itu, Dae Sung berkata kalau dia akan menempatkan Hyo Sun untuk bekerja di perusahaannya yang membuat kedua bersaudari itu tidak senang. Dia tidak ingin digoyang oleh istrinya lagi dan meminta Eun Jo untuk menemukan pekerjaan yang tepat buat Hyo Sun.

Menariknya, Kang Sook masih mengunjungi Jang yang masih mencintainya dan berkata kalau mereka sebaiknya kembali bersama. Kang Sook mendorongnya dan memberitahunya kalau dia datang bukan karena masih mencintainya tapi dia perlu tempat untuk mengekspresikan diri. Dia mati kalau terus berpura-pura sebagai sitri yang baik. Dengan Jang, dia bebas melakukan apa saja.

Dia masih harus khawatir pada Dae Sung saat dia pulang telat malam itu dan berbau alkohol. Untungnya, Dae Sung sedang merasa sangat khawatir ketika mereka mendapat telpon dari teman Hyo Sun kalau sekarang dia sedang pingsan akibat terlalu banyak minum. Eun Jo dan Ki Hoon telah pergi untuk menjemputnya.

Di dalam mobil, Ki Hoon mencoba bercakap dengan Eun Jo dan bertanya apa dia ingat semuanya. Eun Jo berpura-pura tidur untuk menghindari percakapan dan mereka berkendara dalam diam. Setelah mereka kembali, Ki Hoon membawa Hyo Sun ke kamarnya. Dia kemudian menyelimutinya setelah Ki Hoon keluar.

Eun Jo keluar dan menemukan Ki Hoon masih berdiri di halaman. Dia berdiri disana seolah lupa bagaimana cara berjalan. Dia memandang Eun Jo dan mereka pun saling pandang. Tapi Eun Jo cepat-cepat menghindar. Ki Hoon bertanya, “Apa benar tidak ada yang ingin kau sampaikan padaku?” Ki Hoon menarik tangan Eun Jo dan membawanya ke gerbang depan.

Ki Hoon: “Apa benar-benar tidak ada yang ingin kau katakan padaku, kau gadis mengerikan!”

Eun Jo: “Aku tidak mengerti apa yang sedang kau bicarakan.”

Ki Hoon: “Gadis mengerikan. Kau berpura-pura tidak mengenaliku?”

Eun Jo: “Apakah aku harus bersikap seperti yang aku lakukan?”

Ki Hoon: “Tidakkah kau tahu betapa aku…”

Eun Jo: “Diam kau!”

Ki Hoon: “Apa?”

Eun Jo: “Bajingan!”

Ki Hoon: “Apa?”

Eun Jo: “Siapa Hyo Sun, dan siapa aku? Aku tidak tahu ini tapi kau bajingan!”

Tiba-tiba saja, Ki Hoon mengerti dan berkata, “Bukan begitu.” Eun Jo tidak memercayainya, jadi dia menekankan lagi, “Hyo Sun bukan orang yang aku cinta. Bukan dia. Itu tidak benar.”
Eun menantang apakah Hyo Sun juga berpikir kalau itu tidak benar. Ki Hoon menjawab, “Aku memberitahumu kalau itu tidak benar!” Eun Jo tidak bergerak dan berkata, “Siapa kau? Kau dipecat. Jangan menginjakkan kakimu di rumah ini lagi.” Dan Eun Jo pergi dan mengabaikan Ki Hoon yang berteriak, “Hei, hei!”

Tapi kemudian Ki Hoon berkata, “Eun Jo ya.” Eun Jo berhenti. Dan lagi, “Eun Jo ya.” Eun Jo mulai menangis dan dia membeku di tempatnya berdiri, sementara Ki Hoon masih terus memanggilnya, “Eun Jo ya. Eun Jo ya.”

>> BERSAMBUNG <<

EPISODE 6

Diperjalanan pulang, Ki Hoon memutar lagu spanyol lagi dan bertanya apa Eun Jo ingat lagu itu. Eun Jo mematikannya dan pura-pura tidur. Ki Hoon berkata bagaimana mudah Eun Jo melupakannya. Hyo Sun terbangun dari tidurnya. Mendengar dan merasakan atmosfir suasana yang dingin diantara Eun Jo dengan Ki Hoon.

Hyo Sun bangun setelah Eun Jo menyelimutinya dan keluar kamar. Beberapa saat Hyo Sun pun keluar kamar. Hyo Sun melihat Ki Hoon menarik pergelangan tangan Eun Jo. Ki Hoon terus memanggil Eun Jo yaa. Ki Hoon mendekati Eun Jo. Eun Jo langsung menghapus air mata nya. Ki Hoon memegang bahu Eun Jo, Eun Jo langsung menghempaskan tangan Ki Hoon dengan kasar.

"Kau pikir kau siapa? Bagaimana kau tertawa dan bagaimana kau memanggil nama ku sekarang bukan hal yang penting bagiku. Kau tidak lebih dari debu dan hama. Kau bukan apa-apa. Jika kau memanggil nama ku dan tertawa lagi, maka aku hanya akan... membunuhmu" kata Eun Jo dingin.


Hyo Sun mendengar percakapan antara Ki Hoon dan Eun Jo dengan sedih dan menangis. Ki Hoon masih memandang punggung Eun Jo lalu pergi. Hyo Sun masuk kedalam rumah dan melihat Dae Sung sedang menggendong adiknya, Jun Su. Hyo Sun melihat dengan tersenyum sedih, "Semua orang pergi piknik, dan meninggalkan aku dibelakang.. meniggalkan aku dibelakang.." kata Hyo Sun sedih dalam hati. Eun Jo terduduk dalam kamarnya yang gelap.

Dae Sung memanggil Eun Jo keruangannya. Eun Jo meminta Dae Sung bicara. Dae Sung mengatakan sekarang adalah waktu yang tepat (buat Eun Jo pergi, seperti janjinya, jika Dae Sung udah ga khawatir lagi ma Eun Jo). Dae Sung "Kau pintar, rajin, pekerja keras. Kau tidak hanya berpikir dengan cepat tapi juga bertindak dengan cepat. Jika kau ingin terbang, aku sudah menempelkan sayap untukmu" puji Dae Sung.

"Saya tidak pernah memberimu sebagai hutang, tidak pernah" kata Dae Sung membalas ucapan Eun Jo tempo hari (mengenai Eun Jo mengaggap semua adalah hutang). "Saya tau" kata Eun Jo. "Tidak, kau tidap tau. kau tidak pernah tau. Jika kau tau, kau tidak akan berfikir seperti itu" bantah Dae Sung. (Dae Sung tulus menyayangi Eun Jo). Dae Sung mengatakan dia tidak pernah membedakan Eun Jo dengan Hyo Sun. Dae Sung berdeham dan mengakui pernah sekali melakukannya dan Dae Sung tidak tau mengapa. Tapi Dae Sung merasa Eun Jo akan sama dengannya.

Dae Sung meminta rancangan hidup Eun Jo. Dae Sung merasa dia berhak atas otoritas terhadap Eun Jo. Dae Sung ingin memastikan bagaimana Eun Jo akan hidup, mengenai mimpinya, cara meraihnya dan seberapa siap Eun Jo dalam kehidupan yang sebenarnya sejak Dae Sung mendaftarkan pernikahannya dan mengubah marga Eun Jo dan ibunya menjadi sperti Go Eun Jo. Dae Sung rasa dia ingin tau rencana masa depan Eun Jo. Eun Jo setuju, Eun Jo akan memberikan rencananya pada Dae Sung. Dae Sung mengangguk dan menyuruh Eun Jo keluar.

Saat Eun Jo berdiri dan berbalik, dia melihat Kang Hook yang mendengar percakapan mereka. Kang Hookterkejut dan bertanay pada Dae Sung, " apa kau meyuruh Eun Jo keluar?". Dae Sung menjawab akan membicarakannya nanti. Kang Hook bertanya apa Eun Jo akan meninggalkan rumah. Eun Jo diam saja, berjalan keluar. Tapi Kang Hook memegang pergelangan tangan Eun Jo. Kang Hook langsung histeris. "Apa kau mengusir aku dan Eun Jo, ayah Jun Su?" tanya Kang Hook. Kang Hook berkata sudah melakukan yang terbaik yang dia bisa. Kang Hook juga minta maaf jika melakukan kesalahan. Dae Sung, "Tidak, bukan seperti itu". Kang Hook masih menangis dengan histeris dan pingsan.

Hyo Sun menemui Ki Hoon. Hyo Sun minta Ki Hoon untuk melamarnya dan menikah. Ki Hoon bingung. Hyo Sun memaksa Ki Hoon untuk membuat keputusan yang sama untuk menikahinya. Ki Hoon hanya tersenyum dan menjawab "okke, sesuai dengan harapanmu". "Seberapapun kau menyukai Eun Jo, itu tidak akan mungkin" kata Hyo Sun. Hyo Sun bertanya bagaimana bisa dia baik terhadap Eun Jo dan meninggalkannya. Hyo Sun mau jawab, tapi HP nya berdering. Hyo Sun memberanikan diri, "Kau adalah milikku oppa. Kau adalah milikku sejak dulu hingga sekarang dan jangan mengatakan sebaliknya" tegas Hyo Sun.

Dae Sung mengantar dokter ke mobil dan bertanya keadaan Kang Hook. Dokter mengatakan Kang Hook akan baik-baik saja. Eun Jo menunggui Kang Hook dengan cemas. Eun Jo memegang kening Kang Hook. Kang Hook tanya dimana Jun Su, Eun Jo jawab Jun Su ke sekolah. Kang Hook, "Dimana ayahmu?". "Dia keluar mengantar kakek Hyo Sun (dokternya)" kata Eun jo. Kang Hook tanya apa ada orang selain mereka, Eun Jo jawab tidak ada. Eun Jo memintanya jangan bicara lagi, itu akan membuat Kang Hook lelah. Tapi setelah tau tidak ada oarang lain, Kang Hook langsung bangun, mendorong dan memukul Eun Jo. "Dasar anak nakal" marah Kang Hook.

Kang Hook mulai memaki Eun Jo. Kang Hook, "Jika kau tetap disini sperti ini, pabrik, rumah semua adalah milikm dan Jun Su. Aku melihatmu bekerja keras di pabrik dan aku tau itu semua akan menjadi milikmu. Tapi apa yang kau bicarakan. Meniggalkannya? Hah,, kau anak nakal". Eun Jo shock tau kalau Kang Hook hanya berpura-pura. Kang Hook menyuruh Eun Jo untuk mengambil kata-katanya untuk pergi dengan alasan Kang Hook akan sakit.

Kang Hook masih saja memarahi Eun Jo dengan kata-kata kasarnya. "Jika saya meninggal, saya punya kesempatan untuk mati, saya bisa melepaskan diri dari anda" lirih Eun Jo. Kang Hook tidak menanggapi ucapan Eun Jo, malah minta Eun Jo keluar dan ambil air dingin. Kang Hook mau ngaca, tapi Hyo Sun sudah berteriak memanggilnya. (pas banget) Hyo Sun masuk Kang Hook sudah berbaring lagi. Mulai dengan aktingnya. Eun Jo hanya keluar dan melihat dengan pandangan sedih plus kecewa.

Jung Woo sudah berada di luar, membalikkan sepatu Eun Jo. Eun Jo ke sungai dengan sedih dan kecewa, Jung Woo mengikutinya. Eun Jo hanya duduk terdiam dengan pandangan kosong, Jung Woo ga tega juga ngeliatnya. Jung Woo duduk disebelah Eun Jo, Eun Jo langsung berdiri. Jung Woo akan mengikutinya. Eun Jo bertanya apa Jung Woo mengatakan sesuatu yang tidak dia dengar?. Jung Woo menggeleng. "Lalu apa kau disuruh?" tanya Eun Jo. Jung Woo jawab ia tidak disuruh. "Apa presdir Go mencari saya?" tanya Eun Jo. Jung Woo mengiyakan. Eun Jo bilang dia akan kesana sore nanti. Jung Woo ingin mengikuti Eun Jo dan memanggilnya "Nona" tapi paman membunyikan klakson memnggil Jung Woo. Jung Woo hanya bisa menghela nafas.

Paman menberikan uang untuk Jung Woo karna Jung Woo tidak mengatakan (sesuatu) pada orang lain. Hyo Sun tidur memeluk Kang Hook, Kang Hook menyingkirkan tangan Hyo Sun tapi tidak bisa. Jun Su pulang dan memanggil Kang Hook. Seketika itu juga Kang Hook langsung bangun dan menyingkirkan tangan Hyo Sun. Setelah pintu ditutup, Hyo Sun bangun, Hyo Sun sedih, dia merasa kasih sayang Kang Hook bohong dan hampa.

Eun Jo melakukan percobaan di lab. Temannya mengatakan bahwa salah satu teman pria nya bertanya terus mengenai Eun Jo. Pria itu ingin mengajak Eun Jo pergi, karna Eun Jo menolaknya maka dia menjawab Eun Jo tidak tertarik. Eun Jo hanya diam saja.

Malam harinya, Dae Sung menceritakan kepergian Ki Hoon. Dae Sung tidak mengusir Ki Hoon, Ki Hoon pergi ke tempat dimana dia dilahirkan. Dae Sung berkata Ki Hoon pria yang beruntung. Dae Sung juga mengatakan (dengan pede nya) kalau Ki Hoon berada di sana karna ada Dae Sung juga karna rindu seseorang. Dae Sung menanyakan proposal Eun Jo. Eun Jo mengatakan dia tidak ada proposanya. Dae Sung bertanya apa Eun Jo berubah pikiran karna Kang Hook. Eun Jo hanya diam.

Dae Sung, "Jika kau sudah mempunyai rencana proposalnya, kau bisa memberikannya padaku. Aku tidak tau bagaimana perasaanku. Sampai kau menemukan temapt untuk hatimu, aku ingin merawatmu. Dengan mengatakan kau akan pergi setelah membayar hutangmu, kau menolak perasaanku (kasih sayang ayah). Itu bukan hal yang baru. Tapi sungguh hati saya sakit saat itu. Jangan seperti itu lagi".

Eun Jo, "Rumah ini.. sangat meyusahkan. Jangan berikan saya kasih sayang. Jika kau sudah memberikannya, ambillah kembali. Saya sungguh gadis yang buruk. Kau tidak akan bisa membayangkan seberapa buruk saya. Jika kau tau apa yang saya pikirkan setiap hari, kau mungkin tidak akan pernahingin melihat saya. Untuk sekarang ibu menahan saya disini, saya akan tinggal. Apapun yang saya ambil, saya akan bayar dengan tinggal disini atau mungkin berkencan dengan Profesor Oh di Lab saya. Jadi, jangan memperlakukan saya dengan baik. Hanya karna anda percaya, saya bersyukur, selamanya saya akan menahan perasaan, saya tidak melakukannya satupun" kata Eun Jo dingin.

Ki Hoon datang ke kantor presdir Hong dan mengatakan dia akan mencari cara untuk membantu. Ki Hoon mengatakan dia tidak bisa mengakses keuangan di perusahaan Dae Sung. Dan sudah kehilangan keinginan untuk melakukannya. Presdir Hong heran dan bertanay apa ini karena persaan yang terlalu dalam terhadap Goo Dae Sung. Ki Hoon menyangkal dengan berkata dia sudah meninggalkan perasaanya sejak dia pergi dari sana. Ki Hoon juga mengatakan dia bukan Ki Hoon yang dulu, bukan 8taun yang lalu. Jika Ki Hoon tidak pergi waktu itu, mungkin. Tapi dia pergi, melupaka segala sesuatu yang ada disana. Presdir tidak terima jawaban Ki Hon dan bertanya apa maksud ucapan Ki Hoon yang sudah tidak ada keinginan lagi.

Ki Hoon tertawa sinis. "Ini sama dengan Era Raja Chosun bukan?" sindir Ki Hoon. Ki Hoon bercerita tentang seorang pangeran yang ingin mengambil tahta dari ayahnya. Pangeran menggunakan senjata untuk menurunkan Raja. Presdir Hong maranh dan menggebrak meja. Tapi dengan tenang Ki Hoon terus saja bercerita.
Ki Hoon berkata perusahaan Dae Sung tidak perlu di khawatirkan. Presdir Hong bertanya bagaimana Ki Hoon tau. Ki Hoon mengatakan dia berencana akan beristirahat sejenak dan selama dia beristirahat dia akan berfikir untuk menolong presdir Hong, yang akan mengamankan sahamnya. Predir memberikan dokumen. Ki Hoon bertanya apa itu. Presdir Hong memberikan dokumen Ki Jung. Goo Dae Sung menolak untuk menjual perusahaannya. Ki Jung tidak akan menyerah. Presdir Hong tidak mau pers. Go Dae Sung jatuh ketangan Ki Jung.

Presdir Hong bercerita tentang kematian ibu Ki Hoon.

Ki Hoon keluar ruangan dengan gontai. Di lobby, Ki Hoon melihat Eun Jo dan mengikutinya. Eun Jo melakukan kencan buta. Si pria terus saja menceritakan tentang keluarganya. Pria itu tanya berapa tinggi Eun Jo. Eun Jo balik tanya, apa dia akan menikahi seorang gadis hanya dari tingginya saja. Ki Hoon cukup dekat untuk mendengar mereka membicarakan pernikahan. Eun Jo langsung pergi, tidak menghiraukan pria itu memnggilnya. Di luar, Ki Hoon mendekat dan bertanya, apa Eun Jo melakukan kencan buta. Eun Jo hanya melengos pergi dengan mobilnya.

Ki Hoon mengikuti Eun Jo. Mereka balapan mobil. Eun Jo memacu mobilnya lebih cepat. Ki Hoon mulai khawatir dan menelv Eun Jo untuk memintanya berjalan dengan pelan. Eun Jo langsung melepaskan earphone nya dan melaju lebih cepat lagi. Ki Hoon sangat khawatir, saat belokan Ki Hoon lebih unggul. Ki Hoon langsung memotong laju Eun Jo. Eun Jo terkejut, langsung nge rem.

Ki Hoon meminta Eun Jo untuk jalan santai karna banyak kecelakaan disina. Ki Hoon mengatakan jalanan sangat terjal, apapun yang buruk bisa saja terjadi. Ki Hoon berkata dia tidak mengikuti Eun Jo, dia akan jalan duluan sehingga Eun Jo bisa jalan dengan pelan. "Aku tidak ingin mengejarmu dan aku tidak ingin mencoba memegangmu. Aku juga tidak akan bertanya padamu untuk memegangku juga. Jadi kamu bisa lari. Setelah itu,, saya juga.." kata Ki Hoon mulai emosi. (maksud ki hoon disini, dia gaa akan ngejar eun jo lagi, ga akan minta eun jo buat cinta sama dia, jadi eun jo bisa sama yang lain dan dia bisa...)

Eun Jo hanya melihat Ki Hoon pergi dengan wajah depresinya.

Sampai dirumah, Jung Woo masih mengikuti Eun Jo. Eun Jo bertanya apa ada yang Jung Woo katakan. Jung Woo menggeleng. Eun Jo masuk kedalam rumah. Jung Woo langsung membalikkan sepatu Eun Jo. Setelah itu Jung Woo memberi hormat dan pergi.

Malam hari Ki Hoon menelv seseorang di paviliun nya. "Janjilah 1 hal pada saya, ketika kau mendapatkan Pabrik Daesung Rice, kau akan memberikannya padaku. Jika kau berjanji, maka saya akan mulai bekerja" kata Ki Hoon.

Hyo Sun mulai bekerja. Hyo Sun mencuci beras dengan sembarangan sehingga sebagian dari beras tumpah. Ibu-ibu disana sudah memperingati Hyo Sun. Hyo Sun mengataka jika disuruh mencuci maka dia akan mencuci, setelah itu dia akan menikah. Dae Sung memarahi Hyo Sun karna menumpahkan banyak beras. Hyo Sun mengatakan dia bisa melakukannya dengan baik. Hyo Sun menghela nafas. Hyo Sun mengatakan dengan menahan tangis, dia bisa melakukan sesuatu, dia akan melakukannya dengan baik.

Eun Jo minta Hyo Sun menemuinya di kamar Hyo Sun. Jung Woo yang melihat Eun Jo langsung berdiri dan memberi hormat, masih berharap Eun Jo akan ingat dirinya. Eun Jo meminta Hyo Sun mencoba pakaian balet. Hyo Sun bertanya untuk apa semua ini. Tanpa basa basi Eun Jo mengatakan Hyo Sun cantik. Hyo Sun mengatakan Eun Jo penipu dan dia tidak akan tertipu yang kedua kali, Hyo Sun merasa Eun Jo mengatakan dirinya cantik hanya ingin Hyo Sun melakukan apa yang dia mau. Eun Jo menjawab, "Jika kau tidak mau melakukannya, aku bisa menggunakan uang ayahmu" kata Eun Jo. Hyo Sun terkejut, merasa di manfaatkan. "Kau adalah iblis" kata Hyo Sun. Hyo Sun memanggil Eun Jo dengan berteriak.

Hyo Sun menari ballet berkali-kali. Baru istirahat sebentar Hyo Sun harus mengulangi lagi, tapi melihat Ki Hoon dia tersenyum dan semangat. Ki Hoon melihatnya dari layar kecil dan tersenyum. Eun Jo meliriknya dengan kesal. (joules niii yeee,, :p ). Eun Jo berdiri menjauh.

Setelah itu mereka pergi makan bersama. Hyo Sun nambah makanan dan soju. Eun Jo membatalkan minuman soju nya dan mengganti dengan Daesung Takju. Hyo Sun bertanya mengapa dia memesan yang tidak dapat mereka minum. Eun Jo menjawab, "Kita bisa meminumnya". Eun Jo mau Daesung Takju ada dalam bar ke bar secara gratis (promosi), Eun Jo minta Ki Hoon mebuat laporannya. Dengan jutek Ki Hoon menjawab "mengerti". "Oppa, kau tidak perlu tangan, aku tanganmu" kata Hyo Sun menyuapi Ki Hoon. Ki Hoon mau nolak, tapi ga bisa.

Eun Jo jengah melihatnya. Eun Jo terus saja minum alkhohol. Ki Hoon mencoba melangnya, tapi tak digubris. Hyo Sun juga mau minum, tapi Ki Hoon melarangnya karna Hyo Sun lah yang akan menyetir. Eun Jo melihat tangan Hyo Sun dan Ki Hoon. Eun Jo makin cepat menghabiskan minumannya, begitu juga dengan Ki Hoon. Hyo Sun melihat mereka dengan sedih.

Eun Jo dan Ki Hoon muntah, "Aku rasa aku mulai gila" lirih Hyo Sun. Paman membangunkan Jung Woo. Jung Wo melihat Eun Jo dan Ki Hoon yang sudah terkapar di tanah. Jung Woo menyetir mobil sambil memperhatikan Eun Jo, Hyo Sun yang melihatnya langsung menggeser sedikit kaca spion.

Hyo Sun, "Siapa namamu?". Jung Woo menjawab seperti di militer, dengan formal. Hyo Sun tersenyum, "kau seperti tentara" kaya Hyo Sun. Jung Woo meniyakan, dengan bangga, Jung Woo mengatakan dirinya bukan hanya tentara biasa, dirinya dari angkatan laut. Hyo Sun tertawa.

EPS 7

Dae Sung mendengar permohonan Eun Jo agar Kang Sook mengatakan kalau dia benar-benar mencintai Dae Sung. Tapi Kang Sook mengatakan jika dia menyukai Dae Sung karena pria ini kaya. Eun Jo melihat sekilas Dae Sung di depan pintu kamar rumah sakitnya. Dia bangkit dan mengejar Dae Sung.

Di jalan, Eun Jo berteriak memanggil nama Dae Sung. Suaranya lemah sekali. Akan tetapi, Dae Sung belum menoleh juga. Eun Jo berteriak lagi dan barulah pria itu menoleh sambil tersenyum dengan lemas. Dae Sung mengibaskan tangannya dan Eun Jo mengikutinya. Karena tahu Eun Jo tidak akan kembali, Dae Sung berbalik dan berkata, “Itu bukan sesuatu yang tidak aku ketahui.” Eun Jo terkejut dan dia diminta untuk tidak mengatakan kalau Dae Sung telah mendengar semuanya kepada Kang Sook. Dae Sung pun pergi.
Sementara itu, Ki Hoon dan Hyo Sun duduk di mobil yang terparkir. Hyo Sun berkata jika sebenarnya dia menyukai Eun Jo, “Tapi bagaimana bisa dia melakukan ini padaku, Kak?!” Ki Hoon menyuruhnya untuk tidak menangis. Dia mempermasalahkan tuduhan Hyo Sun pada Eun Jo bahwa Eun Jo telah mencuri semua hal darinya. Ki Hoon berkata, “Jika kau tidak ingin sesuatu diambil darimu, berbuatlah sesuatu dan awasi apa yang memang menjadi milikmu!” Hyo Sun kaget mendengar ucapan ini. Tapi, Ki Hoon menambahkan lagi, “Apa? Apa aku tidak boleh marah? Apa kau berpikir tak ada orang yang bisa marah padamu? Apakah semua orang harus memanjakanmu tak peduli apapun yang kau lakukan? Apa kami harus selalu menerimamu, tertawa untukmu, dan bertepuk tangan untukmu?”
Ki Hoon bertanya apa yang telah Hyo Sun lakukan tanpa bergantung pada orang lain. Dia berkata, “Eun Jo mencuri darimu? Kau belum pernah menghasilkan apa-apa dengan tenagamu sendiri jadi bagaimana bisa ada yang dicuri darimu?” Hyo Sun menahan air matanya dan dia terlihat sangat marah. Tapi Ki Hoon tidak membiarkannya, “Apa yang kau lihat? Kenapa kau memandang seperti itu? Apa kau merasa mendapat ketidakadilan? Apa kau marah karena aku tidak membelamu? Aku bukan milikmu!”
Hyo Sun tidak bisa menahan air matanya dan bergerak akan memeluk Ki Hoon. Akan tetapi, Ki Hoon mendorongnya, “Musuhmu bukan Eun Jo. Berbuatlah sesuatu dan lindungi apa yang telah kau buat. Jika ada sesuatu yang dicuri darimu tanpa melakukan apa-apa, maka tidak ada yang bisa kau katakan. Mengerti?” Ki Hoon meminta Hyo Sun untuk tidak bergantung padanya – dia tidak akan melakukan hal itu. Ki Hoon berkata dengan putus asa, “Bersikaplah dewasa! Cepat!” Ki Hoon masuk ke dalam mobil dan menyuruh Hyo Sun agar masuk juga. Tapi Hyo Sun tidak mau jadi Ki Hoon pergi saja.
Eun Jo terus mengikuti Dae Sung sampai ke pabrik. Dae Sung menyuruhnya untuk istirahat. Eun Jo bertanya bagimana mungkin Dae Sung bisa seperti ini padahal dia sudah tahu yang sebenarnya. Dae Sung berkata, “Maksudmu meski dia bersamaku jadi dia bisa memanfaatkanku?” Dia menambahkan kalau hal itu tidak apa-apa. Eun Jo merasa sangat bersalah dan tidak mengerti pada sikap Dae Sung. Lalu, Dae Sung berkata kalau Kang Sook adalah orang yang patut dikasihani. Ketika pertama kali bertemu dengan Eun Jo, dia berpikir Eun Jo pastilah selalu berpendapat bila orang lain akan selalu memanfaatkannya karena dibesarkan oleh ibu seperti Kang Sook. Dae Sung merasa bersedih untuk Eun Jo, “Tidak masalah karena aku menyukai ibumu.” Dae Sung mendekati Eun Jo untuk menyuruhnya beristirahat atau apa dia mau piknik? Eun Jo menangis dan berkata, “Apa yang harus aku lakukan?” Dae Sung menjawab, “Jangan tinggalkan aku!”

Acara piknik. Diadakan sebuah permainan yang merupakan perpaduan antara sepakbola, tennis, dan bola voli. Yang ikut juga bermain adalah Ki Hoon dan Jung Woo. Ketika bola meleset ke luar arena, kedua pria ini mengulurkan tangan untuk menerima bola yang dipegang Eun Jo. Dia diam sejenak dan akhirnya membuat keputusan dengan melempar bola itu ke Dae Sung.

Di saat semua orang sedang piknik, Hyo Sun diam sendiri di rumah. Tiba-tiba saja, beberapa orang pria datang sambil marah-marah tentang anggur beras mereka yang rusak. Hyo Sun dengan gugup menelpon Eun – dia sudah mencoba menangani pria-pria ini sendiri tapi dia tidak tahu harus melakukan apa. Hyo Sun mengahadapi orang-orang itu dan meneguk anggur beras itu hingga mendapati bahwa rasanya tidak enak. Hyo Sun berkata jika anggur ini bukan milik mereka – botolnya memang iya, tapi isinya bukan. Hyo Sun memperolah kepercayaan diri dan berkata kalau perusahaan anggurnya menjadikan anggur beras yang lebih sebagai cuka. Tak ada yang percaya dan Hyo Sun berkata dengan nada ceria, “Mau bertaruh denganku?”

Eun Jo, Dae Sung dan yang lain kembali ke rumah sebab mereka tahu Hyo Sun sendirian. Akan tetapi, saat sampai di rumah mereka terkejut mendapati Hyo Sun dan beberapa pria sedang minum anggur. Hyo Sun memberikan anggur yang jelek pada ayah yang mencicipinya dan mendapati rasanya memang jelek. Ayah memberikan pada Eun Jo yang juga merasakan hal yang sama. Hyo Sun memandang Eun Jo dan berkata kalau dia sudah memberitahukan hal itu pada pelanggan – apa Eun Jo bisa percaya dia sekarang? Dengan gugup, paman Hyo Sun menarik Jung Woo ke samping untuk memperingatkannya agar tidak berkata apa-apa. Sebenarnya paman yang melakukan sabotase dengan menjual anggur yang lebih jelek. Meski Jung Woo tidak ikut dalam bisnis itu, sekarang dia curiga melihat reaksi panik paman.
Saat anggur beras yang busuk dijual ke pasaran, berita pun menyebar kalau perusahaan Dae Sung mencampur bahan tertentu ke dalam anggurnya. Dae Sung dan Eun Jo ditanyai oleh polisi dimana meraka membantah telah mencampur bahan tertentu, bahan pengawet pun tidak. Mereka juga mengatakan jika mereka selalu menarik anggur yang akan kadaluarsa dari pasaran. Tapi, belakangan ini pesanan sangat tinggi jadi tidak melakukan itu. Tidak ada campuran bahan kimia apapun di botol anggur yang rusak. Dae Sung berkata tidak apa-apa sementara itu, Eun Jo marah sebab kerja keras mereka jadi hilang. Semua pesanan sudah berhenti dan pabrik tidak berproduksi lagi.
Di pabrik yang kosong, Hyo Sun merasa sangat bingung, dia berkata, “Apa yang seharusnya aku lakukan di saat seperti ini? Baiklah – kau menyuruhku untuk tidak bergantung pada orang lain. Apakah aku diharapkan tidak melakukan apa-apa di saat seperti ini? Apa aku tidak diijinkan untuk bertanya? Apa bertanya juga termasuk bergantung pada orang lain? Oke, aku tidak akan bertanya?” Ketika Hyo Sun berbalik untuk pergi, Ki Hoon muncul dan berkata kalau bagus hal ini tidak terjadi waktu mereka menaikkan produksi. Mereka bisa menangani ini. Hyo Sun bertanya, “Kau baru bilang kalau bulan itu datar, ka?”
Ki Hoon yakin bila ini adalah pekerjaan ayahnya. Dia menyabotase perusahaan Dae Sung untuk mempercepat pengambilalihan. Tapi, Presiden Hong berkata kalau dia tidak ada hubungan dengan ini semua, begitu pula Ki Jung. Ki Hoon memperingatkan ayahnya untuk tidak melakukan ide gila seperti itu pada perusahaan Dae Sung disaat masih lemah. Ki Hoon bekerja disana untuk ayahnya dan saat perisahaan itu diambilalih, Ki Hoon yang akan mengendalikannya. Ki Hoon berkata, “Aku tidak akan merusak perusahaan itu ataupun imej-nya. Aku yang akan mengambilnya. Dan aku tidak mau mengambil sesuatu yang sudah rusak!” Ki Jung mendengar semua ini dan menebak jika Ki Hoon bekerja di tempat Dae Sung atas perintah ayah.
Malam itu, Kang Sook menyelinap ke kamar Eun Jo untuk bertanya padanya barang-barang apa saja yang diselamatkan sebelum perusahaan hancur. Dia menyuruh Eun Jo untuk mengambil apapun yang masih bisa diambil. Eun Jo tahu bahwa ibunya sangat matre. Dia berkata kalau perusahaan tidak akan hancur dan kalaupun hancur, ada banyak sekali yang bisa diambil. Kang Sook akan mati kekenyangan bukan kelaparan. Kang Sook senang mendengar hal ini.

Jung Woo merasa bersalah. Dia mengingat lagi ekspresi gugup paman tadi. Saat merenung di kamarnya, dia melihat Eun Jo lewat. Dia langsung mengambil baju dan keluar untuk menemuinya. Eun Jo berhenti sejenak untuk memandangi paviliun yang kosong. Dia ingat kalau di tempat itu dulu, Ki Hoon menyanyikan lagu spanyol untuknya. Eun Jo berjalan lagi – dan Jung Woo tidak menemukannya lagi. Eun Jo pergi ke gerbang depan dimana dia mendengar Ki Hoon sedang menyanyikan lagu yang sama. Dia marah. Mereka kemudian berhenti untuk saling tatap. Tapi kemudian Eun Jo berjalan pergi begitu pula Ki Hoon.
Eun Jo pergi ke ruang anggur dan hari ini dia tidak sendiri. Ada suara yang muncul dari balik salah satu kendi. Hyo Sun ada disana juga.
Hyo Sun: Ayo lakukan!
Eun Jo: Apa yang sedang kau bicarakan?
Hyo Sun: Aku tidak akan membiarkanmu memiliki segalanya. Dulu, aku ingin menjadi sepertimu. Kau belajar dengan rajin, dan kau pintar. Kau bersikap seolah-olah kau tidak memerlukan siapapun. Sombong, seolah-olah kau tidak peduli jika tak ada seorang pun yang memedulikanmu. Ada kalanya kau terlihat baik. Tapi kau selalu menuangkan air dingin ke hal-hal yang aku inginkan. Jadi mari selesaikan sekarang. Aku belum tahu bagaimana melakukannya. Tapi, ayo lakukan.
Part 2
Jung Woo tidak tahu apa yang direncanakan paman tapi dia tahu ada yang tidak beres. Jadi dia pergi ke tempat dimana biasanya paman pergi. Dia menemukan gubuk di hutan dan membawa Ki Hoon dan Dae Sung kesana. Mereka membuka paksa gubuk itu dan menemukan bahan-bahan sabotase. Anggur beras diambil dari pabrik dan dicampur dengan bahan jelek disini lalu dikemas dalam botol perusahaan Dae Sung. Ketika paman sedang bersenang-senang dengan gadis bar, Eun Jo dan yang lain sedang mengadakan rapat keluarga. Eun Jo menghitung semua kerugian mereka dan menyarankan agar mengirim paman ke polisi. Hyo Sun dengan tegas menolak mengirim pamannya ke kantor polisi.
Dae Sung ingin memikirkan cara menyelamatkan perusahaan tanpa mengorbankan paman. Eun Jo menekankan bahwa mereka tidak punya waktu lagi. Tapi, Dae Sung tidak mengindahkannya. Mereka bisa memulai dengan pelan-pelan. Eun Jo terpaksa harus menerima ini tapi dia menolak saran Ki Hoon untuk meminta maaf melalui surat kabar. Dia menjelaskan kalau ada banyak orang di luar sana yang ingin melihat mereka hancur agar bisa membeli perusahaan dengan harga murah. Situasi sedang genting sekarang jadi penting untuk tidak bertindak tergesa-gesa. Ki Hoon ingin tahu apa maksud Eun Jo berkata seperti itu. Siapa yang akan membeli perusahaan mereka? Ki Hoon menarik tangan Eun Jo tapi Jung Woo menarik Ki Hoon dari Eun Joo. Ki Hoon memukul Jung Woo dan Eun Jo pun pergi.
Dae Sung sangat tertekan dengan kondisi perusahaan. Hyo Sun berharap dia bisa membantu, “Aku ingin membantu. Tapi aku bukan apa-apa, benar kan?” Dia juga menambahkan kalau sekarang dia memang tidak bisa melakukan apa-apa tapi dia akan membantu dari sekarang. Dae Sung tersenyum dan kejadian ingin disaksikan oleh Eun Jo yang tiba di depan pintu. Ki Hoon juga melihat hal yang sama.
Dalam rapat yang lain, Ki Hoon menyampaikan ide-nya untuk mengejar pasar Jepang. Hal mendapat respon positif dan Eun Jo menawarkan diri untuk pergi ke Jepang tapi Ki Hoon bilang dia yang akan pergi. Dan yang akan diajak Ki Hoon pergi ke Jepang adalah Hyo Sun. Meski Ki Hoon baru-baru ini mengatakan hal yang keras pada Hyo Sun, dia tetap ingin mengajaknya. Hyo Sun sama terkejutnya seperti Eun Jo. Ki Hoon menjelaskan kalau dia ingin mengajari Hyo Sun bagaimana melindungi apa yang menjadi miliknya. Hyo Sun berkata, “Tapi, kau bilang Eun Jo tidak mengaambil apa-apa dariku?” Ki Hoon menjawab, “Ketika seseorang, entah itu Eun Jo atau siapapun, menantangmu dan mencoba mengambil sesuatu yang menjadi milikmu, kau harus melindunginya!”
Eun Jo sedang berjalan sambil membawa dokumen perjalanan. Dia juga memanggil Jung Woo yang sudah berekemas-kemas sebab dia mengira dirinya pasti akan diusir setelah membantu paman. Ketika Eun Jo bilang bahwa mereka bakal bekerja sama untuk melacak keberadaan paman besok, Jung Woo langsung tersenyum, dan berkata, “B…bersama?”
Selama di dalam mobil, Jung Woo tidak hentinya melirik Eun Jo. Dia tahu ini tapi tetap bersikap tenang. Jung Woo berusaha menahan perasaannya tapi dia tidak tahan sudah dan meluapkannya saat makan siang. Jung Woo mengambil potongan lobak Eun Jo dan berkata kalau dulu ada seseorang yang memotong kimchi seperti itu untuknya. Dia akan mengambil potongan itu dan pemotong kimchi bakal menghantamnya. Eun Jo tidak bereaksi. Kemudian Jung Woo berkata dengan dialect desanya kalau dia akan menemui Eun Jo lagi. Kali ini Eun Jo tersenyum dan berkata, “Kau Han Jung Woo?” Eun Jo berkata mengapa Jung Woo tidak berkata apa dan Jung Woo membalas bahwa dia ingin menunggu sampai Eun Jo mengenalinya. Eun Jo berkata, “Bagaimana aku tahu kalau kau adalah Jung Woo?” Jung Woo bilang, “Karena aku lebih keren? Apa aku membuat jantungmu berdegup kencang?” Eun Jo mencibir tapi dia tersenyum.
Akan tetapi, perjalanan Eun Jo dan Jung Woo sia-sia sebab paman sudah pergi dari motel tempat dia menginap. Mereka melaporkan ini pada Dae Sung yang langsung memegang tangannya sebab jantungnya tidak berdegup dengan baik. Dae Sung mendengar kalau paman akan menggunakan uang hasil menjual anggur yang jelek untuk membeli tanah. Kang Sook melihat suaminya yang kesakitan dan menyuruhnya istirahat. Tapi Dae Sung bilang dia harus pergi dengan putranya.
Di Jepang, Ki Hoon dan Hyo Sun bertemu dengan kenalan orang Jepang mereka. Dua wanita ini bisa bahasa Korea dan sangat menyukai anggur beras mereka. Lebih jauh, kedua wanita ini mengenali Hyo Sun dari video yang beredar di Youtube. Salah satunya bahkan mengatakan kalau putranya sangat menyukai video itu dan mengundang Ki Hoon serta Hyo Sun untuk bertemu putranya.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, Eun Jo dan Jung Woo beristirahat sejenak. Jung Woo menyerahkan tabungannya pada Eun Jo. Eun Jo bertanya kenapa dia menyerahkan uang itu padanya. Jung Woo berkata kalau dia mengumpulkan uang itu memang untuk Eun Jo. Jung Woo bertanya, “Jika aku telah mengatakan kalau aku akan menyimpan gaji pertamaku, siapa yang menurutmu akan aku berikan?” Hal ini membuat Eun Jo memikirkan Pak Jang. Dia bertanya bagaimana kabar pria itu tapi dengan cepat membatalkan pertanyaannya dan berkata kalau dia tidak ingin tahu. Tapi Jung Woo juga tidak tahu – dia sudah tinggal sendiri sejak berusia 18 tahun. Jung Woo, “Sebenarnya tidak sendiri karena aku tinggal denganmu.” Eun Jo mengatakan kalau sebaiknya Jung Woo tidak main-main. Dia juga berkata kalau dia akan menerima tabungan Jung Woo dan menambahkan kalau dia akan mengembalikannya saat Jung Woo menikah nanti.
Dan sebuah telpon mengerikan. Di Jepang, Ki Hoon terbangun oleh gedoran keras di pintu. Hyo Sun menangis di depan pintu dan mengatakan kalau ayahnya pingsan.

>>> BERSAMBUNG <<<
 EPISODE 8

Hyo Sun menangis, sementara Ki Hoon sedang menelpon. Dia mencoba untuk membuat Eun Jo agar tidak putus asa. Eun Jo duduk di tangga rumah sakit dan bertanya-tanya apa ini terjadi karena dirinya. Ki Hoon mengobrol kalau di Jepang semuanya berjalan lancar: Hyo Sun memerankan peranan yang sangat penting.Ki Hoon mengucapkan ini untuk membuat Eun Jo tidak rapuh. Dia terus saja memanggil, “Eun Jo ya,” sementara itu, Eun Jo berpikir jika Hyo Sun mungkin benar: dia dan ibunya menghancurkan seorang pria baik dengan masuk ke dalam rumahnya.Ibu sedang berada di depan ruang operasi. Dia hanya menatap bagian bawah pintu. Dokter keluar dan menginformasikan kalau Dae Sung sudah berhasil melewati masa kritisnya. Kang Sook menyeringai mendengar ini. Dia bahkan tidak tersentak. Di sisi lain, Hyo Sun kesal melihat Ki Hoon yang hanya peduli pada Eun Jo.Dae Sung sadar. Hyo Sun, Kang Sook, dan Eun Jo ada di sisinya. Eun Jo sama sekali tidak berkata apa-apa dan hanya memandang Dae Sung penuh harap. Sementara Hyo Sun bertingkah seperti anak kecil. Dia berkata sambil menangis, “Kenapa ayah melakukan ini padaku?!” Eun Jo kemudian menarik Hyo Sun karena dia bersikeras Dae Sung perlu istirahat. Kang Sook memegang tangan suaminya. Beberapa hari berikutnya, dia pulih dan bisa pulang ke rumah. Kang Sook menemaninya jalan-jalan semala proses penyembuhan ini.Hyo Sun pergi berbelanja untuk membelikan ayah pakaian hiking tapi Eun Jo malah meninjunya. Di sisi lain, Ki Hoon mengatakan pada Dae Sung jika pertemuan di Jepang berjalan dengan lancar. Tapi Dae Sung malah membicarakan ayah Ki Hoon. Membuat Ki Hoon tetap disini memang baik tapi ayah Ki Hoon pasti punya rencana untuk masa depan putranya. Dae Sung menawarkan diri untuk berbicara pada Ayah Hong agar semuanya jadi jelas.

Ki Hoon merasa sangat bersalah karena dia menipu Dae Sung. Dia berkata kalau ayahnya bukan pria seperti Dae Sung. Dia bersikeras akan berbicara sendiri pada ayahnya. Ki Hoon, “Ajusshi, kau harus mempercayaiku. Meski hal-hal tidak terduga terjadi… kau harus mempercayaiku!” Dae Sung hanya tertawa melihat wajah serius Ki Hoon.Eun Jo datang sambil berlari dan mengatakan kalau dia akan melewatkan pertemuan dengan pembeli dari Jepang. Dia berlari lagi dan jatuh tapi dengan cepat bangkit lagi. Ki Hoon melihat ini dan ingat bagaimana Eun Jo sewaktu masih remaja dulu. Ki Hoon hanya mendesah, “Huh!”

Alasan kenapa Eun Jo buru-buru adalah karena dia sedang melakukan percobaan baru. Dia menceritakan dengan semangat pada Dae Sung kalau dia akan mencoba heat treatment pada alkohol. Dengan metode ini waktu dapat dipersingkat dan biaya dan dikurangi. Dae Sung memperingatkan tentang buih yang akan hilang tapi Eun Jo bilang dia dapat menangani semua itu.

Dae Sung berhenti dan menunjuk jaket yang sedang dia kenakan dan mengatakan kalau dia mengenakan jaket yang Eun Jo berikan. Dae Sung berkata, “Ini bagus kan? Tidakkah ini bagus?” Eun Jo hanya diam. Dia terlihat tidak biasa. Hyo Sun muncul dan mengatakan jika jaket itu bagus.

Hyo Sun berkata kalau dia berencana membelikan ayah jaket yang baru tapi Eun Jo melarangnya. Eun Jo mencoba membuat kalau itu bukan masalah besar. Hyo Sun berkata kalau sebaiknya Eun Jo tidak menjelaskan tentang hadiah itu. Dia juga berkata kalau dia bukan anak umur 16 tahun lagi lalu menyusul ayah. Eun Jo hanya bisa memandang mereka.

Hyo Sun dan Ki Hoon pergi ke pertemuan dengan pembeli dari Jepang. Kali ini Hyo Sun sudah bisa bicara sedikit bahasa Jepang. Akan tetapi, Ki Hoon memarahi Hyo Sun karena setuju pergi minum dengan para pembeli itu. Dia berteriak seolah-olah Hyo Sun sudah menjual dirinya untuk persetujuan ini. Ki Hoon bertanya apakah Hyo Sun baik-baik saja dan Hyo Sun sama sekali tidak bisa bicara.

Jung Woo sementara itu menyiapkan makan siang untuk Eun Jo. Dia tersenyum sendiri dan pergi ke lab dimana Eun Jo menginap lagi. Jung Woo menyerahkan makan siang itu yang katanya dari ibu. Eun Jo berkata kalau Jung Woo tidak perlu berbohong sebab ibu tidak pernah melakukan hal seperti ini seumur hidupnya.

Eun Jo bertanya apakah ibu mengenali Jung Woo. Dan Jung Woo hanya menjawab, “Bagaimana dia bisa membayangkan kalau aku akan tumbuh menjadi pria ideal seperti ini?!” Eun Jo memberikan tatapan mautnya sehingga Jung Woo langsung ciut. Eun Jo juga ingin tahu bagaimana dia bisa menemukannya disini. Flashback: waktu masih di tentara, Jung Woo sedang berada di toilet dan membaca majalah. Dia melihat ada foto Eun Jo disana. Dia menjelaskan bahwa dia menelpon paman Hyo Sun dua kali sehari, setiap hari hingga dia dikeluarkan. Tiba-tiba saja, Jung Woo ingat jika paman sudah kembali ke rumah.

Paman berlutut dihadapan Dae Sung. Dia minta maaf. Dae Sung berkata kalau dia ingin menjaga paman, menikahkannya, dan membangun masa depannya. Dae Sung, “Apa yang akan kau lakukan jika aku pergi? Apa kau pikir akan mudah bagimu tinggal disini jika aku tidak ada?” Paman tidak mengerti dan berkata, “Kau akan pergi ke suatu tempat? Kemana kau akan pergi?” Dae Sung hanya mendesah.
Terjadi keributan diluar. Eun Jo menyeret tangan paman memintanya untuk bertanggung jawab. Jung Woo hanya berdiri tidak tahu harus melakukan apa. Eun Jo berkata kalau perusahaan harus ditutup dan paman harus bertanggung jawab. Hyo Sun berlari keluar dan mencoba menarik Eun Jo dari paman. Hyo Sun menggigit Eun Jo. Ki Hoon muncul dan mencoba memisahkan kedua bersaudari itu tapi malah mendorong Eun Jo ke tanah. Jung Woo bergabung dan menarik Eun Jo. Kali ini dia berhadapan dengan Ki Hoon. Tapi Hyo Sun membela Ki Hoon dan menampar Jung Woo. Paman mencoba kabur…

Eun Jo melihat ini dan menariknya lagi. Hyo Sun mencoba menghentikannya. Eun Jo mendorongnya hingga jatuh ke tanah. Hyo Sun bangkit dan menaikkan tangannya tapi ditahan oleh Jung Woo. Ki Hoon maju dan memegang tangan Jung Woo. Kemudian Dae Sung muncul dan semuanya jadi membeku. Eun Jo menangis melihat kedatangannya. Dia tahu dia sudah kelewatan dan akhirnya dia lari dari sana.

Ki Hoon melangkah untuk mengejar Eun Jo tapi Hyo Sun menarik tangannya. Jung Woo-lah yang mengejar Eun Jo. Eun Jo berlari dan melepaskan semua rasa sakitnya. Kali ini Jung Woo mengejar dan berhenti di depannya. Jung Woo berkata, “Kau berlari hingga kehabisan nafas. Aku akan berlari untukmu. Seberapa jauh kita harus berlari? Sampai disana?” Dia pun menngangkat Eun Jo dan membawanya berlari.

Jung Woo berlari dan berlari. Eun Jo membiarkannya saja dan diapun tersenyum. Mereka lalu duduk di pinggir sungai dan Jung Woo tidak berhenti memandangi Eun Jo. Jung Woo berkata, “Kau lupa kenapa kau kesal, benar kan?” Eun Jo: “Iya. Aku lupa. Jadi?” Jung Woo: “Air matamu sudah menghilang, kan?” Eun Jo mengiyakan. Jung Woo bertanya apakah dia sudah boleh memulai pertunjukkannya sekarang lalu melompat dihadapan Eun Jo.

Jung Woo mulai menari. Dia menarikan tarian yang dulu sering dia lakukan waktu kecil. Eun Jo tertawa sebab dia ingat lagi bagaimana Jung Woo waktu kecil. Eun Jo terus tertawa dan matanya pun berkaca-kaca. Dan Ki Hoon muncul. Dia melihat Jung Woo yang sedang menari dan Eun Jo yang tersenyum…

Kembali ke lab. Eun Jo membuat terobosan baru dengan melakukan tes terhadap kendi anggur beras dihadapan Dae Sung, Hyo Sun, dan Ki Hoon. Dae Sung berkata kalau hal ini mungkin mengubah segalanya. Hyo Sun memahami rasa bangga ayah pada Eun Jo. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah bisa dia raih, tidak peduli seberapa besar dia berusaha.

Malam itu Hyo Sun kembali ke gudang anggur. Dia mendekati kendi anggur dan mengambilnya lalu menghancurkannya di tanah. Hanya saja, waktu dia memandang kembali, benda itu masih ada di rak. Hyo Sun mundur, dia tidak percaya pada keinginan jahatnya. Apa yang tidak diketahui Hyo Sun adalah Eun Jo berada disana sepanjang waktu menyaksikan kendi percobaannya dalam diam.

Eun Jo pulang malam itu dan melihat ibu sedang berbicara dengan seseorang di hutan di luar gerbang. Eun Jo mengendap-endap mendekatinya dan berhasil membuat ibu kena serangan jantung! Eun Jo bertanya ibu sedang menelpon siapa. Apakah Ajusshi Jang? Eun Jo marah. Kesabarannya sudah habis. Dia mengancam ibu kalau ibu berani menyakiti Dae Sung maka Eun Jo akan bunuh diri, “Neraka masih bisa aku tahan daripada hidup dengan ibu! Aku serius!”
Eun Jo lalu pulang dan menemukan Ki Hoon sedang mengajari Hyo Sun bahasa Jepang. Hyo Sun terus memandangi Ki Hoon. Jadi Ki Hoon menyingkirkan bukunya dan bangkit. Dan berkata kalau dia tidak akan bisa bekerja dengan baik jika Hyo Sun terus seperti ini. Dia meminta Hyo Sun untuk berhenti bermain-main! Hyo Sun bersikeras bahwa dia bukan anak-anak dan dia sudah bekerja keras untuk menjadi dewasa seperti keinginan Ki Hoon. Dia juga mengumumkan kalau dia menyukai Ki Hoon. Tidak peduli apapun yang Ki Hoon katakan padanya atau hal kejam apa yang dia lakukan. Ki Hoon terkejut. Hyo Sun berkata, “Jika kau orang dewasa, katakan apa yang harus aku lakukan sekarang?” Ki Hoon diam. Hyo Sun lanjut lagi, “Kau tidak punya jawaban kan? Ini bukan karena bahasa Jepang, matematika, atau bisnis. Dan… karena aku bukan Eun Jo…”

Eun Jo masuk saat itu dan mengatakan agar tidak mencatut namanya. Dia tidak ada urusan dengan hubungan mereka. Dia menambahkan bahwa dia bukan wanita yang gampang patah hati bila ditinggal orang yang dicintai seperti Hyo Sun. Dia juga menambahkan ketika seseorang meninggalkannya maka orang itu tidak penting lagi dalam hidupnya. Dia adalah orang yang biasa meninggalkan orang lain. Lalu Eun Jo pergi ke gudang anggur.

Ki Hoon menemui Eun Jo disana dan berkata kalau dia juga sama dengannya: gampang melupakan orang lain. Ki Hoon berkata bahwa meninggalkan seseorang yang mencuri hatinya beberapa saat tidak berarti apa-apa. Dia menambahkan, “Aku mungkin seperti itu… tapi kau tidak! Jangan lakukan itu. Membenciku sampai mati, memaksa dirimu untuk melupakanku, jangan lakukan itu. Jangan lakukan apa-apa. Pikirkan saja aku sudah pergi!” Eun Jo berbalik dan bilang, “Aku berhutang sangat besar pada rumah ini. Aku akan membunuh siapapun yang mencoba menghancurkannya. Jika kau memperlakukan Hyo Sun dengan buruk, aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!”

Hari pembukaan kendi. Semua orang menunggu dengan cemas. Ternyata gagal setelah Eun Jo membukanya. Dae Sung berkata kalau mereka bisa menggunakan itu sebagai percobaan. Eun Jo ingin membuangnya jadi dia merampasnya dari tangan Dae Sung dan melemparkannya. Hyo Sun menemuinya di luar sedang berpikir. Dia berkata, “Ayah sudah mencoba memecahkan ini seumur hidupnya. Apa kau berpikir kau bisa melakukannya? Kau ingin menjadi pahlawan, kan? Kau ingin muncul dengan hal baru dan mengejutkan semua orang, memulai kembali perusahaan yang dihancurkan pamanku, jadi kau bisa menyombong ke semua orang, benar kan? Aku kira kau bukan pahlawan!” Hyo Sun mengumumkan kemenangannya – dia telah berhasil mendapatkan pembeli. Eun Jo bertanya apakah hal itu benar. Hyo Sun: “Kenapa? Apa hal itu membuatmu marah?”

Sementara itu, Ki Hoon mengunjungi ayahnya, dan meminta pinjaman uang. Dae Sung mengumumkan jika dia menurunkan pesanan. Ki Hoon mencoba ikut campur dengan berkata kalau ini masalah uang dia akan membantu. Eun Jo berkata jika sudah terlambat. Dia sudah menerima pesanan itu. Dae Sung berkata dia tidak punya uang untuk menjalalankan perusahaan untuk memenuhi pesanan sebesar itu. Eun Jo bilang dia sudah membereskannya dengan meminjam uang pada para tetua di kota mereka. Dae Sung tidak bisa berkata apa-apa.

Mereka membuka kembali perusahaan. Dae Sung menemui Eun Jo untuk berbicara dengannya. Eun Jo mencoba mencari tahu apa yang salah dengan percobaannya. Dae Sung berkata kalau dia tidak tahu. Dae Sung berkata, “Angin, air, butir beras… embun malam yang melakukan pekerjaan itu, jadi aku tidak tahu. Tapi di suatu tempat kau sedang mencari. Ragi yang kau cari ada disana. Ketika kau dan ibumu menjadi keluargaku, rasa anggur menjadi lebih baik. Benar. Itu karena ragi yang mengikutimu kesini. Kau dan ibumu membawa ragi yang bagus dan memberikannya untukku.”

Eun Jo bertanya apakah Dae Sung bersungguh-sungguh. Dae Sung mengiyakan. Dia memandang Eun Jo penuh harap dan bertanya apakah dia tidak akan memanggilnya ‘ayah’ sekali saja. Dae Sung memandang Eun Jo tapi dia tidak bisa melakukan itu. Eun Jo berkata kalau Dae Sung terus memintanya, maka dia akan pergi. Dae Sung menyerah. Dia mengira kalau Eun Jo memang tidak mau. Padahal, Eun Jo sangat sangat sangat ingin melakukannya.

Kang Sook pergi menemui Jang untuk terakhir kalinya. Mereka harus putus. Jang jelas menolak. Kang Sook berkata kalau dia akan bersumpah setia pada suaminya. Dia memberikan Jang uang dan berkata kalau Jang bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang ada di dalam amplop itu maka dia boleh datang dan Kang Sook akan hidup dengannya. Jang membuka amplop itu dan melihat banyak banget uang.

Kang Sook berjalan keluar tapi berhenti untuk sesaat. Kemudian dia berjalan lagi dan mendapati Eun Jo berdiri dihadapannya. Kang Sook mencoba membela diri, “Tidak. Tidak seperti itu!” Eun Jo bertanya, “Apa yang tidak seperti itu?” Eun Jo melewati ibu yang mencoba mengajaknya pergi. Dia menuju ke Coffee Shop dimana Jang sedang menunggu.

eps 9 part 1

Eun Jo berhadapan dengan ibunya yang terlihat pucat. Tanpa memedulikan perkataan ibu, dia berjalan menuju kafe. Jang bersembunyi ketika melihat Eun Jo mendekat ke kafe. Jadi saat Eun Jo memandangi semua pria yang ada di tempat itu, dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Jang.

Di tangga, Jang menghitung bayarannya dan berkata pada diri sendiri, “Betapa rendahnyua dirimu!” Dia lalu turun untuk pergi tapi dia malah bertemu dengan Kang Sook dan Eun Jo yang juga melangkah keluar kafe. Kang Sook yang tadi sudah bisa tenang, kini terlihat panik lagi.

Ki Hoon masuk ke kamar Eun Jo dan memandang berkeliling. Dia memperhatikan kalau disana tidak ada tirai pink, lipstick, atau tanda-tanda yang menunjukkan kalau kamar ini adalah milik wanita muda berusia 26 tahun. Bahkan tidak ada boneka. Ki Hoon memikirkan lagi Eun Jo yang tersenyum saat melihat Jung Woo menari. “Aku pikir dia tidak tahu bagaimana cara tersenyum… Gadis mengerikan!”

Ki Hoon kembali ke ruangan yang dia bagi bersama Jung Woo dan heran kenapa anak itu tidak ada disana. Ransel Jung Woo jatuh ketika dia duduk dan Ki Hoon melihat pesan yang tertulis di pemukul baseball Jung Woo: “Song Eun Jo adalah milik Jung Woo selamanya!”

Hyo Sun masuk dan melihat Ki Hoon memandangi pemukul baseball di lantai. Dia juga membaca apa yang tertulis disana. Ki Hoon bangkit lalu pergi dengan diam. Hyo Sun kemudian membuka koper tua yang berisi barang-barang ibunya. Di dalamnya juga ada surat yang dulu dititipkan Ki Hoon padanya agar diberikan pada Eun Jo. Surat itu berbunyi: “Akankah kau menahanku? Jika kau menahanku, aku akan berhenti disini. Sebelum aku naik kereta, hentikan aku, Eun Jo!” Ki Hoon sendiri percaya bila surat itu sudah diterima Eun Jo!

Di sebuah paviliun, terlihat Eun Jo, Kang Sook, dan Jang. Kang Sook berkata jika semuanya sudah berakhir. Hal ini juga dibenarkan Jang. Eun Jo bertanya apakah selama ini mereka sering bertemu. Jang menjawab bahwa ada tenggang waktu kira-kira tiga tahun mereka tidak bertemu.

Kang Sook tahu jika Eun Jo tidak akan mempercayainya. Eun Jo bertanya pada ibu apakah dia akan mempercayai bila kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kebohongan. Dia bertanya apakah ibu tahu bagaimana bersikap tulus pada segala hal. Eun Jo juga menuduh ibu telah membodohi Dae Sung. Kang Sook dengan cepat menjawab jika dia sudah membayar Jang. Pria ini memandangi Kang Sook dan mengembalikan lagi uang yang tadi diberikan padanya. Jang berkata, “Meskipun aku ini sangat rendahan, aku tahu apa arti rasa malu!”

Kang Sook mempersiapkan obat untuk Dae Sung. Dia sangat perhatian pada suaminya sekarang, meski begitu Dae Sung tidak bereaksi apa-apa. Dae Sung berencana untuk kerja lembur hari ini dan Eun Jo langsung menarik ibunya serta menyuruhnya untuk membawa Dae Sung pulang. Sebab, sedang ada masalah di perusahaan dan Eun Jo tidal ingin Dae Sung tahu hal ini.

Masalahnya adalah penyuplai beras mereka memutuskan untuk tidak menjual beras mereka lagi ke perusahaan dan malah menjulanya ke tempat lain. Sementara itu, perusahaan Dae Sung tidak bisa memesan dari penyuplai beras yang lain sebab anggur beras perusahaan Dae Sung memang terkenal karena memakai beras organic dari penyuplai itu. Eun Jo yang menangani ini dengan pergi ke penyuplai itu dan langsung menantangnya karena sudah melanggar kontrak. Direktur itu berkata bila mereka tidak pernah membuat kontrak jadi tidak ada pelanggaran. Dia tidak mau memberitahu kepada siapa beras mereka dijual.

Direktur menghentikan pertemuan itu dan Hyo Sun langsung maju. Dia mengatakan pada pria itu bila dulu dia sering datang kesini dan dia selalu mau membeli permen Hyo Sun. sekarang, apakah direktur tidak mau meluangkan sedikit waktu untuk minum dengan mereka. Hyo Sun dan direktur minum dan ada cukup anggur untuk membuat pria itu mabuk. Setelah dia melunak, Eun Jo bertanya kepada siapa beras itu dijual. Direktur mau menjawabnya dan Eun Jo ingin beraksi secepatnya.

Ki Hoon menentangnya dan berkata jika Eun Jo pasti akan marah-marah seperti tadi. Hyo Sun bangkit dan berkata dengan grogi, “Kak, apa aku berkerja dengan baik hari ini?” Ki Hoon mengiyakan dan bilang bahwa dia akan mengajak Hyo Sun besok untuk menemui pembeli beras itu. Eun Jo protes tapi Ki Hoon malah berkata, “Hyo Sun lebih mampu melakukannya, kau tidak mampu membuka hati seseorang!”

Ki Hoon juga menambahkan kalau Eun Jo tidak bisa memecahkan apa-apa. Eun Jo marah dan meminta Ki Hoon untuk menepi. Dia turun dari mobil dan memilih jalan kaki. Ketika Eun Jo sampai di rumah, Ki Hoon sudah menunggunya di depan gerbang lalu bertanya, “Dulu, sebelum aku meninggalkan rumah ini, kenapa kau tidak datang ke stasiun kereta? Apa kau tidak menerima suratku?” Eun Jo terkejut dan menjawab, “Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!”
Ki Hoon mengernyit, “Aku menulis surat untukmu agar kau datang ke stasiun kereta dan menyerhkannya pada Hyo Sun agar diberikan padamu! Apakah Hyo Sun tidak memberikannya padamu?” Eun Jo terlihat merenung dan menjawab, “Aku menerimanya!” Ki Hoon bertanya lagi apakah dia sudah benar-benar menerima surat itu. Eun Jo menjawab dengan dingin jika dia tidak bisa ingat apakah dia merobek surat itu atau membakarnya. Ki Hoon sangat terluka, “Kau membaca surat itu dan tidak datang ke satsiun kereta?” Eun Jo sebenarnya sangat menyesal kenapa dia bisa mengatakan hal-hal semacam ini. Dia menangis di kamarnya sendiri setelah percakapan itu.

Pada paginya, Eun Jo menatap Hyo Sun dengan marah. Dia akhirnya tahu kalau Hyo Sun tidak menyerahkan surat Ki Hoon padanya. Sementara itu, Kang Sook mengajak Dae Sung jalan-jalan. Dia berusaha menjauhkan suaminya dari urusan perusahaan dan mengatakan kalau anak-anak yang akan mengurus semuanya. Eun Jo sendiri merasa gelisah menunggu hasil pertemuan Ki Hoon dan Hyo Sun dengan pembeli beras itu. Ketika telpon berdering, dia mendengar berita buruk: mereka tidak bisa membeli beras itu kembali karena pembeli itu sudah membayar tiga kali lipat. Mereka kini tidak bisa melakukan apa-apa.

part 2
Hyo Sun ingin memberitahu ayah tentang berita buruk ini tapi Eun Jo menentangnya. Meski begitu, Eun Jo kalah juga dan Hyo Sun pun menelpon ayah. Dae Sung harus pulang. Kang Sook memegangi tangan suaminya, yang membuat Dae Sung berkata kalau Kang Sook tidak harus melakukan itu sebab dia tidak ingin diperlakukan seperti pasien. Kang Sook berkata dia memang tidak ingin memperlakukan Dae Sung sebagai pasien tapi karena dia memang ingin memegang tangan Dae Sung. Ayah tersenyum mendengar hal ini.

Jung Woo bermain dengan Jun Su tapi dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Eun Jo yang terlihat khwatir. Dia membawakan Eun Jo teh madu dan memintanya untuk minum. Jung Woo menemani Eun Jo ke bank untuk menanyakan pinjaman dan Eun Jo diberitahu jika jawabannya baru bisa didapat keesokan paginya. Jung Woo berkata kalau Eun Jo bisa menggunakan uangnya. Eun Jo hanya tersenyum mendengar permintaan itu.

Hyo Sun tidak setuju bila mereka harus meminjam uang. Tapi Eun Jo berkata kalau perusahaan sangat merugi akibat skandal kemarin itu. Jika sekarang mereka tidak memulihkan perusahaan, nanti mereka akan kesulitan. Eun Jo bertanya pada Hyo Sun, “Jika aku tahu jawabannya, bagaimana mungkin kau tidak tahu? Bagaimana mungkin bisa begitu?” Eun Jo mengingatkan Hyo Sun kalau nama ayahnya sekarang sedang banyak dibicarakan dan Hyo Sun langsung meledak, “Jangan bersikap seolah-olah kau memikirkan ayahku!” Dia berkata kalau Eun Jo tidak boleh melibatkan nama ayah seolah-olah Eun Jo mengenal ayah lebih baik darinya. Eun Jo bertanya, “Bagaimana kau tahu perasaanku begitu baik ketika aku sendiri bahkan tidak mengenal diriku sendiri? Apa yang kau takutkan hingga kau ingin agar aku mengatakan apa yang aku pikirkan

Hyo Sun menggenggam tangan Eun Jo dan memintanya untuk mengulangi apakah dirinya kekanak-kanakan. Eun Jo berkata kalau Hyo Sun memang seperti itu. Dia juga mengatakan sesuatu yang tidak jelas yang membuat Hyo Sun ingin tahu. Eun Jo bertanya apakah Hyo Sun ingin tahu. Eun Jo: “Surat Ki Hoon. Kenapa kau menyembunyikannya dan tidak memberikannya padaku?” Hyo Sun menelan ludah. Eun Jo melanjutkan, “Sangat menjijikkan buatku untuk berdiri di dekatmu, yang membuatku mengatakan hal ini. Satu-satunya hal yang membuatku melupakan hal ini bukan karena kau tapi karena kau adalah putri ayahmu!”

Eun Jo ingin mengakhiri percakapan ini tapi Hyo Sun menahannya dan bertanya apakah surat Ki Hoon merupakan bukti sifat kanak-kanaknya. Eun Jo menjawab, “Pertama kalinya dalam hidupku…” Kemudian dia menangis dan mengatakan kalau hal itu tidak akan mengubah segalanya sekarang. Dia menambahkan lagi, “Aku sudah keluar dari cerita itu dulu sekali dan sekarang aku tidak mau masuk kesana lagi!” Kini giliran Eun Jo yang menarik tangan Hyo Sun sambil bilang, “Kau harus berhati-hati. Kelihatannya Ki Hoon belum bisa melupakanku. Tidakkah itu menarik?”

Ki Hoon melaporkan pada ayahnya tentang kondisi perusahaan Dae Sung yang kelihatannya akan membaik dalam waktu dekat ini. Dia juga menceritakan pada ayahnya tentang seorang pegawai bernama Eun Jo, yang berusaha menemukan ragi baru dan Eun Jo adalah pegawai yang pintar. Hanya menunggu waktu untuknya mencapai sukses dan ragi baru itu nantinya akan menjadi hal yang sangat berharga. Ki Hoon juga meminta ayahnya untuk mencari tahu siapa yang membeli beras dari penyuplai langganan Dae Sung dan meminta agar perusahaan Dae Sung diberikan pinjaman.

Eun Jo terburu-buru ingin pergi ke lab tapi Dae Sung menahannya agar dia makan dulu bersama yang lain. Tapi Eun Jo menolak dan Hyo Sun langsung memandang Eun Jo serta dengan manis memintanya untuk duduk dan makan bersama. Hari ini, mood Dae Sung sedang bagus. Dia banyak minum dan Eun Jo menyuruhnya untuk berhenti. Eun Jo lalu mengambil satu gelas dan menantang Hyo Sun untuk meminumnya. Hyo Sun melakukan hal yang sama dan suasana pun jadi tegang. Hyo Sun meminta Ki Hoon untuk mengajak Dae Sung pulang sebab dia ada acara minum dengan Eun Jo.

Ki Hoon memperingatkan Hyo Sun kalau Eun Jo tidak bisa minum. Beberapa saat kemudian, kedua wanita ini sudah mabuk. Hyo Sun bertanya pada Eun Jo, “Apakah kau tidak akan meninggalkan rumah kami?” Dia juga berkata kalau dia benar-benar membenci Eun Jo. Eun Jo mengingatkan saudarinya kalau dulu Hyo Sun sering bilang jika dia menyukai Eun Jo dan ingin menjadi seperti dirinya. Hyo Sun menolak hal itu. Hyo Sun meminta Eun Jo sekali lagi agar dia pergi. Dia juga menawarkan apartemennya di Seoul. Dengan skil yang dimiliki Eun Jo, pasti dia akan gampang mendapatkan pekerjaa. Kalau Eun Jo tidak mau bekerja, Hyo Sun mau mengirimkan uang untuknya.

Tapi Eun Jo bilang tidak! Dia tidak mau pergi. Eun Jo memperingatkan, “Jika ka uterus begini, aku benar-benar akan mengambil segalanya darimu!” Eun Jo bilang dia akan mengambil perusahaan, Dae Sung, dan Ki Hoon! Hyo Sun berkata, “Itulah kebenarannya sejak awal!” Hyo Sun memanggil Song Eun Jo dan dibenarkan oleh kakaknya. Dia seorang Gu sekarang. Mereka kemudian keluar restoran dalam keadaan mabuk. Mereka berjalan zigzag dan berakhir di lab. Mereka tertidur disana.Malamnya, Dae Sung sangat khawatir pada putri-putrinya yang menghilang dan memerintahkan Jung Woo dan Ki Hoon untuk mencari mereka. Saat itu pula ada telpon dari Jepang. Kabar buruk: kapal yang membawa anggur beras mereka sudah sampai di Jepang tapi produk mereka tidak. Ki Hoon bermaksud akan mengeceknya di kantor dagang Jepang tapi Dae Sung bilang tidak ada kantor seperti itu. Ternyata dokumen dagang mereka semuanya paslu. Ki Hoon menduga ini pasti pekerjaan ayahnya. Tapi, Prsiden Hong menolak dan mengatakan jika ini pekerjaan Ki Jung. Ayah Hong sendiri baru tahu.Jadi Ki Hoon menelpon kakaknya dan bertanya apakah dia benar-benar menginginkan perusahaan Dae Sung. Apakah Hong Ju akan memilih perusahaan murahan seperti perusahaan Dae Sung ini. Saat itulah Ki Hoon sadar ada orang di ruangannya: Dae Sung. Dia terlihat marah, “Jadi ini pekerjaan keluargamu!” Ki Hoon segera menutup telponnya tapi telpon itu berdering lagi dan kali ini Dae Sung yang mengangkatnya. Dia mendengarkan Ki Jung berbicara tentang pembelian beras itu dengan uang ayah! Terbongkarlah semuanya!

Ki Hoon hanya bisa membantu setelah percakapan itu. Dia menunggu reaksi Dae Sung dan saat dia berbicara ternyata sangat keras. Dae Sung berkata, “Bagaimana bisa kau melakukan hal ini padaku?” Ki Hoon sangat terpukul mendengar ini. Sayangnya, dia tidak pernah memiliki kesempatan membela diri. Dae Sung pingsan!

Jung Woo berlari ke lab dan membangunkan Eun Jo serta Hyo Sun. Setelahnya mereka langsung pergi ke rumah sakit. Mereka tiba setelah Kang Sook. Ki Hoon sendiri sudah disana dari awal dan hanya diam. Dokter mengatakan kalau Dae Sung sudah meninggal. Kang Sook tidak terima ini dan mencegah dokter yang ingin menutup wajah Dae Sung dengan selimut. Karena tidak mendapat respon, Kang Sook meminta Hyo Sun untuk membangunkan ayah.

Hyo Sun yang menangis memanggil ayahnya. Eun Jo hanya bisa berdiri shock. Dia ingat lagi saat Dae Sung mencarinya dan memintanya memanggil ‘ayah’. Ketika Hyo Sun jatuh ke tubuh ayahnhya, Kang Sook menyuruhnya untuk berhenti menangis. Jung Woo meletakkan tangannya di bahu Eun Jo tapi dia sama sekali tidak sadar.

Selama ini pula, Ki Hoon hanya menonton, dia membeku. Narasi Ki Hoon: “Aku yang melakukan ini. Di suatu pagi, aku mencuri ayah dari gadis-gadis ini. Aku bersumpah pada Tuhan, aku tidak bermaksud melakukannya!”Eun Jo berbalik dan pergi. Dia menuju ke tangga dan menangis dalam kegelapan. Dia sekali lagi memikirkan Dae Sung yang memintanya untuk memanggilnya ‘ayah’. Dan, Eun Jo mulai terisak, “A…a….”

Eps 10 part 1
Eun Jo masih saja sibuk menangani pesanan dengan baju berkabung. Dia berusaha membuat dirinya sibuk agar bisa menghindar dari kenyataan. Jung Woo menemuinya dan berkata kalau mereka harus menghadiri pemakaman.Sementara itu, Jun Su dan Kang Sook bersama para pelayat. Jun Su memberi hormat pada mereka dengan tampang kebingungan. Ketika Bibi-nya Dae Sung tiba, Kang Sook langsung mendekatinya dan bersedu-sedan. Wanita ini dengan cepat membebaskan dirinya dari cengkraman Kang Sook.Di sisi lain, Hyo Sun berada di kamarnya dan meminum banyak sekali anggur beras hingga mabuk. Ki Hoon melihat ini dari kejauhan. Karena sudah tidak tahan, dia mendekati Hyo Sun dan menyuruhnya berhenti minum. Hyo Sun malah meledak, “Kau tidak akan membiarkanku bersandar padamu! Jadi kenapa kau mengambil minumanku?!”Hyo Sun menyuruh Ki Hoon keluar dan menemui Eun Jo saja. Dia juga menuduh Eun Jo yang menyebabkan kematian Dae Sung. Ki Hoon menegang dan berkata dalam hati bahwa dialah yang telah membunuh Dae Sung. Ki Hoon lalu memeluk Hyo Sun dan berkata kalau mereka harus mengantar Dae Sung ke perisirahatan terakhirnya. Hyo Sun protes dan bilang jika dia tidak bisa melakukan itu.

Eun Jo dan Jung Woo berangkat ke pemakaman. Tapi kelihatannya Eun Jo tidak mau pergi. Jung Woo menarik tangan Eun Jo dan berkata, “Kakak, ayo pergi bersama!” Jung Woo berkata kalau Eun Jo harus melakukan ini dan menambahkan kalau pemakaman Dae Sung kacau. Eun Jo tergerak dan berkata, “Gu Dae Sung. Pemakaman.” Jung Woo sekali lagi meminta Eun Jo untuk pergi lalu mengelus rambutnya. Eun Jo menengadah tapi tidak berkata apa-apa. Dia kemudian berjalan pergi.Setelah acara pemakaman, Ki Hoon menemui kakaknya Ki Jung, tentu saja untuk menyalahkannya. Ki Hoon mengatakan kalau rencananya adalah menghentikan Ki Jung mengambil alih perusahaan Dae Sung. Ki Hoon tahu kalau tidak akan ada yang mempercayainya sekarang. Kemudian dia malah menyalahkan Ki Jung atas kematian ibunya.

Ki Hoon berkata dia tidak akan memaafkan Ki Jung ataupun dirinya sendiri. Ki Hoon: “Sekarang aku tidak bisa kembali pada diriku yang dulu.” Ki Hoon menantang Ki Jung jika perusahaan Dae Sung tidak akan mati dengan cara seperti ini. Perusahaan itu akan bertahan dan dia menjamin Ki Jung tidak akan bisa menyentuhnya. Ki Jung bertanya apa yang akan Ki Hoon lakukan kalau dia tidak mau berhenti. Ki Hoon menjawab, “Aku akan membawamu hancur bersamaku… dan kita akan mati bersama!”

Di rumah, Kang Sook sangat panic. Dia memeriksa surat pernikahannya, takut kalau surat itu hilang. Kemudian dia menangisi Dae Sung sebab dia merasa sangat kesepian. Eun Jo sendiri menemui para tetua. Dia menjelaskan kalau setengah barang yang dikirim ke Jepang telah dibeli oleh perusahaan lain. Setengahnya lagi dibawa pulang. Yang dibawa pulang ini sebagiannya dijadikan cuka dan sebagiannya lagi dia minum.

Mereka kecewa waktu Eun Jo bilang jika uang pinjaman dari mereka tidak bisa segera dikembalikan. Para tetua ini takut kalau perusahaan Dae Sung tidak akan bagus tanpa keberadaan Dae Sung. Namun, Eun Jo menjamin mereka semua kalau pinjaman itu akan dikembalikan.

Jun Su berlari dari satu ruangan ke ruangan lain. Dia ingin mencari seseorang untuk bermain dengannya. Dia akhirnya membangunkan Hyo Sun. Dia juga tidak ingin bermain dengan Jun Sun. Kemudian, Jun Su berkata, “Tidak ada yang mau bermain dengan Jun Su. Ayah paling sering bermain dengan Jun Su. Kapan ayah akan pulang? Kenapa ayah belum juga pulang?” Hyo Sun memeluk adiknya dan setuju untuk bermain dengannya.

Saat mereka berjalan keluar, mereka bertemu dengan Eun Jo. Mereka bertiga berjalan ke sungai. Hyo Sun duduk di sebelah Eun Jo dan berkata, “Aku sangat terkesan kalau kau sungguh2 menyukai ayahku. Tapi kau tidak menangis. Semua orang menangis.” Dia bertanya lagi apakah Eun Jo benar2 menyayangi Dae Sung. Eun Jo tentu saja tidak menjawab.

Hyo Sun sebenarnya menyalahkan kematian ayahnya dan Eun Jo membela diri dengan berkata apa yang seharusnya dia lakukan. Hyo Sun berteriak, “Bawa kembali ayahku!” Hyo Sun menangis. Dia berlutut dihadapan Eun Jo dan berkata, “Aku takut, Kak. Aku takut sampai mau mati. Aku merasa aku seperti berdiri di luar tanpa pakaian. Aku kedinginan dan ketakutan.” Eun Jo mulai mengulurkan tangannya…Dia menepuk kepala Hyo Sun. Eun Jo memeluk Hyo Sun erat dan menenangkannya. Dia juga memanggil namnya, “Hyo Sun ah.” Tapi… itu semua hanya ada di kepala Eun Jo. Waktu tangannya sampai di atas kepala Hyo Sun, dia menarik tangannya lagi.

Eun Jo mengumpulkan keberaniannya dan berteriak pada Hyo Sun untuk berhenti menangis. Yang perlu mereka lakukan sekarang adalah menyelamatkan perusahaan. Hyo Sun masih berlutut, lalu berkata, “Tidak bisakah kau menenangkanku, sekali saja? Aku sangat takut dan kesepian. Tidak bisakah kau menunjukkan rasa sayangmu? Aku pikir rasa takutku akan hilang.” Tapi seperti biasa Eun Jo bersikap antipati dan bilang jika dia sudah muak melihat tingkah Hyo Sun lalu pergi. Jun Su yang melihat ini melempari Eun Jo dengan batu dan berkata kalau dia akan mengadukan sikap ini pada ayah! Eun Jo berhenti sejenak tapi kemudian berjalan lagi.

Eun Jo pergi untuk memeriksa para pekerja. Mereka semua hanya duduk. Eun Jo bertanya kenapa mereka tidak bekerja. Mereka diam. Eun Jo berkata lagi kalau mereka selalu dibayar dan sekarang mereka harus terus bekerja. Kalau mereka tidak suka lebih baik berhenti saja. Di tengah2 kemarahannya, tangan Dae Sung tiba2 menyentuh bahunya, menenangkannya. Dia ingat kalau selama ini Dae Sung-lah yang menenangkannya di saat dia merasa kacau.

EPisode 11

Eun Jo berlutut sambil menangis ketika dia mempersembahkan anggurnya pada Dae Sung serta memanggil Dae Sung ‘appa’ lalu meminta maaf. Tepat di luar ruangan, Ki Hoon mendengar isakan Eun Jo yang sangat mengusik perasaannya. Begitu dalam kesedihan Eun Jo hingga Jung Woo yang berada jauh di luar dapat mendengarnya juga. Dia juga menangis!Hyo Sun duduk sendiri sambil memikirkan ucapan Eun Jo kalau dia sudah menemukan ragi-nya dan muncul sebagai penyelamat. Dia berjalan mengelilingi rumah dan memeriksa setiap bagian rumah. Malam itu juga, Jung Woo memanggil Eun Jo keluar. Jung Woo akan pergi. Dia berpikir kalau ini adalah waktu yang tepat untuk pergi sebab tidak ada pekerjaan lagi di pabrik. Eun Jo menyuruhnya hati2 lalu berbalik masuk ke dalam rumah. Tapi Jung Woo menahannya dan memberikan hadiah untuk Eun Jo: sebuah kotak perhiasan. Di dalamnya ada pin yang langsung disematkan Jung Woo di baju Eun Jo.Jung Woo meminta Eun Jo untuk memakai pin itu saat dia sudah pergi dan menyebut pin itu sebagai ‘roti’. Jung Woo juga mengatakan kalau pin itu akan menjauhkan Eun Jo dari kelaparan. Eun Jo tersenyum dan berkata, “Anehnya, aku ingin mempercayai kata2 yang konyol dan aneh itu!” Jung Woo meminta Eun Jo untuk hati2 lalu pergi. Keesokan harinya, Eun Jo bertanya pada Hyo Sun dimana para pekerja tinggal. Eun Jo siap untuk berbicara dengan mereka lagi. Dia mau menunggu selagi Hyo Sun berbicara dengan para ajushi. Sayangnya, Hyo Sun melaporkan kalau para pekerja masih terhina dengan sikap Eun Jo dan menolak untuk bekerja kembali.

Hyo Sun memanggil Eun Jo dan memberitahunya: “Apa kau tahu ajushi yang tinggal disini adalah ayah dari teman sekelas kita, Dong Soo?” Eun Jo jelas tidak tahu. Dia juga tidak tahu kalau nenek Dong Soo sakit dan ayah Dong Soo selalu kesulitan membayar obat nenek. Eun Jo juga tidak tahu kalau Dae Sung dulu sering memberinya kerja ekstra agar dapat memberi upah yang lebih. Eun Jo mendengar semua perkataan Hyo Sun dengan baik dengan kepala tertunduk. Eun Jo jelas merasa malu. Hyo Sun mengatakan agar Eun Jo tidak lagi menangancam para pekerja agar mereka kembali. Dia akan menyuruh paman untuk menyelesaikan urusan ini. Hyo Sun juga menyarankan agar mereka menjalankan bisnis ini sebaik yang mereka bisa.Eun Jo meminta Hyo Sun untuk memberitahunya latar belakang tiap pekerja. Dengan informasi itu, Eun Jo berkeliling untuk memberikan hadiah kecil bagi setiap pekerja sesuai dengan informasi yang diberikan Hyo Sun padanya. Eun Jo memerikan hadiah dan membungkuk meminta maaf. Dalam perjalanan pulang, Hyo Sun menanyakan sebuah pertanyaan: apa dirinya bagi Eun Jo? Dia ingin tahu dengan pasti apa pendapat Eun Jo tentang dirinya. Eun Jo memandang Hyo Sun dengan khawatir dan membalikkan pertanyaan itu dengan bertanya apa pendapat Hyo Sun tentang dirinya.

Hyo Sun bertanya dengan takut, “Apa kau akan meninggalkanku?” Eun Jo malah kembali bertanya, “Apa kau khawatir aku akan pergi?” Tapi Hyo Sun menanyakan pertanyaannya lagi. Hyo Sun meminta Eun Jo agar mereka bisa bersikap seperti mereka baik2 saja. Dan meminta Eun Jo untuk tidak meninggalkannya. Hyo Sun: “Aku berharap seseorang akan merengkuhku, tapi ibu sudah berubah dan aku sangat kesepian. Aku pikir kekagetan ibu sangat besar dan segalanya akan membaik seiring perjalanan waktu. Jika aku tidak memikirkan hal itu, aku akan gila!”

Hyo Sun memohon agar hubungannya dengan Eun Jo bisa membaik dan agar mereka tidak bertengkar lagi. Eun Jo tidak langsung mengutarakan keinginannya dan mengatakan dia akan mencoba. Dia menjelaskan bahwa dia tidak berjanji akan bersikap baik pada Hyo Sun tapi paling tidak, dia tidak akan melawan Hyo Sun. Ini membuat Hyo Sun sangat tersentuh dan langsung melingkarkan tangannya pada Eun Jo meski langsung ditepis Eun Jo (tidak dengan kejam).Dengan perlahan, Dae Sung membuka matanya untuk mengucapkan kata2 terakhirnya. Ki Hoon mengenangnya: “Dan meski begitu – ya Tuhan! – dia bilang kalau itu tidak apa2!” Sekarang Ki Hoon jatuh, penuh dengan keringat dan kelelahan. Dia kesakitan karena berulang-ulang berlutut. Dengan badan gemetaran, Ki Hoon mencakupkan kedua tangannya dan berdoa. Dia bertanya: “Bagimana bisa dia bilang kalau itu tidak apa? Bagaimana?”

Eun Jo dan Hyo Sun menggosok gigi bersama di kamar mandi. Ketika mereka bertabrakan karena mencoba menggunakan kran yang sama, mereka hanya melihat satu sama lain dengan hati2. Eun Jo melihat ke dalam kamar yang dipakai oleh Jung Woo dan Ki Hoon. Karena Jung Woo sudah pergi, dia jelas2 mencari Ki Hoon. Dia terlihat agak kecewa karena ternyata ruangan itu kosong. Pada saat itu, Ki Hoon sedang berjalan pelan pulang ke rumah. Otot2nya bergetar karena berdoa tadi. Dia tersandung dan bersandar pada tembok agar tidak jatuh. Suara berderak di gerbang membuat dia penasaran. Ketika dia menolehkan kepalanya, Eun Jo remaja yang dia lihat. Dia memandang Eun Jo sebagai Eun Jo yang dulu dimana waktu itu Eun Jo menunggu Ki Hoon yang pulang malam dan mabuk.

Kedua orang ini merasakan riak yang sama. Eun Jo melihat Ki Hoon sebagai dia yang dulu yang selalu tersenyum untuknya malam itu. Eun Jo berpikir, “Dia disini. Dia tersenyum.” Dan Ki Hoon berpikir, “Dia keluar!” Ki Hoon ingin sekali tersenyum seperti dulu dan melambaikan tangan. Meski dia tidak bisa melakukan seperti yang dulu, tapi tangannya bergerak seperti ingin melakukan yang sama. Sekarang Ki Hoon hanya berpikir, “Kemarilah!” Tapi Eun Jo tidak bisa mendengar apa yang dipikirkan Ki Hoon dan berbalik akan masuk. Jadi Ki Hoon berkata, “Kemarilah!” dan Eun Jo langsung berhenti. Ki Hoon menggapaikan tangannya ke Eun Jo tapi itu malah membuat dia kehilangan kesemibangan dan tumbang ke tanah. Eun Jo berlari untuk membantu Ki Hoon berdiri meski dengan cepat dia lalu melepskan tangannya.Ketika mereka meringkuk bersama dan berlutut di tanah, Ki Hoon berkata, “Eun Jo ya.” Eun Jo menangis mendengar kata2 itu. Ki Hoon berkata lagi, “Sekarang aku benar2 tidak bisa menggapaimu. Semuanya telah direncanakan sedemikian rupa jadi aku tidak bisa melakukannya.” Ki Hoon melanjutkan, “Aku memang tidak bisa melakukannya… tapi jika kau mengijinkannya, aku akan menjaga kalian berdua seperti memberi hormat pada kalian ribuan kali sehari. Seperti ajushi. Di tempatnya.” Eun Jo merasa sakit pada pengakuan ini. Suara lembut saat dia bilang, “Aku tidak pernah memintamu untuk datang padaku. Karena aku tidak pernah memintamu untuk datang jadi aku tidak akan bertanya kenapa kau tidak bisa. Aku tidak mengerti kenapa kau ingin bersikap sepertinya (Dae Sung), tapi aku tidak akan bertanya.”

Eun Jo meminta Ki Hoon untuk tidak melakukan itu untuknya tapi untuk Hyo Sun. Eun Jo mengaku kalau dia sudah memutuskan untuk tidak lagi bersikap kejam pada saudarinya, meski itu bukan karena dia peduli padanya. Jadi Eun Jo berkata: “Jika aku memperlakukannya dengan baik, aku mungkin akan mendapatkan maaf, meski hanya sedikit. Jika itu mungkin, aku ingin mencobanya. Aku benar2 ingin dimaafkan.” Ki Hoon berpikir, “Ya, aku juga.” Seperti biasa, Eun Jo menjaga sikapnya sampai dia sendirian di kamarnya dimana dia menangis. Ki Hoon: “Dan pada hari itu, gadis mengerikan itu memangis untuk kita buat yang terakhir kalinya!” Ki Hoon juga menangis di ruangannya.Kang Sook sama sekali tidak bisa tidur. Perasaannya sangat terganggu. Mungkin itu hanya pikirannya saja tapi Kang Sook berpikir dia punya masalah dengan badannya. Hyo Sun bangun sambil menangis memanggil ayahnya. Dia pergi ke kamar Kang Sook. Dia mendekati ibunya dengan perlahan dan berbaring di sampingnya. Hyo Sun melingkarkan tangannya di perut Kang Sook. Untuk beberapa saat kita bakal berpikir kalau Kang Sook mau menerima itu. Tapi dia menyuruh Hyo Sun untuk menyingkirkan tangannya dan menyebut itu menjijikkan. Mengerti pada penolakan ini, Hyo Sun bangkit dan pergi dari ruangan itu.

Saat sarapan, Eun Jo heran karena ibu hanya menyiapkan meja untuk 3 orang. Dia ketakutan waktu mendengar Hyo Sun diminta untuk makan sendiri. Kang Sook memakai alasan perasaan dukanya jika dia makan satu meja dengan Hyo Sun. Dia membela diri dengan mengatakan kalau Hyo Sun bukan gadis yang kelaparan. Kang Sook hanya tidak ingin makan dengan Hyo Sun. Eun Jo bertanya pada ibunya, “Berapa banyak dosa lagi yang ingin kau perbuat?” Dia juga mengatakan kalau di kehidupan berikutnya Kang Sook bisa saja terlahir sebagai ibu Hyo Sun. Itu adalah hasil dari dosa yang dia perbuat di kehidupan ini.Eun Jo meninggalkan meja tanpa menyentuh makanannya. Dia menemui Ki Hoon di luar, yang tersenyum untuknya. Eun Jo meminta Ki Hoon untuk menemukan Hyo Sun dan memastikan apakah dia sudah sarapan dan agar membawanya ke gudang anggur. Ketiganya duduk bersama di gudang anggur saat ajumma menyiapkan sarapan untuk mereka. Mereka mendiskusikan masalah bisnis seperti bagaimana mereka akan membayar hutang kepada para tetua. Ki Hoon memerintahkan Hyo Sun untuk bertemu dengan para tetua lagi dan memintanya untuk mengatakan kalau Eun Jo akan menghidupkan kembali pabrik anggur beras Dae Sung.Dengan keputusan itu, Eun Jo menyarankan agar mereka sarapan. Hyo Sun mengusulkan kalau mereka membuat bibimbap saja. Ketika Ki Hoon bergerak untuk menambahkan lebih banyak gochujang, Eun Jo menghalanginya. Hyo Sun mendorong sendok makan Ki Hoon ke mulutnya lalu beralih untuk menyuapi Eun Jo. Kelihatannya Eun Jo tidak akan memakannya jadi Hyo Sun menjauhkan sendoknya. Tapi Eun Jo malah menarik sendok itu dan memakan bibimbap-nya. Dia bahkan bergerak untuk menyingkirkan makanan dari dagu Hyo Sun meski dia tidak membuat kontak karena perhatian semuanya teralihkan oleh suara pria di luar sana.Mereka bertiga terlihat kaget sebab suara itu berasal dari para ajushi yang kembali bekerja. Salah satunya memakan permen yang diberikan Eun Jo padanya lalu tersenyum pada Eun Jo. Sebagai balasan, Eun Jo membungkuk padanya. Hyo Sun lebih ekspresif dimana dia berterima kasih pada paman karena ikut berperan dalam meyakinkan para ajushi. Pemimpin pekerja itu mengatakan pada Eun Jo kalau ini bukan karena sogokan Eun Jo. Mereka bukan orang yang gampang dibeli. Mereka kembali karena Eun Jo minta maaf. Eun Jo mengangguk.

Ki Hoon meletakkan tangan di bahu Eun Jo sebagai ucapan selamat. Hyo Sun berbalik dan melihat kejadian ini. Ketimbang membuat kekacauan, dia malah mengumpulkan keberanian lalu tersenyum. Dia mendekati Ki Hoon dan Eun Jo untuk mendiskusikan bisnis – sekarang mereka bisa membuat ragi lagi tapi siapa yang akan memimpin upacaranya?Ki Jung mengunjungi ayahnya untuk membicarakan sikap kurang ajar Ki Hoon soal perampokan dengan pedagang jepang. Presiden Hong bertanya, “Apa kau pikir kita berada di pihak yang sama?” Ki Jung menjawab kalau Ki Hoon mungkin berpikir dia tidak bisa mengungkapkan kebenaran pada Eun Jo dan Hyo Sun karena dia adalah saudara tiri dari Ki Hoon. Presiden Hong mengisyaratkan kalau Ki Jung pasti punya alasan lain. Ki Jung berkata, “Ayah, kau benar2 jahat!” Ki Jung juga berkata kalau dia merasa sangat menderita ketika ibu Ki Hoon mengejarnya, pingsan, dan mati. Tapi Hong menggunakan itu untuk memprovokasi Ki Hoon? Dengan suara bergetar, Ki Jung berkata pada ayahnya, “Aku menghormatimu. Aku juga akan menjadi jahat. Aku penasaran ingin melihat seberapa jahatnya aku.”

Para pekerja berkumpul untuk berdiskusi siapa yang akan menggantikan Dae Sung dalam ritual nanti. Ki Hoon mengatakan beberapa saran yang kedengarannya sangat diplomatik. Pemimpin pekerja dan paman Hyo Sun mungkin bisa menggantikan peran Dae Sung. Ki Hoon meminta Hyo Sun untuk memilih nama orang yang akan memimpin ritual itu sebab dia adalah orang yang paling pantas memutuskan. Dia diberi waktu sehari untuk memutuskan.

Hyo Sun sudah siap sekarang dan setelah mendapat persetujuan dari semua orang kalau mereka akan mematuhi keputusannya, Hyo Sun menyebut nama Eun Jo. Eun Jo protes dan mengatakan kalau dia tidak berani menggantikan posisi Dae Sung dalam kegiatan paling penting di pabrik. Hyo Sun setuju kalau dia tidak suka bila ada orang yang menggantikan posisi ayahnya, tapi dia berpikir kalau ayahnya pasti ingin agar Eun Jo yang melakukannya. Hyo Sun menambahkan, “Mengatakan ini juga membuatku merasa bersalah, kau tahu – kenapa kau dan bukan aku?” Ki Hoon menyambut baik keputusan itu yang juga diikuti yang lain.

Paman Hyo Sun menunggu cukup lama agar bisa berbicara dengan Eun Jo. Dia berbasa-basi dulu sebelum ke pokok persoalannya. Dia mengingatkan Eun Jo kalau dia juga berperan dalam mengembalikan para pekerja. Tapi Kang Sook terus menekannya agar dia pergi, tapi dia tidak punya tempat tujuan sebab dia tinggal disini seumur hidupnya. Eun Jo tidak tahu ini dan mengatakan kalau paman tidak harus pergi. Ini membuat paman sangat terkejut. Eun Jo berkata kalau dia harus bicara pada ibunya dan dia bahkan menggunakan kata2 yang sangat sopan.Memasuki rumah, Eun Jo mendengar sesuatu yang pecah dan teriakan ibu. Kang Sook memarahi Hyo Sun, yang berlutut untuk mengambil cangkir yang pecah. Hyo Sun menjelaskan karena ibu sering merasa lemas maka dia membawakan teh untuk ibu. Ketika Hyo Sun memungut pecahan itu, ibu berteriak, “Keluar sekarang juga! Aku tidak tahan melihatmu!” Eun Jo mendelik ke ibunya. Dia lalu menyuruh Hyo Sun berdiri dan mengikutinya keluar. Eun Jo memanggil Ki Hoon agar dia tidak tidur dulu sebab dia memerlukan Ki Hoon untuk menghibur Hyo Sun. Dia menyuruh Ki Hoon untuk menunggu di luar sementara dirinya menenangkan Hyo Sun.Eun Jo bertanya kenapa Hyo Sun tetap menemui ibu. Hyo Sun menjawab kalau dia merindukan ibu dan ingat bagaimana dulu ibu menepuk kepalanya. “Ibu bersikap seperti itu karena dia kesepian dan aku juga kesepian. Jadi aku pikir akan baik bila bersama-sama, dan meski dia membenci untuk sementara waktu sekarang, aku pikir jika dia tetap melihatku, dia akan mulai memperlakukanku dengan baik.” Eun Jo sudah muak dan bertanya, “Apa kau bodoh?” Dia meminta Hyo Sun untuk menjauhi Kang Sook untuk sementara waktu. Hyo Sun bisa sarapan dengannya di gudang tiap pagi dan pulang telat dan semuanya pasti akan segera membaik.

Tapi Hyo Sun tidak percaya itu, “Apa aku anak2?” Eun Jo kaget dan Hyo Sun bahkan menambahkan kalau dia sudah tahu semuanya bertahun-tahun yang lalu – sikap Kang Sook berbeda kalau tidak ada Dae Sung. Hyo Sun: “Aku tahu, tapi itu tidak jadi masalah… Jika aku menyukainya, itu tidak jadi masalah.” Kata2 itu benar2 menampar Eun Jo, tidak hanya Hyo Sun yang menurutnya bodoh, tapi ucapan Hyo Sun sama dengan ucapan Dae Sung ketika dia mengatakan kalau dia sudah tahu siapa Kang Sook sebenarnya. Hyo Sun menambahkan kalau tidak apa bila segalanya tidak membaik. Tidak apa bila ibu membencinya selamanya. Hyo Sun: “Tidak apa selama kau tidak mengusirku atau kabur dengan ibu. Tanpamu, ibu, dan Jun Su, aku akan sangat kesepian.”

Eun Jo sangat bersedih, dia menangis. Hyo Sun mendekati Eun Jo dan berkata, “Tolong jangan tinggalkan aku!” Selama percapakan ini, Hyo Sun mempertahankan sikap tenangnya – justru Eun Jo yang sangat emisional. Hyo Sun meninggalkan ruangan dengan tenang. Tapi, saat sudah di luar, Hyo Sun mulai terisak dan berlutut di tanah. Eun Jo menemui ibunya dan meminta agar ibu memperlakukan Hyo Sun dengan baik. Eun Jo memohon tapi Kang Sook bahkan tidak memperhatikan dan tidak peduli. Dia berpikir kalau Hyo Sun yang menyuruh Eun Jo melakukan ini.

Eun Jo mengatakan pada ibunya kalau mereka tidak akan menjadi baik seandainya mereka berlutut dihadapan Hyo Sun tiap hari. Dia meminta ibu untuk mengerti, “Hyo Sun adalah ayahnya! Apa kau pikir Dae Sung tidak tahu apa2?” Dae Sung tahu kalau Kang Sook hanya berpura-pura sepanjang waktu – toh, dia tetap mencintai ibu meski ibu adalah orang yang sangat jahat. Sama seperti ayahnya, Hyo Sun juga mengatakan kalau tidak apa bila ibu tidak menyayanginya.Kang Sook pindah ke tata riasnya dengan tenangnya. Ketika Eun Jo berteriak kalau mereka tidak bisa menemukan orang seperti mereka di dunia ini, Kang Sook menjawab dengan cepat, “Aku tahu, betapa bodohnya mereka!” Eun Jo terisak, “Ibu, kita tidak bisa seperti ini. Jika kita seperti ini, kita bukan manusia! Aku mohon padamu, ubahlah perasaanmu! Jika kita tidak melakukannya, maka kita akan disambar kilat!” Kang Sook berteriak kalau mereka tidak akan disambar kilat – siapa mereka berani menghakimi cara hidup mereka? Ibu bergumam kalau dia sedang merencanakan akan menikahkan Hyo Sun jadi dia bisa disingkirkan.

Kekejaman ibu membuat Eun Jo menderita dan dia mulai menarik semua pakaian ibu dari dalam lemarinya. Mereka hanya membawa kekacauan pada rumah ini jadi mereka harus kabur. Eun Jo: “Kita tidak boleh berada di rumah ini lagi!” Kang Sook menarik tangan Eun Jo dan mengatakan kenapa mereka harus pergi sekarang? Mereka bertiga lebih berharga dari harta Hyo Sun dan mereka akan tinggal serta mengambil apapun yang bisa diambil.Eun Jo berteriak gila2an. Kang Sook mencoba menentramkan anaknya dan memintanya untuk kembali ke akal sehatnya. Eun Jo berjalan keluar ke halaman sambil terisak. Ki Hoon berada di luar seperti yang diperintahkan. Diminta untuk menenangkan Hyo Sun, dia malah berada disini untuk menenangkan Eun Jo.Ki Hoon bertanya apa yang terjadi. Diantara isakannya, Eun Jo meminta Ki Hoon untuk membawanya ke tempat yang jauh jadi dia bisa kabur. Tidak apa bila dia tidak mendapatkan maaf dari Hyo Sun. Tidak – maaf itu jauh sekali, “Jadi ayo kabur. Kaburlah bersamaku!”
>> bersambung<<

Episode 12

Eun-jo berlutut di depan Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk lari bersamanya. Ki-hoon membawa Eun-jo ke gudang anggur dan memberinya minum untuk menenangkan diri. Ki-hoon berpikir kalau seandainya dunia datar, tidak bulat, mereka baru bisa kabur: “Meski kau berlari sampai akhir, tidak dapat dihindari kau pasti kembali ke rumah lagi.” Ki-hoon menantang Eun-jo – bagaimana kalau Ki-hoon bilang iya? Apakah Eun-jo siap lari ke ujung dunia bersamanya? Ki-hoon: “Jika kau bingung, apa yang seharusnya aku lakukan?”Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo untuk tetap tinggal dan melakukan apapun yang dia mau. Sedangkan, Ki-hoon yang akan membereskan sisanya. Eun-jo bilang kalau dia tahu hatinya sendiri. Tapi dia tidak tahu dosa apa yang sudah diperbuat Ki-hoon sehingga begitu terikat pada rumah ini. Eun-jo bertanya apakah mungkin Ki-hoon ingin sepotong pai, seperti ibunya. Ki-hoon menjawab, “Ada sesuatu yang harus aku bayar. Jika aku tidak bisa, aku akan berakhir seperti Dracula… tidak bisa mati meski aku ingin, selama seribu tahun, sepuluh ribu tahun.”Eun-jo bertanya hutang apa itu tapi Ki-hoon tidak bisa memberitahunya. Eun-jo bertanya lagi bagaimana jadinya kalau dirinya kabur sendiri saja. Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo kalau dia harus melakukannya kalau memang ingin. Ki-hoon pasti akan membantu sebisanya. Ki-hoon bertanya kemana Eun-jo ingin pergi?

Eun-jo duduk di kamarnya sambil memandang peta Ushuaia yang Ki-hoon buatkan untuknya 8 tahun yang lalu. Dia bimbang tapi kemudian memasukkan gambar itu ke dalam tas tuanya lalu keluar. Tepat di luar pavilion, Eun-jo ingat saat Dae-sung dulu datang ketika dia ingin kabur. Kali ini, Eun-jo mengatakan dengan keras hal2 yang ingin dia ucapkan pada Dae-sung. Mungkin karena dia tinggal di rumah inilah Dae-sung mati. Eun-jo minta maaf tapi dia tahu tidak peduli apapun, Dae-sung pasti akan memaafkannya.

Ketika Eun-jo melangkah keluar rumah, Ki-hoon yang menunggu di dalam mobilnya siap mengantar Eun-jo kemanapun dia mau. Eun-jo dengan tenang melewati mobil itu dan Ki-hoon membuntutinya dari belakang. Saat Eun-jo melewati tembok luar halaman rumah, dia ditarik oleh suara aktivitas di dalam gudang anggur. Ini membuat Eun-jo berhenti; dia punya perusahaan itu dan karena itu dia tidak bisa pergi. Paman Hyo-sun dan paman yang lain menyapa Eun-jo dengan hangat dan memanggilnya ‘bos kecil’. Eun-jo hanya tersenyum dan mereka semua kembali bekerja dengan penuh semangat.

Eun-jo memandangi mereka semua hingga dia menangis. Ki-hoon melihat dari belakang ketika Eun-jo menangis. Eun-jo akhirnya membiarkan tas tuanya jatuh dari bahunya. Tas itu jatuh dengan suara gedebuk yang dramatis sekali. Ki-hoon memungut tas yang jatuh itu dan meletakkan tangannya di bahu Eun-jo sama seperti yang sering dilakukan Dae-sung.Inilah Jung-woo yang terlihat semakin hot saja. Dia tidak berada di latihan tentara tapi dia bekerja di lokasi pembangunan. Dia mencoba untuk mendapatkan beberapa won agar noona Eun-jo tidak kelaparan jika perusahaan anggur bangkrut.

Ki-hoon pergi untuk menemui Dong-soo, orang yang dulu membawakan bunga untuk Eun-jo waktu dia masih sekolah. Sebenarnya Ki-hoon cemburu pada pria ini tapi dia bersikap wajar saja. Ki-hoon meminta Dong-soo, yang sekarang seorang wartawan, untuk menulis cerita tentang pabrik anggur. Dong-soo masih bersikap sama seperti waktu remaja dulu tapi dia benar2 tertarik untuk menulis tentang pabrik anggur.Eun-jo memimpin upacara ritual dimana dalam hal ini dia menggantikan tempat Dae-sung. Setelah upacara, Kang-sook mengepak pakaian Dae-sung yang dia lakukan dengan pelan dan dia terlihat sedih sebab dia ingat perkataan Eun-jo kalau Dae-sung tahu rencana Kang-sook tapi tetap mencintainya.

Hyo-sun tetap berusaha keras untuk mendapatkan sisi baik ibu. Kang-sook memandang Hyo-sun dengan tajam ketika Hyo-sun membungkuk dihadapannya dan mengatakan tentang kue beras upacara dan bagaimana semua orang telah memakannya untuk mendapatkan berkah. Kang-sook ingat kata2 Eun-jo kalau Hyo-sun sama seperti ayahnya tapi dia tetap saja menghindari anak tirinya itu.Hyo-sun mengikuti ibu dan bahkan berani meletakkan sepotong kue beras di mulut ibu untuk membuatnya tenang. Tapi Kang-sook malah membuangnya di lantai yang kotor dengan sikap jijik. Sambil menangis, Hyo-sun memungutnya dan memakannya. Kang-sook kembali berpikir kalau Hyo-sun sekali lagi mencoba membodohi dirinya.

Hyo-sun mencoba membantu ibu membuat makan siang tapi ibu malah pergi dan menyuruh Hyo-sun menyiapkannya sendiri. Ibu heran pada keberanian Hyo-sun yang tidak padam juga. Tapi ketika ibu pergi, Hyo-sun mulai terlihat sangat terlukan. Dia berhenti memotong lauk jadi dia pergi ke para bibi di gudang anggur untuk meminta tips memasak. Mereka memberikan sisa makanan dari gudang untuk dipakai Hyo-sun yang diterima dengan gembira.

Kemudian Kang-sook melihat Hyo-sun dan bertanya dari mana makanan itu berasal. Hyo-sun dengan hati-hati mengatakan tentang ajumma dan nenek di gudang anggur meski sudah diusir oleh ibu. Kang-sook marah dan melempar semua hal yang dekat dengannya. Dia lantas pergi ke gudang anggur dengan penuh dendam. Dia memarahi para ajumma itu karena sudah berani menentang perintahnya. Hyo-sun jelas membela para ajumma.Berikutnya, paman Hyo-sun masuk untuk minta makan dan bisa dilihat kalau Kang-sook menuduh paman sebagai biang kematian Dae-sung. Ibu bahkan mendorong Hyo-sun ke tanah ketika dia mencoba untuk ikut campur. Akhirnya, Eun-jo datang. Kalau ada orang yang bisa menyamai ketajaman mata ibu, orang itu adalah Eun-jo. Bahkan ibu sendiri takut saat melihat kedatangan anaknya ini.

Eun-jo menyeret ibunya ke dalam rumah. Eun-jo berkata, “Ibu, kau ada di pihak-ku, kan? Bukan di pihak Hyo-sun tapi di pihak-ku?” Ibu kaget mendengar ucapan ini. Eun-jo menjelaskan pada ibu kalau pabrik anggur sekarang milik para pemilik saham. Mereka akan memberikan perusahaan pada Hyo-sun kalau ibu tetap memerlakukan Hyo-sun dengan kejam. Dia juga mengatakan kalau Hyo-sun punya kendali lebih besar pada perusahaan ketimbang mereka. Sebab, Hyo-sun bisa melarang penjualan barang2 dan lain2nya. Pada dasarnya, Eun-jo membuat alasan agar ibu bersikap baik pada Hyo-sun lagi, untuk mengamankan hak mereka ada harta kekayaan itu, dan membohongi Hyo-sun agar memberikan kekayaannya lebih banyak.

Ini memang jenius dan Kang-sook jelas mempercayainya: uang! Bahkan Eun-jo memberikan alasan bagus agar Kang-sook mau bersikap baik pada Hyo-sun. Ibu memakan umpan itu dan bahkan berencana untuk menambah pundi2 emasnya. Eun-jo bahkan menambahkan kalau ibu adalah satu2nya orang yagng bisa berbuat baik pada Hyo-sun sebab Eun-jo muak melakukan hal seperti itu.

Ki-hoon mengajak Hyo-sun berkendara ke sungai agar Hyo-sun bisa keluar dari rumah. Dia bahkan menyarankan agar Hyo-sun pergi ke dokter untuk memeriksan sakit di dadanya. Tapi itu bukan sakit seperti yang Ki-hoon kira. Sakit itu hanya karena Hyo-sun sering menahan air matanya. Hyo-sun berkata, “Dia menyuruhku untuk tidak menangis… Eun-jo. Aku rasa dia tidak suka bila aku menangis. Tidak apa2. Dia tidak melawanku lagi. Kadang2 bahkan dia bersikap baik.” Ki-hoon mengatakan kalau tidak apa bila Hyo-sun menangis apalagi disini hanya ada mereka berdua. Ki-hoon bahkan membiarkan Hyo-sun bersandar pada dirinya dan memegangnya ketika Hyo-sun mengelurakan semua air matanya. Ki-hoon juga menangis dan minta maaf.Jung-woo telah kembali. Eun-jo menyuruhnya langsung bekerja ketika mereka meneliti perusahaan anggur beras yang mungkin saja menjadi saingan. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo memakai bros yang dia berikan. Tapi Eun-jo tidak menjawab. Ini membuat Jung-woo mencari di jaket Eun-jo tapi akhirnya dia melihat benda itu tersemat di bagian bawah jaket Eun-jo. Jung-woo tersenyum. Dia sangat puas.

Jung-woo meminta Eun-jo untuk mengatakan kalau dia tidak punya uang. Dia lalu mengeluarkan amplop dan meletakkannya di atas meja. Dia berkata kalau itu adalah milik noona. Eun-jo bertanya dimana Jung-woo mendapatkan uang itu. Jung-woo bercanda kalau dia menang dalam permainan Jalan dan Berhenti. Tapi dia menarik kembali perkataannya ketika melihat reaksi Eun-jo. Jung-woo lalu bertanya apakah Eun-jo sudah makan malam. Pada akhirnya, Jung-woo menarik tangan Eun-jo untuk mengajaknya makan malam.

Eun-jo berhenti dan berteriak, “Jangan kurang ajar!” Jung-woo langsung menjawab, “Jangan kejam pada dirimu sendiri. Aku sudah katakan padamu, aku tidak tahu apa2 tentang hal lain, tapi aku tidak akan membiarkanmu tidak makan!” Jung-woo mengantar Eun-jo ke resto dan bahkan membukakan pintu mobil untuknya. Eun-jo melihat mobil Ki-hoon di resto itu tapi dia sama sekali tidak berkata apa2. Jung-woo memegang tangan Eun-jo dan mereka pun masuk ke dalam. Eun-jo melepaskan tangannya lalu matanya melihat Ki-hoon dan Hyo-sun sedang makan. Tepat ketika Hyo-sun memanggil Eun-jo, Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan mengajaknya ke meja Ki-hoon dan Hyo-sun. Ki-hoon berbalik dan saling pandang dengan Eun-jo kemudian mata Ki-hoon tertuju pada tangan Eun-jo. Mereka makan bersama. Hyo-sun bertanya apa hubungan Jung-woo dan Eun-jo. Jung-woo hanya menyeringai dan tidak memberikan jawaban sedangkan Ki-hoon terlihat super kesal!

Eun-jo ingin pergi tapi Jung-woo menolak untuk pergi sampai Eun-jo menghabiskan makanannya. Jung-woo bahkan meletakkan kembali sendok Eun-jo ditangannya dan berkata, “Kau dan aku harus menghabiskan makanannya!” Hyo-sun terlihat kagum pada situasi ini – sedangkan Eun-jo sepertinya mendengarkan orang lain.

Ki-hoon cemburu dan dia meletakkan makanan di piring Hyo-sun dan memintanya untuk makan. Jung-woo melakukan hal yang sama dan Eun-jo memakannya. Efek dari keadaan ini sangat besar: Jung-woo tersenyum (senang karena dia berpikir sudah memenangkan hati Eun-jo), Hyo-sun terlihat tidak percaya. Dia melihat sisi lain Eun-jo. Dan Ki-hoon adalah yang paling menderita.Ki-hoon menyerahkan semua keputusannya pada Eun-jo; apakah mereka harus menyewa mesin khusus dan menerima pesanan atau menolak pesanan. Menurut Ki-hoon perlu mengambil resiko dan dia percaya pada kemampuan Eun-jo. Sedangkan, Eun-jo sama sekali tidak mau mengambil resiko sebab dia takut hal buruk akan terjadi seperti terakhir kali dia memaksa Dae-sung terlalu jauh menuruti arogansinya. Ki-hoon berkata kalau Eun-jo sekarang punya kesempatan untuk menebus semuanya dan menghormati Dae-sung. Sedangkan, Ki-hoon saja tidak punya kesempatan itu. Dia mengatakan kalau dia iri pada Eun-jo karena punya kesempatan itu.

Ki-hoon meletakkan tangannya di bahu Eun-jo lalu tersenyum. Eun-jo memandang Ki-hoon dengan air mata di matanya sedangkan tangan Eun-jo mengepal karena saking kerasnya menahan air mata. Eun-jo berkata, “Jangan lakukan itu.” Ki-hoon mundur dan terlihat terluka. Dia berpikir kalau Eun-jo tidak menginginkannya.Eun-jo keluar dan Ki-hoon mengikuti sambil meminta keputusan. Ki-hoon mencoba mayakinkan Eun-jo, tapi sayangnya Eun-jo lebih senang mencari aman saja dan berkata kalau mereka tidak boleh menambah hutang. Bagaimana kalau ada perompak seperti terkahir kali? Lalu semuanya terang bagi Eun-jo… Kenapa Eun-jo tidak melakukan apa2 terhadap hal itu? Kenapa dia hanya diam dan tidak mencari tahu pelakunya? Ki-hoon kaget dan mengatakan kalau dia akan menangani masalah itu tapi ini bukan pertanda bagus. Ki-hoon berkata kalau dialah orang yang harus menemukan pelakunya dan kalau mereka mau mengambil kesempatan ini, maka Perusahaan Dae-sung akan kembali. Ki-hoon berkata, “Dan aku bisa…”

Ki-hoon mengantar Eun-jo ke lab dan bertanya apa yang akan Eun-jo lakukan kalau mereka menemukan perampoknya. Eun-jo menjawab kalau dia tidak tahu. Tapi dia mengatakan kalau hal itu mungkin akan memberikannya kekuatan untuk menjalani sisa hidupnya. Dengan memikirkan wajah2 orang itu kekuatan Eun-jo akan bertambah besar. Eun-jo akan membenci orang2 itu tanpa kenal lelah. Dan itu cukup. Dengan kekuatan membenci mereka Eun-jo akan hidup tenang sampai dia mati.

Ketika Ki-hoon keluar, dia melihat mobil ayahnya mendekat dan menghentikannya sebelum ayah bisa masuk. Ki-hoon meminta agar ayah meninggalkan Eun-jo sendiri tapi ayah sudah memutuskan kalau dia akan menemui Eun-jo dan mengatakan semuanya. Jika melakukan itu, ayah harus mengatakan semua keterlibatan Ki-hoon dalam kekacauan itu. Tapi itu tidak masalah sebab istirnya akan segera menceraikannya dan ayah tidak akan punya apa2 lagi. Masalahnya, ketika ayah bercerai maka semua sahamnya akan jatuh pada ibu dan Ki-jung.

Tapi sebenarnya, ayah disini untuk mengajak Ki-hoon ke pihaknya. Pilihannya adalah: Ki-hoon bergabung dengan ayah lagi untuk memenangkan perang ini atau ayah akan masuk dan mengatakan semuanya pada Eun-jo. Ki-hoon tidak mau bergabung dengan ayahnya jadi ayah terpaksa masuk dan bertemu dengan Eun-jo. Tapi sepertinya Ki-hoon akhirnya mengalah.

Malam itu, Eun-jo menemui Ki-hoon di kamarnya dan mengatakan kalau dia setuju untuk menyewa mesin sesegera mungkin. Ki-hoon terlalu ditekan oleh pikirannya tentang ayah jadi dia hanya berkata kalau dia akan melakukannya. Ki-hoon memanggil Eun-jo, “Eun-jo ya…” Tapi kemudian dia terlihat lemas dan tidak jadi meneruskan kata2nya.

Eun-jo kembali ke rumah dan menemukan kalau bibi di dapur sudah kembali yang mengidikasikan kalau ibu menganggap serius ancaman Eun-jo. Dia kaget mendengar tawa dari kamar ibu. Dan ketika dia mengintip, dia melihat ibu, Hyo-sun dan Jun-su sedang tertawa di depan tv. Hyo-sun mengatakan pada ibu kalau seorang pria datang ke rumah tadi dan mencari ibu berkata kalau dia adalah saudara ibu. Hyo-sun tahu kalau ibu sudah tidak punya saudara jadi dia mengatakan pada pria itu kalau dia sudah masuk ke rumah yang salah. Tapi wajah ibu terlihat berbeda. Ibu mengatakan kalau Hyo-sun sudah melakukan hal yang benar sebab tidak ada lagi keluarga ibu yang masih hidup. ebelum tidur, Hyo-sun memeluk ibu dan berkata: “Aku tahu aku tidak terlalu kau sayangi. Tapi terima kasih karena sudah baik padaku. Nanti, agar kau bisa memelukku karena kau menyayangiku, aku akan berbuat baik, bu.”

Ki-hoon minum makgulli di gudang anggur. Dia memikirkan kata2 Eun-jo tadi. Ki-hoon menelpon ayahnya dan mengatakan kalau dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo semuanya tapi setelah itu ayah dan Ki-jung tidak boleh mengganggu Eun-jo. Ini bukan hal yang ingin didengar ayah: “Tidurlah ayah. Aku akan menemui Eun-jo sekarang.”

Rasa bersalah atas keterlibatannya dengan Hong-ju dan kematian Dae-sung membuat Ki-hoon tidak mampu menemui Eun-jo. Tapi Ki-hoon sudah memutuskan untuk mengaku meski itu akan menyebabkan Eun-jo membencinya. Ki-hoon tersandug di depan rumah. Dia menghantamkan tangannya ke pintu. Badannya bergetar dan Ki-hoon berteriak, “Eun-jo ya! Eun-jo ya!”
Ungkapkan pendapat Anda

EPISODE 13

Ki-hoon memukul-mukul pintu depan. Memanggil nama Eun-jo berulang-ulang dan siap untuk mengatakan semuanya pada Eun-jo. Di sisi lain, Eun-jo baru saja mencoba anggur beras yang membuatnya sedikit mabuk dan untuk itu dia tidur di dalam waktu Ki-hoon memanggil namanya. Dengan perlahan, Eun-jo bangun dan mendengar teriakan itu. Dia berjalan sempoyongan dan akhirnya keluar.Tapi Jung-woo lebih dulu tiba disana dan membawa Ki-hoon ke dalam. Dia menyuruh Eun-jo untuk masuk karena Ki-hoon benar2 mabuk. Di kamar mereka, Jung-woo memandang Ki-hoon. Dari luar, Eun-jo memanggilnya sambil membawa dua nampan yang berisi dua gelas teh. Eun-jo berkata kalau minuman itu untuk Jung-woo dan Ki-hoon. Tapi Jung-woo tidak bodoh dan tahu minuman itu untuk siapa sebenarnya. Dia bertanya kenapa Eun-jo menyukai Ki-hoon.

Eun-jo menyindir Jung-woo dan memintanya untuk tidak bercanda. Jung-woo meraih tangan Eun-jo dan menariknya keluar dimana Jung-woo berusaha keras membuat Eun-jo sadar dari mabuknya. Tapi dia menyerah dan putus asa. Alasan kenapa Jung-woo marah ketahuan ketika dia mengingat kejadian beberapa saat yang lalu ketika dia membuka gerbang. Ki-hoon maju dengan tiba2 – Jung-woo membantunya berdiri – dan dia mengatakan semuanya pada Jung-woo sebab Ki-hoon menganggap Jung-woo sebagai Eun-jo.

Ki-hoon menumpahkan semuanya tentang keinginannya untuk mengambil alih dan menjadikan perusahaan Dae-sung sebagai bagian dari Hong Ju. Serta bagaimana Ki-hoon ingin mengembalikannya lagi pada Dae-sung. Akan tetapi, Dae-sung meninggal setelah mendengar Ki-hoon berbicara dengan kakaknya di telpon. Sekarang Jung-woo terbebani dengan informasi ini ketika dia melihat Eun-jo tapi tidak ingin memberitahunya. Dia tahu bagaimana perasaan kedua orang itu. Jung-woo bertanya apakah Eun-jo ingin tahu orang seperti apa Ki-hoon. Eun-jo memperingatkan Jung-woo untuk menjaga ucapannya – siapa Jung-woo hingga berani berkata demikian?Eun-jo: Rasanya sakit ketika aku tidak melihatnya dan ketika aku melihatnya. Rasanya sakit kalau dia disini dan tidak disini. Sakit bila dia tersenyum padaku atau kepada orang lain. Sakit kalau dia memanggil namaku atau tidak. Selama aku tidak menghilang dari dunia ini, aku rasa aku akan terus merasa sakit, Jung-woo, tapi masih, berada disini lebih baik. Bisa melihatnya dan membencinya lebih baik daripada dia tidak disini.

Eun-jo mengatakan kalimat2 ini dengan suara parau dan seolah-olah dia berada di tempat yang jauh. Sekarang dia kembali ke masa kini dan memanggil Jung-woo ‘anak muda’. Eun-jo bahkan berkata, “Kau sudah dewasa, Jung-woo kita!” Setalah kalimat itu, Eun-jo berjalan sempoyongan kedalam rumah.Keesokan harinya Ki-hoon bangun dan mendapati dirinya tidur di lantai. Ketika Ki-hoon bangun, Jung-woo meminta bicara dengannya dan bertanya kenapa Ki-hoon tidak memintanya untuk merahasiakan pengakuannya dari Eun-jo. Ki-hoon menjawab kalau itu karena dia harus mengatakannya. Jung-woo memukul Ki-hoon. Berani2nya dia mengatakan hal itu pada Eun-jo. Jung-woo berujar, “Jika kau mengatakan hal itu padanya, kakakku tidak akan bisa bernafas. Kau akan terbebas jadi pikiranmu bisa tenang. Lalu bagaimana dengan kakak? Apa yang terjadi padanya?” Jung-woo berteriak pada Ki-hoon, “Apa kau akan membunuh Eun-jo?!”

Ki-hoon memperingatkan Jung-woo untuk menutup mulutnya sebab dia sendiri yang akan memberitahu Eun-jo. Jung-woo berkata, “Eun-jo berkata kalau rasanya sakit entah itu melihatmu atau tidak melihatmu, tapi dia lebih memilih melihatmu. Kau bersalah, kan? Kau ingin menerima hukuman, kan? Jadi biarkan rahasia itu menjadi hukuman seumur hidupmu dan tidak diberi maaf.”Kalimat2 itu memberikan efek besar pada Ki-hoon tapi keputusan utamanya tetap melekat di kepala Ki-hoon. Dia berputar di sekeliling rumah untuk mencari Eun-jo. Hyo-sun mendekati Ki-hoon di gerbang dan mendengar kalau oppa mencari kakaknya. Hyo-sun terdiam tapi kemudian dia mengatakan kalau Eun-jo ada di lab. Ki-hoon berangkat secepat mungkin untuk menemui Eun-jo disana. Sayangnya, waktu Ki-hoon sampai disana ternyata lab kosong. Ternyata, Hyo-sun tahu kalau Eun-jo tidak ada di lab. Kemudian dia menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal yang ingin dia bilang. Apakah Eun-jo bisa segera pulang? Berikutnya, Ki-hoon menelpon Eun-jo dan mengatakan kalau ada hal sangat penting yang ingin dia katakan atau kalau tidak, dia tidak akan mendapatkan kesempatan lagi. Dimana Eun-jo? Ki-hoon lalu menelpon ayahnya dan menjelaskan kenapa dia mau bekerja pada ayahnya dulu. Mungkin awalnya dia memulai dengan keinginan untuk balas dendam pada ibu tirinya dan Ki-jung tapi ada juga bagian dari dirinya yang ingin menyelamatkan keluarganya.

Akan tetapi, sekarang Ki-hoon akan menyerahkan semuanya. Sahamnya, warisannya, bahkan identitasnya sebagai putra Hong – dia akan menyerahkan segalanya. Lebih jauh, kalau ayah atau Ki-jung mencoba mengganggu perusahaan Dae-sung lagi, maka Ki-hoon akan memperlakukan mereka seperti orang asing dan tidak akan ragu2 membeberkan pada public perbuatan illegal mereka. Ki-hoon berujar, “Aku akan bertemu dengan gadis yang berkata kalau dia lebih baik melihaku meski rasanya sakit. Aku akan menebus semua dosaku dan meminta apakah aku bisa tetap tinggal, apakah aku tetap bisa melihatnya. Jika dia setuju, aku akan melakukannya.”

Ki-hoon sampai di rumah dan melihat mobil Eun-jo baru saja terparkir. Tepat ketika Ki-hoon akan masuk ke dalam, mobil ketiga muncul dan menghentikannya. Alasan kenapa Hyo-sun menelpon Eun-jo bukan karena urusan penting tapi untuk sebuah ketakutan yang langsung dia utarakan. Dia mengatakan pada Eun-jo kalau Ki-hoon mencarinya seperti ada urusan yang sangat penting tapi tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Hyo-sun benci digantung seperti itu dan tidak tahu apa2 tapi itu membuatnya malu. Hyo-sun sangat ingin tahu alasan kenapa Ki-hoon mencari Eun-jo dengan sangat serius.Eun-jo mendesah (dia sangat tahu bagaimana Hyo-sun) tapi tetap merasa sakit hati karena hal itu. Dia mengatakan kalau Hyo-sun bisa ikut dengannya mulai sekarang. Kalau Hyo-sun merasa begitu tidak nyaman sebaiknya mereka menelpel dari sekarang. Eun-jo bersikap sangat manis pada Hyo-sun. Mereka menuju lab dan Hyo-sun berusaha membantu sebisanya.

Rencana Ki-hoon untuk mengakui perbuatannya terganggu oleh kedatangan kakak keduanya, Ki-tae yang sangat tertarik pada Hyo-sun. Oleh karena itu dia meminta agar dikenalkan pada Hyo-sun. Dia meminta Ki-hoon untuk melakukan itu! Ini menarik sebab Ki-tae bukan orang yang sejenis dengan Ki-jung. Akan tetapi, pertemuan ini terganggu dengan sebuah telpon yang mengabarkan kalau ayah masuk rumah sakit. Ki-tae tidak tahu kenapa tapi hal itu terjadi setelah ayah menerima telpon dari Ki-hoon.

Ki-jung tiba di rumah sakit untuk bergabung dengan saudara2nya di sisi tempat tidur ayahnya. Dia sangat dingin dan Ki-tae menyalahkan Ki-jung atas apa yang terjadi pada ayah. Kakak dan ibu sudah merencanakan untuk mengambil alih Hong Ju, kan? Lalu ibu tiba dan memarahi mereka karena berteriak. Ki-tae adalah yang paling emosional dan dia berkata kalau mereka semua menyebalkan dan pergi. Ki-hoon mendengarkan dengan kaku ketika ibu tirinya dan Ki-jung bercakap-cakap tentang bagaimana kejadian ini membuat rencana bisnis mereka menjadi tertunda.Seorang penjahat tiba di rumah Hyo-sun dan menanyakan Kang-sook. Dia dikirim oleh kakaknya untuk menemui Kang-sook dan kalau dia menyebutkan nama kakaknya maka itu cukup untuk membuat Kang-sook menyerahkan sejumlah uang. Ketika melihat mobil Eun-jo masuk ke pekarangan rumah, Kang-sook setuju untuk memberikan uang pada penjahat itu dan menyuruhnya pergi secepatnya. Ketika ibu kembali ke dalam rumah, dia melihat paman Hyo-sun berlari – dia sudah mendengar semuanya.

Hyo-sun bertanya pada Eun-jo apakah dia tahu seorang pria bernama Jang Taek-geun dari keluarga ibu. Jelas dia bukan kakak ibu dan Eun-jo langsung tahu apa yang terjadi dan menemui ibu. Eun-jo memandangi ibu dan bertanya apa yang akan ibu lakukan untuk menangani keadaan ini. Kang-sook berjanji untuk membereskannya tapi Eun-jo bertanya lagi apa yang akan ibu lakukan kalau Hyo-sun tahu.Untuk menjauhkan Hyo-sun dari ibu untuk beberapa saat, Eun-jo memberikan tugas untuknya. Mereka harus tahu apa terjadi pada ekspor ke Jepang (Eun-jo sudah meminta bantuan reporter Dong-soo untuk hal ini), tapi dia sama sekali tidak bisa menghubungi Ki-hoon. Eun-jo meminta Hyo-sun untuk membawa Ki-hoon secepatnya. Berikutnya, Eun-jo meminta bantuan Jung-woo – karena Jung-woo sudah tahu bagaimana paman Jang, jadi dia bisa mempercayakan Jung-woo untuk tugas yang ini.Pertama-tama, Eun-jo meminta Jung-woo untuk mengirimkan uang pada paman Jang. Jang berkata kalau mereka belum memenuhi tuntutannya, maka dia akan terus mengirim orang hingga uang yang dia minta terpenuhi. Jung-woo menjamin kalau dia akan menangani itu semua tapi kemudian Eun-jo mengubah pikirannya – dia akan pergi bersama Jung-woo. Ada hal yang ingin Eun-jo katakan sendiri pada Jang, jadi mereka bisa pergi bersama. Jung-woo dengan hati2 bertanya apakah sudah ada yang terjadi – dia khawatir kalau Ki-hoon sudah mengatakan yang sebenarnya. Jung-woo tenang karena yang terjadi tidak seperti yang dia pikirkan.

Kang-sook tidak ingin menyerahkan uang tapi Eun-jo menyuruhnya untuk menurut – mereka tidak ingin para tetua tahu, kan? Dengan putus asa, Kang-sook mengeluarkan buku tabungannya dari lemari – ada sesuatu yang menarik perhatiannya, dan dia menarik setumpuk buku dari bagian belakang lemari. Ternyata itu adalah buku harian Dae-sung. Kang-sook membaca bagian pertama yang merupakan tulisan Dae-sung sekitar 8 tahun yang lalu. Dae-sung menulis tentang pertemuan pertamanya dengan Kang-sook.Buku harian Dae-sung: Seseorang datang padaku. Dia seperti angin musim semi. Dia membawa harum bunga dalam angin musim semi. Wangi itu berasal darinya seperti berasal dari bunga. Aku bersumpah untuk memijat kakinya selamanya. Aku sudah membuat begitu banyak sumpah. Pria bodoh melakukan itu. Pria bodoh ini sekali lagi membuat sumpah. Bahwa aku tidak akan membiarkan air mata keluar dari matanya…Ki-hoon kembali ke rumah dimana Hyo-sun telah menunggunya sesuai perintah Eun-jo. Ki-hoon terlihat lelah dan Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon baik2 saja. Apakah sesuatu terjadi padanya. Dengan perlahan Hyo-sun meletakkan tangannya di wajah Ki-hoon dengan sikap yang menenangkan. Secara mengejutkan, Ki-hoon mengangkat tangannya dan memeluk Hyo-sun sebelum akhirnya dia melepaskan pelukan itu. Ki-hoon berbalik dan pergi.

Dan benar saja, lama setelah Ki-hoon pergi Hyo-sun masih berdiri di halaman. Dia kaget dan tidak bergerak sama sekali. Ketika Ki-hoon masuk ke kamarnya, Jung-woo memandangnya dengan kecewa dan memastikan kalau dia tidak mengatakan apa2 pada Eun-jo. Ki-hoon bertanya apakah hanya hal itu yang Jung-woo pedulikan. Setelah mengetahui kalau Ki-hoon adalah bagian dari Hong Jud an kenapa dia kesini, dan apa yang dia lakukan pada Dae-sung, Eun-jo adalah satu2nya hal terpenting? Ki-hoon bertanya kenapa Jung-woo tidak mengatakan apa2.

Jung-woo menjawab kalau dia percaya pada Ki-hoon ketika Ki-hoon mengatakan kalau dia akan mengembalikan perusahaan pada Dae-sung, “Jika aku tidak mempercayainya, itu akan membuatmu tampak menyedihkan.” Jung-woo bergumam kenapa Ki-hoon tidak tahu betapa Eun-jo menyukainya.

Dengan perlengkapan yang segera datang, mereka bisa memulai membuat anggur beras lagi sedangkan Eun-jo bisa melanjutkan percobaannya. Ki-hoon dan Hyo-sun mengunjungi pemasok beras lama mereka dan membuat permintaan – hanya kali ini saja. Bisakah dia menghormati hubungan yang penjual itu jalin dengan Dae-sung ketika Dae-sung masih hidup?Pria itu mengalihkan pandangannya dari Hyo-sun. Hyo-sun mengatakan kalau dia tahu pemasok beras itu datang ke pemakaman ayahnya. Pria itu mencoba untuk membuat wajahnya tetap tegas tapi mengalami kesulitan ketika Hyo-sun mengaku bahwa kalau saja pria itu menyapanya, dia mungkin sudah pingsan karena menangis terlalu lama sebab pria itu bisa mengingatkan Hyo-sun pada ayahnya. Ucapan terima kasih Hyo-sun memecah ketegangan pria itu dan bahkan dia harus menghapus air matanya dengan sapu tangan.

Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan perasaan bercampur. Ki-hoon mengerti kenapa jadi dia berkata, “Kau adalah orang yang sangat baik, Hyo-sun.” Ki-hoon mengatakan kalau dia iri karena Hyo-sun punya sikap seperti itu. Ki-hoon berujar lagi, “Kau orang yang baik. Percayalah itu.” Kata2 itu membuat Hyo-sun gugup. Dia lalu bertanya kenapa kata2nya yang tulus tidak memberikan pengaruh apa2 pada Ki-hoon. Tapi Ki-hoon menjawab kalau memang ada pengaruhnya. Ki-hoon, “Kau menyukaiku, percaya padaku, perasaanmu yang tulus – aku tahu!” Hyo-sun sedikit malu dan berkata, “Kau tahu?”

Ki-hoon menjawab, “Aku tahu, karena itulah aku mengatakan ini padamu. Karena itulah aku menolakmu seperti ini.” Ki-hoon menambahkan kalau dia akan tetap menjaga Hyo-sun dan Eun-jo di masa depan tidak peduli apapun yang terjadi dan meskipun dia tidak mendapatkan maaf. Kalimat2 itu begitu tidak jelas dan Hyo-sun tidak mengerti. Ki-hoon membuatnya menjadi lebih jelas, “Terima kasih atas perasaanmu. Aku minta maaf, aku tidak bisa menerimanya.”Eun-jo dan Jung-woo mengambil uang untuk dibawakan pada paman Jang. Paman Jang keluar dalam kondisi yang lebih buruk. Jung-woo memandangnya dengan kasihan dan mengajaknya makan siang. Ketika mereka keluar dari resto, barulah Jang memerhatikan Eun-jo disana, menunggu mereka. Eun-jo menyuruh Jung-woo untuk tetap tinggal dan meminta Jang untuk masuk ke mobil. Kedua pria itu menurut tapi dengan enggan. Eun-jo mengatakan pada Jung-woo kalau dia tidak kembali dalam dua jam maka Jung-woo harus pulang ke rumah tanpanya.Itu sebuah peringatan buat Jung-woo kalau Eun-jo akan melakukan sesuatu yang tidak akan mampu cegah kalau dia tidak bersama Eun-jo. Maka Jung-woo mencoba mengejar mereka. Tapi Eun-jo mempercepat mobilnya dan membuat paman Jang ketakutan karena dia ngebut. Akhirnya, dia menepi di sebuah tempat dan menyuruh Jang untuk keluar. Eun-jo berteriak ketika Jang tidak bereaksi. Dan kemudian, Eun-jo berlutut dihadapan Jang! Eun-jo memohon, “Selamatkan aku, paman!” Dia mengatakannya dengan kata2 yang sopan.Eun-jo: Selamatkan aku. Aku merasa sekarat. Setiap hari, aku merasa aku akan mati. Aku benar2 sekarat. Aku hidup karena aku tidak bisa mati. Aku… aku adalah putri ibuku. Eun-jo putri Song Kang-sook. Si jalang Eun-jo. Ketika kau tidur dalam keadaan mabuk, ada kalanya aku ingin membunuhmu – kau tidak tahu itu, kan? Aku bahkan memegang pisau. Setiap kali kau mabuk dan memukul ibuku, aku mengasah pisauku untuk memotong tangan ini. Gadis muda itu membayangkan hal semacam itu untuk memotong tangan itu. Apa kau tahu itu?

Kata2 itu membuat Jang ketakutan dan dia mulai meminta maaf. Tapi suara Eun-jo mengeras dan dia menyuruh Jang tutup mulut. Jika Jang benar2 menyesal, seharusnya dia berhenti bersikap seperti itu – tapi Jang selalu minta maaf lalu mengulangi hal yang sama. Dengan tajam, Eun-jo berkata, “Lihat aku. Aku akan menunjukkan padamu kalau kesalahanmu bisa membunuh seseorang dengan mudah!”Setelah itu, Eun-jo berjalan menuruni bukit dan menuju ke tepi danau. Eun-jo tidak berhenti tapi dia terus berjalan hingga masuk ke dalam danau. Kakinya mulai tenggelam, pinggangnya mulai tenggelam dan dadanya mulai tenggelam. Selama itu, wajah Eun-jo terlihat teguh! Jang sangat terkejut. Dia terburu-buru menuruni bukit dan muncul di belakang Eun-jo. Dia menarik Eun-jo dan menyeretnya naik ke daratan. Eun-jo berteriak memprotes. Tapi paman Jang membawa Eun-jo keluar dari air dan kembali ke mobil. Dia meletakkan Eun-jo di rumput. Eun-jo menjerit dan menangis.Kang-sook menemukan jurnal tahunan yang dimiliki suaminya. Dia kembali mencari yang lainnya di kamar. Kang-sook mengobrak-abrik kamar tapi tidak menemukan apapun. Dia lalu beralih mencarinya di kantor Dae-sung. Dia menarik buku dari rak sampai akhirnya dia beralih ke laci dan menemukan sesuatu: diari Dae-sung tahun 2010. Di dalam buku itu, Dae-sung menulid bagaimana dia tahu kalau istrinya bertemu dengan pria lain tapi karena dia menjadi pria yang bodoh maka dia tidak berani bertanya kenapa. Setiap kali dia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dia tahu hidup yang sudah dia jalani dengan Kang-sook selama 8 tahun akan berakhir dan tidak mengatakan apa yang ingin dia katakan. Dae-sung menulis, “Bahwa hidupku akan berkanjut tanpanya – aku paling takut hal itu.”Kang-sook membawa buku itu kembali ke rumah – Eun-jo sudah memberitahunya kalau Dae-sung sudah tahu tapi Kang-sook berusaha untuk tidak percaya. Tapi sekarang dia sudah tahu. Kang-sook duduk di depan foto pernikahannya sambil terisak.

EPISODE 14

Ki-hoon berdiri di sisi tempat tidur ayahnya. Dia bertanya pada ayahnya apakah ayah tidak mau membiarkan saja semuanya – perang dan permusuhan keluarga. Ki-ho mengira ayah pingsan akibat mendengar kata2nya. Ayah mungkin ingin memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Ki-hoon – sebuah hubungan yang nyata. ki-hoon berkata kalau ayah memang menginginkan itu maka ayah harus meninggalkan semuanya dan tinggal di rumah yang sederhana bersamanya dimana mereka bisa pergi memancing berdua.

Dan kalau ada kesempatan, Eun-jo mungkin akan memaafkannya. Ki-hoon mungkin akan membawa gadis keras kepala sebagai menantu ayah dimana ayah bisa membesarkan anak mereka. Ayah menangkis semua perkataan Ki-hoon. Ayah akan mempertahankan semua uangnya. Ayah setuju untuk menyerah tapi Ki-jung tidak akan melepaskannya dan akan datang pula hari dimana Ki-jung akan memerlukan bantuan ayah.

Kang-sook meletakkan buku harian Dae-sung yang mengungkapkan betapa betapa cintanya pria itu padanya. Hyo-sun masuk ke dalam kamar itu mencoba untuk mendapatkan ketenangan dari ibu. Tapi kali ini, Kang-sook sedang tidak mood jadi dia melepaskan Hyo-sun begitu saja. Hyo-sun berkata pada ibu kalau hari ini dia sudah ditolak. Dia hanya ingin mencari kenyamanan tapi Kang-sook tidak dapat memberikannya.

Paman Jang menelpon Jung-woo untuk menjemput Eun-jo. Jang pergi dan Jung-woo dengan manis menyerahkan uang di kantongnya pada Jang serta menyuruhnya membeli sesuatu untuk dimakan. Eun-jo gemetaran di kuris belakang dan Jung-woo mengantarnya pulang ke rumah. Eun-jo tidak menghiraukan bantuan Jung-woo dan berjalan ke dalam rumah seperti zombie. Dia lalu memandangi ibu dengan tatapan khasnya. Tapi ibu masih duduk di tempatnya – seperti patung.

Eun-jo pergi ke kamarnya dimana Hyo-sun sedang menunggu. Hyo-sun bertanya apakah Eun-jo tidak akan bermain dengannya. Eun-jo terlihat seperti seorang kakak. Tapi Hyo-sun mulai memberitahunya kalau hari ini dia ditolak oleh pria yang dia suka. Hyo-sun mencoba tersenyum di tengah2 tangisnya tapi berkata kalau hatinya seperti dicabik-cabik. Eun-jo mendesah dan air mata mengalir di pipinya.

Eun-jo memanggil Jung-woo dari luar kamar pria itu dan Ki-hoon mendengar panggilan ini. Ki-hoon memberengut sebab Jung-woo yang dipanggil. Tapi ternyata, Eun-jo memanggil Jung-woo untuk membawa Ki-hoon keluar dari kamarnya. Eun-jo dan Ki-hoon kemudian berakhir di hutan… berdua. Mereka mengobrol.

Eun-jo memaki Ki-hoon karena ‘mengabaikan’ Hyo-sun pada saat2 seperti ini. Pada saat dimana dia hanya bergantung pada seutas benang. Eun-jo mengingatkan Ki-hoon kalau Ki-hoon sudah berjanji padanya kalau dia akan menjaga Hyo-sun, untuk menjaganya di tempat yang seharusnya diisi Eun-jo. Eun-jo mengulangi apa yang dia katakan pada ibunya – Hyo-sun lebih baik memiliki saudara dan ibu yang membencinya ketimbang tidak memiliki siapa2. Eun-jo: “Hyo-sun hanya punya satu orang di dunia ini. Apakah orang itu harus melakukan ini padanya?” Ki-hoon mendengarkan dengan tenang dan berikutnya, dia memuntahkan semua isi hatinya.

Ki-hoon: Apa kau sudah selesai? Dengan kata2mu yang berlebihan? Apa aku harus menerima Hyo-sun? Anak yang tidak pernah menjadi wanita bagiku, menyukaiku, jadi aku harus menerimanya dengan kesalahan? Apa aku tidak diharapkan untuk mempunyai perasaan atau pikiran? Kenapa? Karena aku berhutang pada paman (Dae-sung)? Haruskah aku menerimanya untuk membayar hutang? Apa begitu caramu membayar hutangmu, kau sialan? Cukup. Hentikan ini. Apa kau serius pada apa yang kau ucapkan? Sejujurnya, apa kau serius? Apa itu adalah hal yang ingin benar2 kau katakan padaku? Jika aku mengatakan padamu: ‘aku salah. Aku akan menerima Hyo-sun.’ Lalu apa yang akan kau lakukan? Apa itu yang ingin kau dengar? Sejujurnya? Apa itu yang benar2 kau rasakan?

Eun-jo berteriak balik, “Apa perasaanku yang sebenarnya?” Ki-hoon menjawab, “Kau tahu itu!” Eun-jo menantang Ki-hoon, “Apa?!” Ki-hoon kembali berujar, “Kau… aku…” Ki-hoon mendekat dan menarik tangan Eun-jo. Dia menarik Eun-jo lebih dekat dan berkata, “Kau hanya berusaha dan mengatakan kata2 itu padaku lagi. Jika kau mengatakannya lagi, aku akan sibuk sekali dengan pikiran untuk menyerah. Ayo lupakan semua itu. Kebaikan paman, hutangku, aku akan melepaskan semuanya. Yang aku butuhkan hanyalah kau. Jika aku memilikmu maka aku akan melupakan semua hutangku… dan hidup.”

Ki-hoon bertanya pada Eun-jo apakah Eun-jo ingin agar dia bersama Hyo-sun – dan air mata mulai jatuh dari mata Ki-hoon. Eun-jo akhirnya memecah kebekuannya dan membiarkan dirinya menangis. Ki-hoon memeluk Eun-jo. Dia memegang Eun-jo erat sekali dan mereka berdua menangis. Ki-hoon berkata, “Kita tidak bisa Eun-jo. Semuanya sudah terlambat. Kita tidak bisa. Aku tahu kau tidak mengerti, tapi kita tidak bisa. Aku marah seperti orang gila tapi kita tidak bisa.”

Eun-jo melepaskan dirinya dari Ki-hoon dan meminta Ki-hoon untuk memikirkan ulang saudari tirinya. Dia menambahkan, “Kalau Hyo-sun bertambah sedih, aku rasa aku tidak akan sanggup menanganinya lagi.” Keesokan paginya, Eun-jo berangkat ke Jepang untuk melakukan uji coba pada mesin pembuat ragi yang baru. Dia bahkan bersikap baik pada Hyo-sun dan berjanji akan bermain dengannya begitu dia pulang nanti. Hyo-sun dan Ki-hoon menyaksikan kepergian Eun-jo dan ketika Hyo-sun berbalik untuk memandang Ki-hoon, dia melihat Ki-hoon memandang jauh ke arah Eun-jo. Di dalam mobil, Eun-jo juga memanfaatkan waktu yang ada untuk memandang Ki-hoon dan mengingat kejadian sebelumnya bersama Ki-hoon.

Sekelompok bibi datang ke rumah untuk mencari Kang-sook. Bibi pendeta ingin mencari selingan untuk diajak berkelahi. Bibi mencoba untuk mengusir Kang-sook karena dugaan perselingkuhan yang Kang-sook lakukan. Kang-sook memutuskan untuk menantang mereka untuk membuktikannya. Kalimat ini mengarah ke saling jambak, dorong, lengkap dengan vas pecah dan hidung yang berdarah.

Setelahnya, Kang-sook langsung menuju telpon untuk menelpon tetua kota yang lain dimana dia menangis bagaimana dia bersalah. Dia lalu menemui paman Hyo-sun – menantangnya bahwa tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari rumah ini. Dia menggunakan Jun-su sebagai alatnya. Lalu, Kang-sook mengusir paman. Lagi.

Perusahaan beras datang dan membuat Hyo-sun dan Ki-hoon kaget. Dia datang untuk memastikan bahwa pengantarannya sudah sampai sebab dia memutuskan untuk menghormati permintaan Hyo-sun dan Ki-hoon. Ki-hoon tersenyum pada Hyo-sun, memujinya karena sudah menangani masalah beras sampai tuntas. Hyo-sun memandang Ki-hoon dengan tatapan aneh dan menyuruh Ki-hoon untuk menghentikan itu.

Hyo-sun: Jangan bicara begitu manis padaku. Aku tidak terlalu pintar, jadi itu benar2 membuatku bingung. Jika aku memikirkannya, sejak hari kau datang kesini, sampai hari kau secara resmi menolakku… selagi kau memarahiku karena bersikap kekanak-kanakan, memintaku untuk tidak bergantung padamu… kau sangat manis padaku seperti yang selalu kau lakukan. Meski dunia hancur, perasaan bahwa jika aku bergantung padamu maka semuanya akan baik2 saja… kau melakukan itu. Kau mendorongku ke ujung tebing… dank au bersikap baik padaku lagi… kau tidak bisa melakukan itu.

Hyo-sun mengirimkan Eun-jo sms dan di saat yang bersamaan, Hyo-sun mendapatkan E-mail dari Eun-jo. Kedua bersaudari ini saling mengirimkan berita kesuksesan mereka. Hyo-sun memgirim hasil itu ke lab dan dia menamai ragi itu ‘Dae-sung Ssakaro Myesis’. Hyo-sun berlari ke dalam rumah untuk mencari ibu tapi kemudian dia malah pergi ke tempat foto ayah – dia memberitahu ayah berita bagus ini. Hyo-sun berkata kalau unni sudah berhasil. Dan Eun-jo menamainya bukan dengan namanya sendiri tapi dengan nama ayah. Hyo-sun menangis karena bahagia sebab akhirnya bisa mencapai sesuatu atas nama ayah.

Hyo-sun bertemu dengan Dong-soo dan memberitahunya berita bagus itu selagi Dong-soo sedang sibuk mengetik. Hyo-sun bertanya apakah tidak apa bila Dong-soo membuat tulisan untuk perusaan Dae-sung sekali lagi di majalahnya. Dong-soo mengatakan kalau tulisan ini untuk blog-nya. Dia mengatakan pada Hyo-sun untuk tidak merendahkan netizem dan kekuatan internet. Dong-soo mengatakan kalau blog-nya punya lebih banyak pembaca ketimbang majalahnya. Bahkan dia menyebutkan namanya. Dong-soo memang selalu aneh. Hyo-sun pulang ke rumah untuk menyaksikan kekuatan internet. Dia disapa oleh fanclub-nya lengkap dengan tiruan iklan Hyo-sun.

Mesin untuk membuat ragi telah dikirim dari Jepang jadi ketika Eun-jo kembali mereka sudah bisa mulai membuat anggur beras dengan ragi Dae-sung. Sementara itu, Ki-jung sedang berusaha untuk menawar perusahaan Dae-sung dalam perjanjian dengan pedagang Jepang. Dia mencoba untuk memenangkan kembali pedagang yang dicuri oleh perusahaan Dae-sung.

Jung-woo bertanya pada Ki-hoon, “Bagaimana jika aku menikammu sekarang?” Ki-hoon tidak terlihat peduli dan mengatakan kenapa Jung-woo tidak memanfaatkan banyak kesempatan yang ada untuk melakukan hal itu. Ki-hoon berujar, “Karena Eun-jo, bukan? Adik laki2 seseorang, Han Jung-woo.” Ki-hoon berkata kalau semuanya sama saja baginya dan ketika perusahaan ini sudah mencapai suksesnya, tidak akan jadi masalah apa yang akan terjadi padanya. Ki-hoon menambahkan sambil tersenyum kalau Jung-woo masih membiarkannya hidup setelah itu, maka akan menjadi hal yang sangat menarik.

Hyo-sun memeriksa ibu yang malam ini sedang minum sendirian. Hyo-sun melihat keragu-raguan ibu untuk pertama kalinya – ibu mencurahkan kesedihan dan kematiannya setelah kematian Dae-sung. Bagi Hyo-sun, melihat orang lain dalam keluarganya berduka atas kematian ayahnya – yang hal ini disembunyikan oleh Eun-jo – membuat tembok diantara mereka hancur.

Ibu mengutip kata2 dari diari Dae-sung tentang Hyo-sun dan mengatakan kalau dia membacanya berulang-ulang sampai matanya kabur. Hyo-sun meminta pelukan ibu. Kang-sook bertanya, “Apa kau putri pria itu? Putri pria bodoh itu? Jika dia begitu takut hidup tanpaku, kenapa dia meninggalkanku sendiri tanpa dirinya?” Hyo-sun mencari tangan ibu lalu meletakkannya di kepalanya dan meminta ibu untuk memanggilnya ‘sayangku’ hanya satu kali saja. Ibu mengelus rambut Hyo-sun sambil menangis. Ibu menuruti kemauan Hyo-sun dan akhirnya memberikan Hyo-sun kasih sayang yang benar2 dia cari selama ini.

Eun-jo kembali dari Jepang dan terlihat lebih buruk dari biasanya. Dia mengabaikan protes Jung-woo bahwa mereka harus pergi ke rumah sakit. Mereka tiba di gudang anggur tepat waktu untuk mendengarkan berita buruk. Ki-hoon baru saja mendapatkan telpon dari pembeli Jepang kalau mereka membatalkan penyewaan mesin dan pemesanan anggur beras. Eun-jo pingsan mendengarkan berita ini.

Ki-hoon mengangkat Eun-jo dan mendorong Jung-woo. Dia ingin mengatarkan Eun-jo semdiri ke rumah sakit. Eun-jo terbangun dan mencoba mengatakan kalau dia baik2 saja. Sementara itu, Hyo-sun menelpon pembeli Jepang untuk tahu apa yang terjadi sebenarnya. Dia lalu pergi ke musuh yang mengambil kesempatan besar dari depan hidungnya… Hong Ki-jung.

Mereka bertemu. Hyo-sun belum mengatakan apa2 tapi Ki-jung sudah menjatuhkannya dan membuatnya merasa sebagai orang tolol dan tidak berpengalaman. Ki-jung mengumumkan kalau dia tidak tertarik bermain jujur. Dia sudah melakukan penawaran dan menang. Ki-jung berharap kalau Eun-jo yang akan datang sebab dia punya sesuatu yang akan dikatakan pada Eun-jo. Karena tahu kalau Hyo-sun adalah saudari yang termuda maka Ki-jung mengusirnya dengan sopan.

Malam itu, Hyo-sun memberitahu Ki-hoon kalau Hong Ju yang merampas peluang mereka. Ki-hoon ketakutan dan berkata, “Bagaimana kau… mengetahuinya?” Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon juga sudah tahu. Tapi Hyo-sun sama sekali tidak menaruh curiga apa2. Hyo-sun mengumumkan menyatakan perang dengan Ki-jung dan bersumpah akan menghancurkan pria itu. Hal ini memicu ketakutan yang lebih besar dari Ki-hoon bahwa Hyo-sun pergi sendiri menemui kakaknya yang jahat.

Hyo-sun membersihkan kamar ibu. Di saat yang bersamaan dia juga menjaga Jun-su. Dia menemukan buku harian ayah dan gembira karena mengenali itu sebagai tulisan ayah.

Eun-jo dan ibu pulang dari rumah sakit. Ibu bertanya bagaimana menurut Eun-jo kalau mereka diusir dari rumah ini besok. Eun-jo berkata kalau perjanjian itu lebih penting dan jika hal itu gagal, mereka harus pergi juga. Yang mengejutkan, Kang-sook tidak ketakutan mendengar berita ini.

Ibu pergi ke kamarnya dan menemukan Hyo-sun sedang dikelilingi oleh buku harian Dae-sung. Kang-sook memandangi Hyo-sun dengan tatapan kaget ketika Hyo-sun gemetar dan menengadahkan wajahnya pelan2 ke ibu.

EPISODE 15



Setelah membaca buku harian ayahnya, Hyo-sun berhamburan ke kamar Kang-sook. Dia menatap Kang-sook dengan tatapan benci dan mulai melempari baju dari dalam lemari ibu dan bahkan melemparkan koper ibu. Hyo-sun berteriak, “Keluar!” Sayangnya, kejadian itu hanya ada di kepala Hyo-sun sebab sebenarnya, Hyo-sun hanya berdiri di luar pintu kamar ibu. Dia yakin akan memerankan skenario itu tapi akhirnya kemudian dia berbalik dan pergi. Di dalam kamarnya, Kang-sook duduk dengan tenang menguatkan dirinya untuk menghadapi pertengkaran yang tidak pernah terjadi.

Di kamarnya, Hyo-sun mengatakan pada foto ayahnya kalau dia baru saja akan bertanya bagaimana Kang-sook bisa melakukan itu pada ayah dan bahwa dia bisa saja mengusir Kang-sook! Hyo-sun berkata, “Tapi aku tidak melakukannya, ayah! Aku tidak ingin mengusir dia dengan mudahnya. Sebab aku tidak ingin menyelesaikan ini dengan mudahnya, aku bertahan.” Hyo-sun mengatakan pada ayahnya untuk menunggu dan melihat bagaimana dia menyelesaikan ini.

Keesokan paginya, Hyo-sun mengejutkan ibu di lorong. Dia memandang ibu dengan dingin dan menebak kalau ibu pasti akan menceritakan apa yang terjadi pada Eun-jo. Hyo-sun tidak akan membiarkan hal itu terjadi dan dia menjelaskan pada ibu dengan nada yang tenang, “Kau tidak harus melakukan itu, I – bu!” Suara Hyo-sun terdengar menantang ketika dia melanjutkan, “Kalau Eun-jo tahu, segalanya akan jadi ramai, dan aku tidak menginginkan itu. Biarkan ini mengendap dengan tenang. Jangan melakukan apapun. Tinggal saja dengan tenang sebagai nyonya rumah ini. Sebagai ibuku.”

Kemudian, Hyo-sun kembali ke suara normalnya dan mengatakan kalau Eun-jo telah pergi untuk menangani masalah kontrak. Kang-sook dibiarkan heran pada apa yang terjadi pada anak tirinya. Ke masalah lain. Sekarang mesin sudah dibatalkan, jadi Ki-hoon pergi ke teman lamanya dan meminta pertolongan. Begitu pentingnya permintaan Ki-hoon hingga dia tidak meminta banyak ketika dia memberitahu kenalannya apa yang dia perlukan. Ki-hoon tahu dia sudah bersikap lancing tapi penderitaannya tidak memikirkan bagaimana harus bersikap sopan.

Tidak sukses dengan satu kenalan, Ki-hoon beralih ke yang lain yang bahkan kali ini menutup telponnnya. Ki-hoon menelpon lagi pria itu kalau dia akan bertemu dengannya karena dia menolak untuk menyerah sampai dia mendapat kesempatan untuk bertemu. Hyo-sun mengumumkan pesan bahwa Ki-jung ingin bertemu dengan Eun-jo dan kelihatannya perubahan sikap Hyo-sun tidak membuat Eun-jo curiga.

Hyo-sun dengan santai bertanya tentang seorang pria yang bernama Jang. Dia bertanya apakah Eun-jo yakin kalau tidak ada orang seperti itu di keluarga ibu. Eun-jo tegang, seolah-olah Hyo-sun sudah tahu yang sebenarnya, dan menjawab kalau tidak ada pria seperti itu. Hyo-sun memandangi Eun-jo dengan lekat lalu berkata, “Baiklah. Aku mengerti.”

Eun-jo berharap Hyo-sun ikut dengannya bertemu dengan Ki-jung. Akan tetapi, Hyo-sun sudah berencana untuk tinggal di rumah sebab kelihatannya ibu memerlukannya. Kata2 yang diucapkan Hyo-sun memang tidak aneh tapi cara Hyo-sun mengucapkan kata2 itu membuat Eun-jo tidak tenang. Karena bertambah tidak nyaman, Eun-jo menelponl ibunya. Karena tidak mendapatkan jawaban, Eun-jo langsung mencari Jung-woo untuk mengatakan padanya kalau Paman Jang tidak boleh muncul lagi.

Jung-woo memberikan jaminan pada Eun-jo kalau Jang tidak akan muncul. Dia sudah mengatakan dengan jelas kalau dia memerlukan uang, dia akan menelpon Jung-woo dan bukan Eun-jo. Hyo-sun menemukan Kang-sook dengan mengemas kimbap di dapur dan memasukkan sepotong ke mulutnya. Kang-sook begitu penasaran pada sikap Hyo-sun dan sedikit pujian membuatnya ngeri.

Ini bahkan tidak dibantu oleh telpon yang diterima Hyo-sun dari nenek, khususnya lagi ketika Hyo-sun bertanya, “Bagaimana dengan ibuku?” Kang-sook memandang anak tirinya dengan khawatir ketika Hyo-sun melanjutkan, “Aku tidak tahu apa yang akan kau ucapkan, tapi jangan katakan itu, Nek! Aku akan datang menemuimu segera. Jadi jangan katakan itu sekarang.” Di tempat lain, Ki-hoon pergi ke tempat Ki-jung untuk meminta kakaknya itu memberitahunya sejauh mana Ki-jung akan melaksanakan perbuatan kejam itu.

Ki-jung menjawab kalau dia tidak bisa memberitahu Ki-hoon sebab dia tidak mengenal dirinya sendiri – tapi dia berencana melakukan ini sampai akhir. Ki-jung hanya ingin membuat Ki-hoon takut dan kemudian dia mengatakan kalau Ki-hoon sebaiknya pergi sebelum Eun-jo tiba. Ki-hoon turun dengan lift dan benar saja, waktu pintu lift terbuka, ada Eun-jo dihadapannya.

Pikiran Eun-jo sangat tersita hingga waktu masuk ke dalam lift dan berdiri di depan Ki-hoon, dia sama sekali tidak memperhatikan Ki-hoon disana. Eun-jo naik untuk bertemu dengan Ki-jung. Ki-jung menyarankan pada Eun-jo ketimbang menggunakan dana dari Jepang untuk membangun kembali perusahaan Dae-sung, lebih baik menggunakan dana dari Hong Ju. Ini cara yang baik untuk mengambil alih dan Eun-jo tahu itu. Ki-jung menjelaskan proposalnya dengan sederhana: dia akan membantu Eun-jo melanjutkan penelitian tentang ragi dan dia akan membiarkan perusahaan Dae-sung mempertahankan namanya sebab perusahaan itu telah membangun reputasi yang solid yang patut dipertahankan.

Berlawanan dengan pernyataan Ki-jung, Eun-jo mengatakan, “Terima kasih.” Eun-jo mengatakan kalau Ki-jung baru saja mengatakan potensi besar perusahaan Dae-sung sebab pasti sangat berharga bagi perusahaan minuman nomer satu di negeri ini untuk menelan mereka. Eun-jo menambahkan, “Kau telah memberikanku kekuatan untuk bangkit kembali.” Faktanya, jika ragi Eun-jo seharga sesuai dengan harga yang ditawarkan Ki-jung maka harga pasarannya pasti beberapa kali lebih tinggi dari harga itu. Eun-jo pasti bodoh bila menjualnya sekarang. Eun-jo sekali lagi mengucapkan terima kasih pada Ki-jung lalu menambahkan, “Aku tidak akan melupakan apa yang telah kau lakukan pada kami, tidak akan pernah. Aku akan membalasmu jadi tunggu dan lihat.”

Perubahan yang terjadi sekarang berarti membuat Kang-sook tidak nyaman dengan semua saran dari Hyo-sun, seperti misalnya menjemput Jun-su ke TK-nya meskipun sebenarnya dia bisa pulang sendiri naik bus. Masih berbicara dengan nada yang sopan dan tenang, Hyo-sun menyarankan agar mereka membuat foto keluarga. Terlalu buruk sebab mereka tidak pernah berfoto bersama saat Dae-sung masih hidup tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Kehangatan Hyo-sun yang terlihat pura2 membuat Kang-sook takut. Hyo-sun jadi sulit ditebak dan Kang-sook hanya bisa menyaksikan waktu Hyo-sun bermain dengan Jun-su. Kang-sook merasa ada bahaya bila mempercayai kepolosan Hyo-sun dan dia berpikir:

Kang-sook: Makhluk kecil itu berani melawanku tanpa rasa takut – aku, Song Kang-sook, yang bertarung dengan Tuhan atau Buddha dan menang. Aku tidak pernah takut pada Tuhan atau Buddha, tapi gadis itu yang hanya seekor anak anjing sekarang menunjukkan taringnya. Anak anjing ini lebih menakutkan dari hantu buatku.

Kang-sook menyelinap untuk pulang ke rumah saat anak2nya sedang bermain di taman. Dia cepat2 mengemasi barang2nya dan bergegas ke halte bus. Halte bus yang sama dimana Dae-sung dulu pernah datang untuk menghentikan kepergiannya.

Kang-sook: Takdir wanita jalang ini… melihatnya sekarang, hal paling kotor dalam hidupku adalah rumah ini. Tuhan, Buddha, terima kasih sudah menunjukkannya padaku sekarang. Akhirnya, kau harus mempercayai akalmu.

Bus akhirnya berhenti di halte itu tapi Hyo-sun ternyata tidak membiarkan Kang-sook pergi begitu saja. Dia terlihat dari kejauhan, berlari dan berteriak agar ibu tidak pergi kemana-mana. Kang-sook terburu-buru masuk ke dalam bus dan duduk dengan gelisah ketika bus itu mulai berjalan. Hyo-sun tersandung sepatunya jadi dia mengejar bus itu dengan bertelanjang kaki. Ketika supir bus melihat dia di kaca, dia mengabaikan perintah Kang-sook untuk tidak berhenti.

Hyo-sun masuk ke dalam bus. Dia megap2 kehabisan nafas dan terlihat marah. Dia menarik Kang-sook dan satu tangannya tetap memegangu baju ibu agar dia tidak kabur. Tapi itu tidak menghilangkan keinginan Kang-sook untuk kabur. Dia lari dan Hyo-sun mengejarnya. Pergulatan diantara mereka berdua membuat mereka terpeleset di rumput dan terguling ke parit kotor. Kang-sook berteriak kalau Hyo-sun adalah gadis mengerikan seperti hantu. Tapi Hyo-sun malah menatap dengan kejam dan berkata ibu tidak akan pergi kemana-mana – ibu akan tinggal dimana dia memang tinggal dan hidup di bawah perintah Hyo-sun, “Jika aku ingin melihatmu kabur, aku bisa saja mengusirmu. Apa kau pikir aku akan meninggalkanmu sendiri begitu saja?” Hyo-sun mengumumkan kalau ini adalah rahasia diantara mereka dan surga. Jadi tetap tutup mulut.

Kang-sook meminta Hyo-sun untuk mengutuknya saja atau memanggilnya jalang – bagaimana bisa Hyo-sun tersenyum dan memanggilnya ‘ibu’? Kang-sook berkata, “Kau seratus kali lebih menakutkan dariku, kau tahu itu?” Hyo-sun meledak dan berkata kalau bukan karena Jun-su, dia pasti akan melakukan itu. Tapi bagaimana bisa dia mengutuk adiknya – putra ayahnya? Hyo-sun: “Apakah aku harus mencoba? Apakah aku harus meludah di wajah Jun-su dan memanggilmu perempuan jalang?” Kang-sook menantang Hyo-sun untuk melakukannya tapi Hyo-sun berteriak kalau dia tidak bisa melakukan itu pada ayahnya. Sekarang Kang-sook mulai terisak tapi Hyo-sun tidak akan membiarkan Kang-sook untuk menenangkannya dan mendorongnya. Hyo-sun memperingatkan Kang-sook untuk jangan berani2nya meminta maaf sebab dia tidak akan mempercayai ibu.

Hyo-sun: Apa kau akan meminta permintaan maafku, ibu? Orang yang seharusnya kau mintai maaaf sudah meninggal, jadi kenapa kau bersikap seperti ini padaku? Hiduplah seperti itu sepanjang hidupmu, sebagai pendosa. Apa kau pikir aku akan memaafkanmu? Apa kau pikir aku akan membiarkanmu hidup dengan perasaan tenang?

Hyo-sun berteriak saat dia menangis dan meratapi ketidakadilan ini. Kedua wanita ini berjalan pelan ke rumah dan keduanya terlihat sangat kacau. Hyo-sun lemas di belakang ibu sebab kakinya sakit. Kang-sook memandang lukan Hyo-sun dan Hyo-sun menaikkan dagunya seolah-olah dia ingin mengatakan, “Apa?!” Kang-sook berlutut di depan ibu dan menyuruh Hyo-sun untuk naik ke punggungnya. Begitulah Kang-sook membawa Hyo-sun pulang.

Eun-jo telah berusaha menghubungi Ki-hoon sepanjang hari tapi tidak berhasil. Jadi ketika akhirnya Ki-hoon muncul di rumah, Eun-jo cukup marah untuk memintanya mengundurkan diri. Tapi kemarahan itu segera hilang ketika Ki-hoon memberitahu Eun-jo kalau dia akhirnya berhasil menghubungi salah satu kenalannya untuk bekerja sama dengan mereka. Untuk itu, mereka sekarang punya pengganti untuk mesin pengetes ragi mereka yang dibatalkan. Tapi syarat ketat datang bersama perjanjian ini.

Sebagai tambahan atas harga tinggi dan perjanjian untuk bekerja sama dalam penelitian ragi, Ki-hoon harus bekerja untuk perusahaan itu. Kenalan Ki-hoon itu adalah kakak kelas saat dia kuliah di luar negeri (AS) dan kenalan ini mengatakan kalau Ki-hoon sangat diperlukan di perusahaan mereka. Ki-hoon setuju sebab itu satu2nya cara agar perusahaan Dae-sung bisa bangkit kembali dan menahan semua usaha yang ingin menghancurkan mereka.

Hal ini adalah berita buruk buat Eun-jo. Dan saat Ki-hoon sudah lama pergi, Eun-jo masih duduk dengan sedih. Beberapa waktu kemudian, Jung-woo melihat Eun-jo dengan khawatir dan memintanya untuk bergerak atau melakukan sesuatu.

Eun-jo: Dari dulu, cahaya matahari pagi sama sekali tidak menyenangkan bagiku. Aku lebih suka membuka mataku di rumah beberapa pria atau di kamar motel. Suara yang paling sering aku dengar adalah makian ibuku dan umpatan yang diucapkan oleh kekasih ibu. Suara peralatan rumah tangga yang pecah, hal2 seperti itu. Tapi suatu hari, aku tidak mendengar suara itu. Aku menebak setelah beberapa lama, aku akan mulai mendengar suara2 itu lagi. Kedamaian ini akan pecah, jadi aku tidak memercayainya. Jika aku percaya dan ternyata tidak benar, aku akan menjadi satu2nya yang terluka. Tapi meskipun waktu telah berlalu, aku tidak mendengar umpatan ibuku. Di atas semua itu, cahaya matahari mulai menyenangkan untukku – aku ingin tidur di malam hari karena begitulah cara pagi akan keluar. Jika aku tidur lalu bangun, maka aku akan memulai hariku bersama pria itu. Kapanpun aku membalikkan kepala, orang inilah yang senang aku lihat. Aku tidak berani berharap banyak. Jika aku kembali dari suatu tempat, sudah cukup kalau dia berada disana. Jika aku tidak melihatnya untuk beberap waktu lalu tiba2 melihatnya, aku bahagia seolah-olah baru melihatnya untuk pertama kalinya setelah seribu tahun. Itu sudah cukup buatku. Tapi yang seperti itu adalah berharap terlalu banyak, dia pergi dan aku tidak bisa melihatnya lagi ketika yang aku perlukan hanyalah melihatnya lagi. Tapi sekarang dia pergi lagi. Dia bilang dia akan pergi. Benar2 menyebalkan…

Karena prihatin pada apa yang terjadi pada Eun-jo, Jung-woo setengah bercanda untuk menahan kepergian Ki-hoon dengan cara mematahkan kakinya. Begitu menderinya Eun-jo hingga dia bertanya, “Bisakah kau melakukan itu?” Eun-jo lalu berusaha meyakikan dirinya kalau ini adalah yang terbaik bagi mereka semua. Meski, dia tidak membohongi siapa2.

Eun-jo masuk ke dalam rumah dan mendengar suara ribut2. Dia melihat Hyo-sun dan Kang-sook sedang bertengkar – ibu berusaha mengobati kaki Hyo-sun tapi Hyo-sun menolak. Setelah Eun-jo masuk, mereka berhenti bertengkar. Hyo-sun tersenyum pada Eun-jo dan menatap Kang-sook dengan tatapan yang mengatakan, “Kau sebaiknya ikut bersandiwara atau aku akan membuatmu menyesalinya.”

Hyo-sun berkata kalau dia menangis karena ibu mengobatinya kurang hati-hati dan dengan manis meminta ibu untuk mengobatinya secara pelan-pelan saja. Kang-sook menurut dan Eun-jo meninggalkan ruangan itu, kecurigaannya menghilang untuk sekarang. Setelah Eun-jo menghilang, Hyo-sun menendang tangan Kang-sook dan menatapnya dengan marah.

Pada saat sarapan, Hyo-sun dan Kang-sook melanjutkan perang dingin mereka selagi Eun-jo makan. Eun-jo sama sekali tidak memerhatikan saling pandang diantara keduanya. Akan tetapi, dia memerhatikan keanehan Hyo-sun yang menggarami makanannya seolah-olah itu bukan apa-apa. Tapi saat Eun-jo mencobanya, dia tersedak. Karena merasa kalau Hyo-sun sedang demam, maka Eun-jo menariknya ke tempat tidur. Eun-jo mengabaikan perkataan Hyo-sun kalau dia baik2 saja. Eun-jo menyuruh Hyo-sun untuk beristirahat dan menunggu dokter sedangkan Kang-sook yang menunggui.

Hyo-sun melawan dan memandangi Kang-sook yang mendesah dengan berat, “Aku telah melakukan banyak dosa sehingga kau pasti dikirm padaku oleh takdir. Jadi ini hukuman buatku.” Ketika Eun-jo tiba di gudang anggur, dia mendengar suara tak terduga yang berasal dari ruang penyimpanan. Disana, dia melihat Ki-hoon sedang mencoba anggur dengan seorang wanita. Ki-hoon mengantar wanita itu ke mobilnya dan menyuruhnya pulang dengan senang.

Ki-hoon bergabung dengan Eun-jo untuk memberinya dokumen yang berhubungan dengan perkiraan harga. Eun-jo mulai membaca dan dia terpaku pada kenalan Ki-hoo hingga yakin dia bisa tertawa lepas. Dan Ki-hoon tertawa lepas bersama Eun-jo. Eun-jo mengatakan pada Ki-hoon kalau perubahan pekerjaan bagus untuknya – Ki-hoon seharusnya bekerja pada perusahaan besar. Alasan kenapa Ki-hoon masih tetap tinggal setelah kematian Dae-sung adalah karena dia tidak mendapatkan ijin untuk pergi, kan? Dalam sikap normalnya, Eun-jo sebenarnya menutup pintu dan menghadapi kenyataan.

Hyo-sun dirawat oleh dokter tradisional dan sedang tidur ketika Kang-sook memeriksa keadaannya. Tiba2 saja, Hyo-sun merintih dalam tidurnya dan mengatakan sesuatu dengan menyakitkan, “Jangan… jangan pergi.” Dia bahkan menangis. Kang-sook berbicara dengan foto pernikahannya untuk memberitahu Dae-sung, “Kau benar2 kejam dalam menghukum. Kau dan putrimu jauh lebih kuat daripada aku.”

Ki-jung menghadapi masalah baru ketika dia mendengar kalau perusahaan Dae-sung berusaha membuat anggur lagi. Di atas semua itu, mereka punya pembeli – Ki-hoon telah berusaha meyakinkan pembeli Jepang mereka untuk membeli produk dari mereka ketimbang Hong Ju. Di samping itu, penelitian telah mebuktikan kalau anggus Dae-sung lebih enak ketimbang punya Hong Ju. Ki-jung mencoba menahan marahnya dan bertanya apa ada lagi. Kemudian, Direktur Park mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya pada Ki-jung – surat pengunduran dirinya.

Di pabrik, Eun-jo menikmati suasana ketika melihat pabrik berproduksi lagi. Tapi ini hanya untuk sementara sebab dia kemudian menerima telpon dari Dong-soo. Dia mengatakan kalau Hong Ju adalah perusahaan yang mengacaukan perdagangan mereka di Jepang. Dan ada satu hal yang lebih penting… Apa Eun-jo tahu kalau Ki-hoon adalah putra bungsu di keluarga Hong?

Ki-hoon datang dengan membawa berita gembira dan memegang sebuah majalah dengan wajah Dae-sung di cover-nya. Headlinenya adalah penemuan ragi baru mereka. Dengan wajah tersenyum, Ki-hoon mengumumkan, “Semuanya berakhir sekarang, Eun-jo.”

EPISODE 16



Eun-jo berjalan di lorong2 rumah dan bahkan mencari Hyo-sun untuk membantunya berurusan dengan berita yang mengerikan ini. Sayangnya, Hyo-sun tidak ada disana untuk berbagi dengannya. Eun-jo pergi ke kantor Dae-sung dan meminta foto Dae-sung untuk memberikannya penjelasan tentang apa yang sedang terjadi sekarang.

Ki-hoon menghubungi Eun-jo tapi Eun-jo tidak mau mengangkatnya. Ki-hoon mengiriminya sms, tapi ketika Eun-jo akan memeriksa sms itu, Hyo-sun menelpon dan Eun-jo menjawabnya dengan cepat. Setelah mendengar kalau Hyo-sun akan menemui Dong-soo, Eun-jo menutup telponnya dan langsung menelpon Dong-soo untuk meminta Dong-soo tutup mulut tentang Ki-hoon dan Hong Ju. Dong-soo menurut dengan mudah dan meminta Eun-jo datang juga.

Eun-jo pergi tapi waktu Ki-hoon mencoba menyetir untuknya, Eun-jo malah hampir menbraknya. Eun-jo berkendara tanpa penjelasan ketika Ki-hoon mencoba memanggilnya. Eun-jo tidak pergi ke tempat Dong-soo tapi dia menemui Ki-jung. Dia ingin tahu apakah Ki-jung punya saudara laki2. Ki-jung mengatakan Ki-tae sebagai umpan tapi Eun-jo ingin tahu saudara laki2nya yang lain. Saudara dari lain ibu? Eun-jo menanyakan tentang Ki-hoon dan Ki-jung mengatakan kalau sementara Ki-tae adalah saudaranya, Ki-hoon bukan. Ki-hoon adalah anak haram.

Eun-jo menganggap kalau seluruh klan keluarga Hong sedang dalam persekongkolan untuk mengambil alih perusahaan Dae-sung tapi Ki-jung menghentikan Eun-jo sebelaum dia bisa berkata lebih jauh. Ki-jung tidak punya urusan dengan Ki-hoon dan persetujuan ayahnya dan Ki-jung menjamin bahwa ketika Eun-jo mengetahui apa yang mereka rencanakan, Eun-jo akan kembali untuk menemuinya (Ki-jung), siap untuk melakukan kerja sama. Eun-jo bangkit untuk pergi dan Ki-jung memberitahunya kalau tidak ada yang bangkit sebelum dia.

Eun-jo membiarkannya tenggelam, ketika Eun-jo mengingat kembali apa yang Ki-hoon katakan tentang mereka yang tidak bisa bersama, kenapa semuanya sangat terlambat, dan kenapa Ki-hoon tidak akan pernah bisa membayar hutangnya pada Dae-sung. Tangan Eun-jo bergetar hingga kopinya bercipratan. Ki-jung melihat akibat dari semua pembicaraan itu ketika Eun-jo berjalan keluar. Eun-jo terjatuh dari kursinya jadi Ki-jung menyuruh sekretarisnya untuk membantu Eun-jo. Ki-jung melihat Eun-jo terjatuh waktu berjalan ke mobilnya jadi lagi2 Ki-jung menyuruh sekretarsinya untuk mengantar Eun-jo pulang.

Eun-jo berteriak, “Apa yang kalian semua lakukan? Jadi membuatku sampai di garis ini… kalian semua mengumpulkan kekuatan kalian dan membunuh seorang pria. Aku pikir aku adalah orang yang melakukan itu. Tapi kalian memberitahuku kalau aku bukan pelakunya… siapa yang membunuh ayahku? Semua orang itu… termasuk orang itu… termasuk orang itu… mereka semua membunuh seorang pria. Itukah yang kau beritahu padaku?”

Ki-jung mendekat dan bertanya apakah Eun-jo baik2 saja sebab dia terlihat pucat. Eun-jo tetap melanjutkan perkataannya, “Apa yang akan kau lakukan sekarang? Kalian semua ada dalam masalah besar…” Dan Eun-jo menengadah dengan pelan2, memberikan tatapan kematian khas Eun-jo pada Ki-jung. Eun-jo berkata, “Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan semua itu. Apa yang akan kau lakukan sekarang? Hah?”

Eun-jo pergi untuk bertemu dengan Hyo-sun di restoran Dong-soo. Dia ingin agar mereka makan siang bersama. Hyo-sun tahu ada sesuatu yang sedang terjadi karena Eun-jo terlalu baik dan peduli. Hyo-sun bertanya apakah ibu mengatakan seuatu. Tapi ternyata bukan itu. Ini adalah hal lain.

Eun-jo bertanya pada Hyo-sun bagaimana perasaan Hyo-sun tentang penolakan Ki-hoon. Eun-jo juga memastikan dengan menambahkan bahwa dia bukan bertanya karena ingin mendekati Ki-hoon. Hyo-sun bertanya dengan enggan apakah Eun-jo benar2 ingin tahu.eun-jo menjawab, “Aku benar2 ingin tahu. Aku berjanji akan lebih dekat denganmu. Kau mungkin tidak mempercayaiku tapi sebagai saudaramu… atau kalau bukan itu, mungkin sebagai teman yang wajahnya kau lihat tiap hari… hanya itu yang bisa aku minta.” Hyo-sun berujar, “Apa kau benar2 penasaran? Rasanya sakit. Ditolak secara resmi… rasanya sakit.”

Eun-jo bertanya Ki-hoon itu orang macam apa dan bagaimana dia bisa ada di rumah. Hyo-sun berkata kalau ayah membawa Ki-hoon suatu hari dan berkata kalau Ki-hoon adalah putra temannya yang memerlukan pekerjaan paruh waktu untuk membayar uang kuliahnya. Eun-jo bertanya apakah hati Hyo-sun masih pada Ki-hoon. Hyo-sun berkata, “Bagaimana menurutmu?” Eun-jo: “Aku bertanya karena aku tidak tahu.” Hyo-sun menjawab, “Ya, meskipun oppa mencari wanita lain. Meskipun dia tidak mau berurusan denganku… selamanya.” Hyo-sun berterima kasih karena Eun-jo sudah bertanya.

Ki-hoon menerima telpon dari Ki-jung dan mengatakan kalau Eun-jo sudah tahu latar belakang keluarga Ki-hoon. Tambahan, Eun-jo juga berpikir kalau mereka (Ki-hoon dan Ki-jung) berkomplot dengan ayah Hong. Ki-hoon bertanya bagaimana Eun-jo menghadapi berita itu, apakah dia menangis. Ki-jung berpura-pura tidak ingat dan berkata dia hanya terguncang. Ki-jung meminta Ki-hoon untuk memberitahu dan mengatur agar Eun-jo tidak bicara pada pers tentang keluarga Hong. Tapi Ki-hoon tidak mendengarkan. Ki-hoon bertanya-tanya kemana Eun-jo pergi dengan keadaan terguncang seperti itu. Dia berteriak pada Ki-jung, “Bagaimana kau membiarkannya sendiri ketika dia terguncang seperti itu? Kau seharunya menelponku!” Ki-hoon merosot dari tenpat tidurnya dan Jung-woo terlihat di pintu.

Kedua pria ini pergi ke tempat Dong-soo, dimana Hyo-sun ikut dalam tes meincicipi makguli dengan mata tertutup. Untuk beberapa alasan, Hyo-sun sama sekali tidak bisa mengenali mana anggur beras ayahnya. Ki-hoon meminta Eun-jo untuk bicara sebentar dan Hyo-sun memandang dengan tatapan sakit. Jung-woo yang membereskan ini. Eun-jo mencoba untuk kabur tapi Ki-hoon berhasil menyusulnya. Ki-hoon mencoba menjelaskan dengan mengatakan kalau dia ingin memberitahu Eun-jo berkali-kali. Eun-jo menutup telinganya dan berteriak kalau dia tidak ingin mendengar apapun. Ki-hoon berusaha membuat Eun-jo mau mendengarkan tapi Eun-jo malah menampar wajah Ki-hoon. Ki-hoon lalu menarik Eun-jo dan mendudukkannya di kursi penumpang.

Ki-hoon membawa Eun-jo ke tengah hutan. Eun-jo bereaksi dengan kejam, dia berteriak, memukul, agar Ki-hoon mau membiarkannya pergi. Eun-jo berkata, “Alasan macam apa yang akan kau berikan? Aku tidak bisa mendengar apa2 sekarang. Jika aku mendengarkannya sekarang, aku merasa seolah-olah seluruh tubuhku akan pecah berkeping-keping. Sialan. Keparat. Kau yang terendah diantara yang terendah. Aku bahkan tidak ingin mendekatimu. Semua ini tidak tertahankan!” Ki-hoon menarik Eun-jo waktu dia mencoba untuk pergi. Ki-hoon berkata, “Ayo akhiri ini sekarang!” Eun-jo mencoba menggigit tangan Ki-hoon lalu merosot ke tanah.

Jung-woo mengantar Hyo-sun pulang ke rumah dan Hyo-sun bertanya kemana Eun-jo dan Ki-hoon pergi. Jung-woo berbohong dengan mengatakan kalau mereka mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan pabrik tapi Jung-woo tidak tahu itu apa. Hyo-sun bertanya apa hubungan Jung-woo dengan Eun-jo. Jung-woo menjawab kalau dulu waktu mereka masih kecil, mereka pernah tinggal di rumah yang sama. Hyo-sun mencoba mengumpulkan semua kejadian dan menyadari kalau Jung-woo tahu Paman Jang. Jung-woo berkata kalau Jang tidak ada hubungan dengannya. Tapi Hyo-sun melangkah lebih jauh, menyadari kengganan Jung-woo untuk membiarkannya bertemu dengan Jang. Hyo-sun berkesimpulan kalau Jang adalah ayah Jung-woo. Hyo-sun bertanya kenapa mereka semua berada di rumahnya dan menganggap kalau mereka semua melakukan persekongkolan. Jung-woo mencoba menjelaskan tapi Hyo-sun memintanya untuk diam.

Kembali ke Eun-jo dan Ki-hoon. Eun-jo sambil menangis mengatakan pada Ki-hoon kalau Ki-hoon bisa saja bersikpa berbeda tidak peduli apa yang sudah ayah Ki-hoon katakan atau lakukan. Bagaimana mungkin Ki-hoon melakukan hal seperti itu pada pria yang sudah mengajaknya pulang ke rumahnya dan membuatnya bertemu dengan Hyo-sun… dan dengan Eun-jo… Ki-hoon mengatakan kalau dirinya menjadi gila setelah mengetahui kalau Ki-jung adalah penyebab kematian ibunya. Ki-hoon masih terus memohon atas nama balas dendam. Tapi Eun-jo tidak bisa menerimanya. Eun-jo bertanya bagaimana Ki-hoon bisa diam saja dan melihat Dae-sung, Hyo-sun dan dirinya dibohongi…

Eun-jo: Bagaimana rasanya, melihat Hyo-sun yang menyukaimu? Dan aku, yang seperti orang gila yang tidak bisa melupakanmu? Apa rasanya menyenangkan!?
Ki-hoon: Apa kau ingin mati? Apa kau ingin mati? Benarkah, apa kau ingin mati? Aku sudah melepaskanmu, dan paman yang lepas melalui tanganku. Aku membiarkanmu pergi. Aku bisa melihatmu dimana aku melepaskanmu, tapi aku tidak bisa membawamu kembali. Apa rasanya menyenangkan? Aku, yang melakukan dosa besar, dan yang hanya bisa aku pikirkan adalah bagaimana aku bisa tetap memilikimu… bagaimana rasanya untukku? Aku mati dan pergi ke neraka, kau…
Eun-jo: Diam.
Ki-hoon: Gadis jahat.

Eun-jo tidak membiarkan Ki-hoon melepaskan tanggung jawabnya. Eun-jo berkata kalau Ki-hoon mungkin ingin lari tapi takdir Ki-hoon dalam hidup adalah untuk tetap menjadi oppa bagi Hyo-sun. Dia mengatakan pada Ki-hoon untuk jangan pernah mengatakan hal ini pada Hyo-sun, Ki-hoon hanya harus terus lanjut dan menyelesaikan pekerjaannya lalu pergi, seperti bagaimana dia pergi ke militer. Eun-jo berkata kalau Ki-hoon juga harus mengatakan pada Hyo-sun kalau Ki-hoon akan selalu ada untuknya kapanpun dia perlu dan hal ini harus terus Ki-hoon lakukan sampai mati.

Eun-jo berkata, “Beginilah, tanpa membunuhmu disini, tanpa melakukan hal lain, inilah satu2nya cara bagimu untuk membiarkanmu tetap disini.” Lalu Eun-jo masuk ke dalam mobil dan berkendara tanpa Ki-hoon. Dalam diamnya, Ki-hoon memandangi Eun-jo menjauh kemudian memutuskan untuk mengejarnya. Eun-jo dengan penuh air mata melihat Ki-hoon dari kaca mobil dan menginjak gas. Ki-hoon jatuh dan berguling di tanah.

Eun-jo pulang ke rumah dimana Jung-woo sudah menunggunya. Jung-woo mencoba memberitahu Eun-jo tentang Hyo-sun tapi Eun-jo bahkan tidak membiarkannya mulai dengan mengatakan bahwa dia tidak ingin mendengar apa2 sekarang. Eun-jo masuk ke kamarnya dan mencari semua benda yang mengingatkannya pada Ki-hoon, benda2 yang dulu dia anggap berharga. Eun-jo mencoba mematahkan pulpen Ki-hoon menjadi dua padahal masih dalam kotaknya. Lalu, Eun-jo malah melemparnya ke bawah tempat tidurnya. Eun-jo mengambil peta Ushuaia dan merobek-robeknya. Jun-su masuk ke kamar Eun-jo dan mengatakan kalau ibu dan Hyo-sun telah pergi. Jun-su bersandar pada Eun-jo.

Eun-jo lalu menghubungi ibu tapi hpnya tidak dijawab. Dia lalu menghubungi Hyo-sun dan sama saja tidak dijawab. Hyo-sun dan ibu naik kereta dan ibu bertanya apakah mereka harus menyelesaikannya dengan cara seperti ini. Hyo-sun menceritakan sudut pandangnya: dia jatuh cinta pada ibu saat pertama kali melihatnya, ayah mempercayai dan mencintai ibu dan meski Hyo-sun tahu bahwa cinta ibu tidak murni, dia tetap bersyukur karena ada ibu… selama 8 tahun. Tapi sekarang, rasa terima kasih Hyo-sun, cinta ayah… telah dikotori. Kang-sook berkata kalau semua pembicaraan ini tidak penting. Ibu hanya ingin tahu apa yang Hyo-sun inginkan.

Lalu Hyo-sun mencoba mengajari ibu tentang menjadi manusia, “Begitulah kau berurusan dengan perasaan orang. Bukan babi, bukan sapi, bukan anjing tapi manusia! Kau memperlakukan ayahku dan aku seperti babi, seperti anjing. Bagaimana bisa kau tidak tahu itu?” Kang-sook berteriak kalau dia tidak mengerti kenapa mereka harus melewati semua ini di saat Dae-sung sudah mati. Dan ibu sudah putus hubungan dengan Jang, yang sama sekali tidak dipercayai Hyo-sun.

Kang-sook berujar, “Jangan bilang kalau Eun-jo kejam. Kau ratusan, ribuan kali lebih buruk darinya, kau jalang jahat!” Paman Jang mendengarkan semua ini dari luar stasiun kereta. Lalu, Jang dan Hyo-sun duduk di sebuah restoran, sedangkan ibu menunggu sendiri. Ide buruk membiarkan ibu sendiri sebab dia bisa saja merencanakan untuk kabur. Kang-sook memulai rencananya tapi dia dikenali oleh seorang wanita.

Di dalam restoran, Hyo-sun menunjukkan foto Dae-sung pada Paman Jang dan berkata kalau ayah adalah pria yang sangat baik. Hyo-sun mengatakan kalau Eun-jo saja mencintai dan menghormati ayahnya. Kalau Eun-jo tidak mencintai ayahnya, Hyo-sun pasti sudah mengusir Eun-jo dari dulu. Hyo-sun berujar, “Karena dia mencintai ayahku… maka aku membiarkannya tinggal.”

Hyo-sun berkata kalau ayahnya juga sangat mencintai ibu hingga dia tidak pernah memberitahu kalau dia tahu hubungan ibu dan Jang sebab ayah takut ibu akan meninggalkannya. Hyo-sun memberitahu Jang kalau dia baru bisa bicara sekarang, setelah bertemu dengannya, bahwa Jang tidak akan pernah bertemu dengan ibu lagi. Tapi Hyo-sun berada disini bukan untuk hal itu. Apa yang Hyo-sun inginkan adalah permintaan maaf bukan padanya tapi kepada Dae-sung. Sebab Hyo-sun tidak bisa tidur karena saking sedihnya memikirkan ayahnya. Hyo-sun berkata kalau ibu juga bersalah tapi dia sudah dihukum sekarang dan dengan tulus menyesali perbuatannya.

Hyo-sun berekeras kalau Jang harus minta maaf pada ayahnya, kalau dia memang manusia. Jang tidak berkata apa dan malah menegak minuman lagi. Hyo-sun meminta sebotol anggur beras Dae-sung. Hyo-sun memegangnya dengan erat dan air mata mulai berjatuhan dan berkata kalau anggur ini adalah anggur ayahnya. Jang akhirnya memandang Hyo-sun dan berkata kalau dia adalah binatang buas dan berpikir bahwa apa yang dia lakukan adalah perbuatan binatang bukan manusia. Jang berkata, “Jika kau mau mendengarkan kata2 binatang maka aku akan bicara. Aku bersalah. Bilang pada ayahamu kalau aku bersalah. Aku bersungguh-sungguh.” Jang membayar dan pergi. Hyo-sun menangis. Dia memegang foto Dae-sung dan sebotol anggur beras ketika dia terisak.

Anggur beras Dae-sung sekarang sudah beredar dan hasilnya sangat memuaskan. Jung-woo melakukan usaha yang kedua dan menelpon Eun-jo. Akan tetapi Eun-jo malah menyapanya dengan, “Ada sesuatu yang terjadi di gudang anggur? Tidak? Baiklah kalau begitu. Aku bisa menghubungiku nanti.” Eun-jo dan Ki-hoon ada di restoran Dong-soo sedang meletakkan logo yang baru pada anggur beras Dae-sung. Dong-soo ingin bicara pada Eun-jo jadi mereka menyingkir dan meninggalkan Ki-hoon sendiri.

Dong-soo bertanya apa yang terjadi sebab dia tidak mengerti kenapa Ki-hoon masih disini kalau dia berasal dari keluarga Hong. Eun-jo berkata kalau Dong-soo tidak perlu mengkhawatirkannya. Dong-soo mengatakan kalau Eun-jo sama sekali tidak berubah sedikit pun. Tapi, Dong-soo ternyata akan menikah. Dia memberikan undangan pada Eun-jo, Hyo-sun dan Ki-hoon. Dong-soo bertanya-tanya apakah Ki-hoon akan datang sebab Ki-hoon tidak pernah menyukainya. Eun-jo berkata kalau dia akan memberikan undangan itu.

Lalu, Dong-soo mengatakan alasannya kenapa dia ingin bicara dengan Eun-jo. Dong-soo khawatir kalau ada hal serius yang terjadi pada Hyo-sun. Fakta bahwa dia tidak bisa merasakan apapun… tidaklah normal untuknya atau siapapun. Dong-soo berkata pada Eun-jo kalau semua terasa sama bagi Hyo-sun dan bahwa seharusnya Hyo-sun dibawa ke rumah sakit.

Akhirnya Eun-jo menerima telpon Jung-woo dan tahu kalau Hyo-sun sudah tahu tentang Paman Jang. Eun-jo dan Ki-hoon berhenti. Eun-jo merasa resah bagi Hyo-sun dan sekarang tahu kenapa Hyo-sun sakit dan terluka. Eun-jo menangis untuk Hyo-sun. Ki-hoon mendekati Eun-jo dan mengulurkan tangannya di atas Eun-jo. Tapi Ki-hoon ragu dan akhirnya menarik kembali tangannya.

Hyo-sun kembali ke stasiun kereta dan ibu telah pergi. Dia menunggu dan menunggu tapi tidak ada hasilnya. Dia menelpon ke rumah dan Jun-su mengatakan kalau ibu tidak di rumah. Hyo-sun terus menunggu sampai kereta berhenti berjalan. Dia duduk sendirian di dalam kegelapan, “Jadi seperti ini, benar kan? Bu, beginikah jadinya?” Hyo-sun berlari tapi semuanya sudah tutup dan dia sendirian. Hyo-sun menangis lalu dia berteriak, “Ibu… Ibu… Ibu… Ibu… Jangan pergi! Ibu, jangan tinggalkan aku!”

EPISODE 17



Hyo-sun pulang ke rumah dalam keadaan kacau dan dia berkata pada Eun-jo, “Ibu kabur.” Hyo-sun berkata kalau ibu kabur karena dia merasa sedih atas Dae-sung. Eun-jo memandangi Hyo-sun dengan tatapan tidak percaya. Hyo-sun mengaku kalau dia menggunakan Paman Jang sebagai alasan untuk menahan ibu – bahwa dia tidak ingin mengusir ibu, jadi kalau Hyo-sun bisa memaafkan Paman Jang, maka dia tidak perlu mengusir ibu.

Hyo-sun bertanya siapa Eun-jo dan ibu baginya sehingga membuatnya menjadi seperti ini. Tapi Eun-jo tidak punya jawaban dan malah menanyakan hal yang sama: “Siapa kami hingga kau tidak bisa membiarkan kami pergi?” Hyo-sun menjawab dengan bertanya siapa yang bersikap lebih aneh, Eun-jo atau Kang-sook. Eun-jo tidak tahan ini – dia dan ibunya sudah membuat banyak dosa pada Hyo-sun dan ayahnya yang sama sekali tidak bisa ditahan. Eun-jo meminta Hyo-sun untuk mengusirnya saja tapi Hyo-sun menolak.

Eun-jo mulai meninggalkan ruangan itu tapi Hyo-sun meraih kaki Eun-jo dan memeganginya erat2. Eun-jo mencoba untuk melepaskan dirinya dari pegangan Hyo-sun. Akan tetapi, Hyo-sun menarik tangan Eun-jo, pergelangan kaki Eun-jo, kaus Eun-jo – apa saja yang bisa Hyo-sun pegang untuk menarik Eun-jo kembali.

Karena tidak bisa membebaskan diri, Eun-jo berteriak kalau dia membenci ini, membenci Hyo-sun dan membenci segalanya. Hyo-sun berteriak, “Bagaimana bisa kau tidak tahu?” Hyo-sun lalu menyandarkan kepalanya di lutut Eun-jo dan berkata kalau Eun-jo dan Kang-sook adalah orang2 sakit – bagaimana mungkin mereka mengubah waktu 8 tahun menjadi bukan apa2? Jika Eun-jo tidak sakit, bagaimana mungkin Eun-jo bersikap seolah-olah mereka tidak punya hubungan? Hyo-sun berujar kalau Jun-su mengikat ibu pada ayah dan Eun-jo pada Hyo-sun.

Eun-jo mendesah, “Kau benar2 membuatku gila, Gu Hyo-sun.” Hyo-sun membalik sentiment itu dan meminta Eun-jo untuk membawa ibu kembali. Hyo-sun masih sakit jadi Eun-jo meletakkannya di tempat tidur dan merawatnya. Eun-jo bertanya-tanya apakah dia harus memeluk Hyo-sun – bahwa jika dia memegang saudarinya yang demam maka dia akan bisa merasakan panas tubuh Hyo-sun dan dapat mengerti Hyo-sun untuk sekali saja.

Eun-jo tidak terlalu terkejut pada kepergian ibu dan mengatakan kalau dibandingkan shock yang dirasakan Hyo-sun, apa yang dia rasakan sama sekali tidak ada. Eun-jo meminta Jung-woo untuk menemui Paman Jang kalau2 Kang-sook menemuinya. Ki-hoon mengatakan kebohongan pada Hyo-sun dengan bilang bahwa ibu mungkin saja perlu waktu untuk berpikir, yang dia tidak miliki kalau Hyo-sun ada di sekitarnya. Ibu akan kembali saat dia rasa semuanya sudah berakhir.

Eun-jo mengantar Jun-su ke sekolah TK-nya dan mengatakan kalau ibu akan segera kembali. Jun-su tidak puas dengan jawaban itu dan bertanya apakah Eun-jo tahu siapa SNSD, T-ara atau U-Kiss. Jun-su bahkan menarikan tarian salah satu band itu tapi dia terlihat kesal karena Eun-jo tidak tahu apa yang dia bicarakan. Ibu tahu semua hal itu.

Ternyata Kang-sook bekerja pada sebuah restoran yang dijalankan oleh teman lamanya. Rsetoran itu sangat tidak nyaman dan para berandal bisa sangat tidak terkendali dengan beberapa botol soju di tangan mereka. Kang-sook membantu temannya menangani para pria mabuk itu dan melihat kalau putri dari temannya itu melihat kejadian ini. Gadis itu menangis.

Kang-sook mengajak gadis kecil itu keluar untuk menghindar dari keributan itu dan rasanya aneh melihat Kang-sook bersimpati pada anak orang lain padahal seharusnya dia bersimpati pada anak sendiri. Tapi mungkin hal ini membuat Kang-sook melihat kalau dia sama sekali tidak bisa menenangkan anaknya sendiri tapi dia sukses menenangkan anak orang lain.

Eun-jo berkata pada Jun-su kalau dia akan mempelajari tarian itu untuk acara di kelas Jun-su. Tapi Jun-su berteriak kalau dia ingin Hyo-sun yang mengantarnya ketimbang kakak tertuanya yang jelek. Eun-jo tetap ngotot yang membuat Jun-su berteriak lagi kalau Eun-jo berbohong dan di samping itu, Eun-jo juga tidak tahu bagaimana caranya menari.

Eun-jo mendatangi Ki-hoon di kantor yang sedang menyalin tulisan Dae-sung ke komputer. Ki-hoon telah berencana untuk menyelesaikannya sebelum pergi dari perusahaan ini tapi mungkin dia tidak punya waktu lagi. Ki-hoon meminta Eun-jo untuk melihatnya. Sebagai tambahan, di dalam buku itu juga ada komentar pribadi. Di dalam salah satu tulisan itu, Eun-jo menemukan sonogram Jun-su yang diberi nama Dae-sung sebagai ‘hadiah ketigaku.’

Ki-hoon meninggalkan kantor untuk memberikan kesempatan pada Eun-jo untuk menggunakan computer. Tapi sebuah suara menarik perhatian Ki-hoon – penampilan live T-ara yang Eun-jo putar di laptop. Eun-jo memandangi video itu seolah-olah itu video tentang alien. Dan Eun-jo mau berlatih melakukan gerakan tangan dan sebagainya seperti di video. Ki-hoon sama sekali tidak bisa menahan senyumnya melihat ini semua.

Eun-jo akhirnya menerima telpon dari ibunya yang menelpon lewat telpon umum. Kang-sook mengingatkan Eun-jo kalau dulu Eun-jo pernah berkata kalau dia akan bahagia tinggal tanpa ibunya. Kang-sook berkata kalau akan sangat baik bila Eun-jo membiarkannya pergi dan mungkin mereka bisa bertemu setahun sekali.

Eun-jo berbicara dengan genting dengan mengatakan kalau Hyo-sun dan Jun-su ingin bertemu dengan ibu. Eun-jo berujar, “Bu, apa kau pikir tidak apa kabur seperti ini? Apa kau berkata kalau kau tidak peduli pada apa yang terjadi pada orang lain selama kau bisa kabur? Meski kau pergi, kau tidak bisa melakukannya seperti ini!” Kang-sook mengatakan kalau dia belum memutuskan apakah akan kabur atau tidak dan dia akan memberitahu Eun-jo kalau dia sudah memutuskan.

Jung-woo mencoba meminta Hyo-sun untuk makan sesuatu tapi Hyo-sun masih dengan keras kepala duduk di tangga rumah, menunggu Kang-sook. Jung-woo mengatakan pada Hyo-sun kalau Kang-sook akan kembali. Ini sesuai dengan pengalamannya dulu ketika Kang-sook mengatakan dia akan benar2 pergi tapi akhirnya kembali lagi. Kang-sook tidak pernah menggalkan anak2nya yang artinya dia akan kembali untuk anak2nya. Akan tetapi, karena Eun-jo tidak akan pergi dari rumah ini, itu artinya Kang-sook juga akan tinggal.

Setelah mendengar kalau Eun-jo sudah menghubungi ibu, Hyo-sun bersikeras pergi dengan Jung-woo. Mereka tidak memiliki lokasi tepatnya, tapi Ki-hoon dan Eun-jo berhasil mempersempit pencarian ke sebuah kota kecil. Eun-jo mencoba memaksa Ki-hoon untuk tinggal di rumah bersama Hyo-sun sedangkan Eun-jo bisa lanjut mencari ibu. Ki-hoon berkata kalau dia sudah merasa tenang sekarang setelah memberitahukan Eun-jo semua yang harus dia beritahu – tidak masalah bila Eun-jo membencinya sekarang, dia merasa bebas untuk mengkhawatirkan Eun-jo sekarang. Sebelumnya Ki-hoon tidak bisa melakukan itu sebab dia dibebani rasa bersalah.

Sebuah masalah menghampiri mereka dalam perjalanan. Mobil yang mereka kendarai mengalami masalah dan harus menunggu mekanik untuk memperbaikinya. Di atas semua itu, kelihatannya mobil itu tidak akan langsung selesai diperbaiki, jadi Ki-hoon menyarankan agar mereka meninggalkan mobil bersama sang mekanik dan mereka pergi naik bus melanjutkan perjalanan.

Eun-jo benci kehilangan waktu dan dia semakin kesal melihat senyum Ki-hoon. Tapi sekarang, karena Ki-hoon sudah tidak terbebani lagi maka tidak akan ada yang bisa mengjungkirbalikkan moodnya dan menghilangkan senyumnya. Ki-hoon berkata, “Meski di keadaan serius seperti ini, aku ingin bicara tentang hal2 yang tidak berhubungan dengan ini. Sepertinya mereka semua telah meledak. Apa kau akan mendengarkanku?”

Ki-hoon menarik pundak Eun-jo dan mendorongnya ke arah mobil. Tapi Ki-hoon malah bersandar di mobil dan menyuruh Eun-jo untuk bersandar juga agar Eun-jo tidak membuat dirinya sendiri kelelahan. Ki-hoon mulai mengenang dengan mengatakan kalau Eun-jo tidak berubah selama 8 tahun. Eun-jo tidak sanggup untuk mengingat masa lalu dan berbalik, tapi Ki-hoon menarik tangan Eun-jo dan berkata, “Bersandarlah pada sesuatu.” Kali ini Ki-hoon tidak hanya mengimplikasikan mobil. Mereka menunggu.

Ini artinya, Jung-woo dan Hyo-sun yang tiba paling pertama di tempat tujuan. Tanpa membuang banyak waktu, mereka mulai berkeliling untuk menanyakan informasi pada warga setempat. Mereka sama sekali tidak beruntung dan Jung-woo menyarankan agar mereka istirahat untuk makan. Dia bahkan tidak mengindahkan protes Hyo-sun dan malah tiba di restoran yang dikelola teman Kang-sook.

Kang-sook sedang ada di dapur dan mengenali suara Hyo-sun. Kang-sook menjadi panic dan langsung mengungsi ke kamar sebelah serta meminta temannya untuk tidak mengatakan apa2 tentang dirinya. Dia juga meminta temannya itu untuk melayani kedua anak itu dengan lambat jadi bisa memberikan waktu padanya untuk kabur. Akan tetapi, anak dari teman Kang-sook ini bertanya pada ibunya keman ajumma pergi, khususnya tanpa dompetnya yang Hyo-sun kenali sebagai dompet Kang-sook.

Ki-hoon dan Eun-jo meninggalkan mobil mereka dan memilih naik bus dan selama perjalanan Eun-jo terkantuk-kantuk. Kepala Eun-jo bersandar dengan tidak nyaman. Ki-hoon memandangi Eun-jo yang tidur dan perlahan-lahan memindahkan kepala Eun-jo agar bersandar di bahunya. Sambil melihat Eun-jo yang tidur, Ki-hoon tersenyum seperti anak kecil.

Jung-woo mengirimi Ki-hoon sms yang mengatakan kalau mereka sudah menemukan Kang-sook yang dihadapi Hyo-sun dengan marah. Kang-sook tetap menjaga jarak dengan Hyo-sun dan menyuruhnya pergi – meski Jung-woo dan Hyo-sun menyeretnya pulang, dia akan menemukan jalan untuk kabur. Hyo-sun ingin tahu kenapa dan Kang-sook menjawab, “Aku telah menyadari apa artinya tidak mampu menunjukkan wajahku.” Kang-sook bisa melakukannya kalau dia disini. Tapi tidak di rumah – tidak dihadapan anak2nya. Hyo-sun meminta ibu untuk tetap tinggal dengan kepala meununduk (literal) dan itu merupakan hukuman untuk Kang-sook.

Kang-sook meminta Hyo-sun untuk bertanya pada Eun-jo tentang hal2 buruk yang telah ibu lakukan di masa lalu. Kang-sook seolah-olah berharap Hyo-sun mengerti kalau dia belum siap pulang ke rumah. Kang-sook berkata kalau dia akan pulang ke rumah saat dia merasa dia bisa. Hyo-sun setuju untuk pergi tapi ibu harus berjanji dulu kalau dia akan pulang nanti. Dan sampai hari itu tiba, Kang-sook harus tinggal disini bersama temannya. Kang-sook berjanji.

Ketika Eun-jo bangun, dia kaget mendapati dirinya bersandar di bahu Ki-hoon dan sekarang bus sudah kosong. Ki-hoon telah meminta wakti 10 menit pada supir bus tapi sekarang sudah 30 menit sejak mereka sampai. Ki-hoon mengatakan kalau Hyo-sun sudah menemukan ibu dank arena itulah dia setuju untuk bertemu mereka di rumah. Mereka juga tidak perlu mencari jadi mereka bisa pulang sekarang. Eun-jo secara alami menolak hal itu dengan keras dan tetap kukuh agar mereka mencari ibu juga.

Dengan sikapnya yang biasa, Eun-jo mendesak wanita pemilik restoran itu. Dia bahkan memanggil wanita itu pembohong dan menuntut agar diberitahu kemana Kang-sook pergi. Ajumma itu menelan kekesalannya dan berkata kalau Kang-sook berkemas-kemas setelah anak2 yang lainnya pergi yang hal ini sangat tidak dipercaya Eun-jo. Akhirnya, ajumma itu habis kesabaran dan menjawab kalaupun dia tahu kemana Kang-sook pergi, dia pasti akan bohong sebab sikap Eun-jo sangat menyebalkan. Tapi Eun-jo malah terus berteriak yang membuat dirinya diusir.

Dan setelah itu, Eun-jo tetap saja menggedor pintu dan berkeras agar ajumma memberitahu kemana ibunya pergi. Ki-hoon hanya diam saja selama percakapan itu. Tapi akhirnya dia maju dan menarik Eun-jo ke dalam pelukannya. Sikap ini adalah untuk menenangkan Eun-jo dan Ki-hoon memeluk Eun-jo erat sekali. Pada awalnya Eun-jo melawan tapi pada akhirnya dia tenang ketika Ki-hoon menepuk kepalanya seperti seorang ayah. Eun-jo berkata, “Dia bilang kalau dia tidak pernah sekalipun berpikir untuk membuangku tapi dia melakukannya juga.”

Ki-hoon terus menepuk kepala Eun-jo dan membagi ceritanya sendiri pada Eun-jo. Pada waktu mudanya, Ki-hoon diambil paksa oleh orang2 besar dan hal ini sama sekali tidak diharapkan oleh ibunya. Ibu Ki-hoon berlari mengejar mobil yang membawa Ki-hoon meski dia tidak mampu berlari. Begitulah Ki-hoon terpisah dengan ibunya.

Suatu hari, ibunya datang ke rumah dimana Ki-hoon tinggal dengan saudara2nya untuk menjemputnya. Ketika itu, kakak Ki-hoon memberikan alasan aneh untuk mengecoh ibunya dan ibu berlari mengejar Ki-hoon. Eun-jo mendengar cerita dari hidup Ki-hoon yang belum pernah dia dengan sebelumnya. Ki-hoon berjanji pada Eun-jo, “Aku akan menemukannya untukmu. Jangan khawatir.”

Eun-jo tiba di rumah sangat larut malam itu dan mendapati Jun-su yang menangis meminta ibu. Hyo-sun menenangkan Jun-su dengan menceritakan bagaimana dia merawat temannya yang sakit hingga kembali sembuh. Untuk membuat Jun-su tertidur, Hyo-sun menggendong Jun-su di halaman, sambil bergumam dengan lembut persis seperti yang sering dilakukan Dae-sung.

Saat Eun-jo dan Hyo-sun berbaring di sisi Jun-su, Eun-jo bertanya apakah itu yang dulu ayah lakukan untuk Hyo-sun saat Hyo-sun tidak bisa tidur – apakah itu yang ayah bilang? Eun-jo menggunakan kata ‘ayah’ yang membuat Hyo-sun bangkit dengan kaget. Dengan sedih, Hyo-sun bertanya, “Kenapa aku mendengar ini untuk pertama kalinya? Kau seharusnya sudah mengatakan itu lebih awal.”

Semua orang yakin kalau Kang-sook akan kembali tapi Eun-jo perlu menyuarakan ketakutannya dan bertanya apa yang akan Hyo-sun lakukan kalau ibu tidak pernah kembali. Tapi Hyo-sun menjawab pertanyaan kenapa dia yakin ibu akan kembali: “Karena ibu berkata dia tidak mampu mengangkat wajahnya.” Tapi mengabaikan Jun-su adalah sikap yang bahkan membuat Kang-sook lebih sulit mengangkat wajahnya jadi ibu akan kembali.

Hal itu sangat mengejutkan Eun-jo hingga dia duduk dengan tatapan sangat tidak percaya. Ini adalah indikasi pertama kalau Kang-sook benar2 menyesali perbuatannya dan yang paling penting, dia merasa malu. Hyo-sun menambahkan kalau dia percaya Kang-sook tidak akan melupakan waktu 8 tahun, tidak peduli betapa sulitnya sebab itu artinya juga melupakan Dae-sung. Bukankah Eun-jo merasakan hal yang sama?

Narasi Eun-jo: Sangat sulit untuk dipercaya, tapi dia memberitahukanku kalau ibu telah menyadari apa itu rasa malu. Tanpa aku ketahui, Hyo-sun telah tumbuh dari gadis yang lucu menjadi orang dewasa yang tahu bagaimana menghormati masa lalu. Hanya aku dan kuku-ku yang patah yang tetap sama.

Ki-hoon kembali ke rsetoran itu untuk mendekati anak ajumma disana untuk mendapatkan info sebab dia melihat gadis ini kemarin. Ki-hoon tersenyum dan mulai bertanya tentang teman ibu gadis itu. Tapi gadis itu takut pada orang asing dan berkata kalau ajumma sudah pergi. Ketimbang memaksa, Ki-hoon malah bersikap lunak dan berkata kalau sangat sayang sekali.

Ketika Ki-hoon pergi, dia melihat gadis kecil itu berlari ke ibunya. Sebuah telpon penting membuat Ki-hoon pergi sebelum dia berhasil melihat Kang-sook yang ternyata mendengar seorang pria menanyakan tentang dirinya.

Telpon itu adalah dari Direktur Park, pegawai Ki-jung yang mengundurkan diri. Ternyata Park sangat menderita. Dia sangat terbebani oleh semua kecurangan yang dia lakukan dan memberitahukan Ki-hoon informasi penting tentang semua kajahatn yang Ki-jung lakukan via E-mail.

Hari ini ada kungjungan para tetua dari perusahaan Dae-sung. Ki-hoon tahu kalau hal itu tidak bagus jadi dia menghubungi Jung-woo untuk memastikan agar Eun-jo tidak datang ke gudang anggur hari ini sebab dia tidak ingin Eun-jo hadir dalam pertemuan itu.

Para tetua ada disini untuk menginformasikan kalau Hong Ju telah menerima saham mereka di perusahaan Dae-sung sebagai pertukaran untuk saham Hong Ju. Ki-hoon bertanya tentang persyaratan pertukaran itu sebab perusahaan ini tidak bisa mereka telan begitu saja. Salah seorang memotong pembicaraan Ki-hoon dan berkata kalau mereka disini untuk bicara dengan kedua putri Dae-sung bukan untuk berkonsultasi dengan Ki-hoon. Mereka akan kembali besok untuk bicara dengan Eun-jo dan Hyo-sun.

Ki-hoon mencoba menjelaskan kalau kedua anak Dae-sung itu telah melewati banyak hal belakangan ini – jika mereka mendengar tentang ini, maka mereka akan kehilangan keinginan untuk bertahan. Ki-hoon meminta lebih banyak waktu serta detail penawaran Hong Ju. Mereka tetap diam dan pergi.

Berikutnya, Ki-hoon bertemu dengan Park untuk bertanya tentan maksud Park – bantuan mendadak ini sangat mencurigakan. Park hanya mengatakan kalau sebagian dirinya ingin agar Ki-hoon mendapatkan info itu dan menggunakannya untuk melawan Hong Ju tapi yang paling penting adalah keinginan Park untuk mati dengan bersih. Pada akhirnya, apapun motivasi pribadi Park, yang salah tetap salah.

Ki-hoon mengingatkan kalau Park sedang mengundang penyelidikan terhadap perbuatannya sendiri tapi Direktur Park sudah siap bahkan untuk hal yang lebih buruk dari itu. Park mengatakan pada Ki-hoon untuk menggunakan informasi itu untuk apa saja, apakah itu mempublikasikan perbuatan Hong ke seluruh dunia atau memperbaiki perusahaan Dae-sung.

Jung-woo telah melakukan sesuai yang diperintahkan yaitu mengajak Eun-jo pergi jauh. Dia bahkan mengabaikan keinginan Eun-jo yang ingin kembali ke gudang anggur. Jung-woo bahkan berteriak pada Eun-jo agar Eun-jo mendengarkannya. Tapi Eun-jo tetap saja mengeluh dan akhirnya Jung-woo mengeluarkan kartu tersembunyinya: hari ini ulang tahunnya. Jung-woo tidak ingin menjadi pria yang memaksa seseorang untuk merayakan ultahnya bersamanya tapi dia akan menggunakan kartu itu dimana dia bisa. Eun-jo akhirnya mau menurut dan bahkan dia bersenang-senang.

Karena merasa ini adalah hari special bagi Jung-woo, Eun-jo bahkan mau menunjukkan sisi menyenangkan dari dirinya. Mereka pergi berkeliling dan Jung-woo bahkan membandingkan Eun-jo dengan boneka berkepala bulat dan meminta Eun-jo untuk memakai bando warna pink. Eun-jo sebenarnya enggan tapi karena sekarang ulang tahun Jung-woo, dia tidak menolaknya.

Setelah sampai di rumah malam itu, Eun-jo mengucapkan selamat malam pada Jung-woo lalu menuju ke kamarnya sendiri. Tepat saat Eun-jo tiba di pojok, Ki-hoon ternyata ada disana, di paviliunnya.

Ki-hoon memanggilnya, “Eun-jo ya.” Dan menyuruh Eun-jo untuk mendekat. Eun-jo berpikir kalau Ki-hoon pasti sudah gila. Apakah dia sudah melupakan kemarahan diantara mereka? Eun-jo berpikir, “Dia tersenyum. Dia pasti gila.” Tapi kemudian, Eun-jo berjalan ke tempat Ki-hoon sambil berpikir, “Dan aku benar2 gila juga.”

EPISODE 18


Sinopsis Cinderella’s Stepsister – Episode 18

10 September 2010 · Disimpan dalam Cinderella's Stepsister

Ki-hoon memanggil, “Eun-jo ya.” Eun-jo berbalik tapi tidak mendekatinya. Ki-hoon sadar kalau Eun-jo tidak akan mendatanginya jadi Ki-hoon mengatakan kalau dia yang akan mendatangi Eun-jo. Ki-hoon mendekat dan melambaikan secarik kertas dihadapan wajah Eun-jo lalu meletakkannya di tangan Eun-jo. Ki-hoon berkata kalau dia tidak pernah menyelesaikan satu kalimat yang pernah dia mulai dengan Eun-jo, sebab kebiasaan Eun-jo yang sering kabur. Ki-hoon, “Jika kau bergerak satu langkah sebelum aku selesai bicara, kau mati, kau bajingan kecil.”

Eun-jo membuka kertas itu dan ada nomer satu sampai empat tulisan disana. Ki-hoon berkata pada Eun-jo kalau banyak hal akan terjadi dan Eun-jo harus: 1). Tidak peduli apa yang terjadi, jangan kaget. 2). Percaya bahwa perusahaan Dae-sung akan bertahan. 3). Kau akan tutup mulut. Dan nomer empat – Ki-hoon akan memberitahukan nomer empat pada Eun-jo kalau Eun-jo masih melihat wajah Ki-hoon setelah semuanya berakhir.

Ki-hoon menyuruh Eun-jo untuk menyimpan catatan itu baik2 sebab catatan itu sangat penting. Eun-jo tidak tahan – apa yang sedang direncanakan Ki-hoon? Ki-hoon berkata kalau yang terpenting bukanlah apa yang akan terjadi masalahnya, semua itu toh akan berlalu. Keesokan harinya, para tetua kembali dan mereka mengatakan pada Eun-jo dan Hyo-sun kalau mereka akan menjual saham mereka pada Hong Ju. Eun-jo sekarang sadar apa arti kata2 Ki-hoon. Hyo-sun mencoba memohon pada para tetua tapi tidak ada hasil. Eun-jo melangkah maju dan mengatakan kalau dia mengerti harapan para tetua.

Hyo-sun ketakutan karena berpikir kalau Eun-jo menyerah, tapi Eun-jo melanjutkan, dengan mengatakan bahwa perusahaan Dae-sung adalah warisan ayah mereka dan mengingatkan mereka pada kesedihan mereka dan kehilangan atas Dae-sung. Eun-jo memberitahukan mereka lagi akan harapan2 Dae-sung agar anak2 perempuannya ingat mimpi2 Dae-sung. Eun-jo meminta mereka untuk mempertimbangkan keputusan itu lagi. Tapi nenek menolak permohonan Eun-jo, “Kau seharusnya tidak bicara sekarang. Biarkan saja sikap2 ibumua itu, kau tidak punya hak untuk berdiri disini dan mengkuliahi kami!”

Eun-jo ketakutan sebab dia tidak punya pembelaan untuk ibunya. Tapi kemudian Hyo-sun yang membela ibu dihadapan para tetua, “Jangan bicara tentang ibu kami dengan gampangnya. Apa kau sudah mengikutinya kemana-mana? Apa kau punya bukti? Aku hidup dengannya dan aku berkata kalau itu tidak benar! Kalau itu benar, orang yang tidak akan bisa memaafkannya adalah aku. Tapi aku telah memberitahumu waktu itu dan sekali lagi sekarang kalau itu tidak benar!” Eun-jo terpaku waktu Hyo-sun berdiri disana dan membela ibu.

Tapi nenek tidak bisa menerima itu. Dia sama sekali tidak bisa mempedulikan Jun-su atau yang lainnya. Dia juga menyingkirkan Hyo-sun sebagai seorang anak dan terus menyeret nama Kang-sook ke hal2 buruk. Nenek mengumumkan kalau seberapa banyak uang yang telah Kang-sook ambil selama 8 tahun ini. Eun-jo terhuyung dan Hyo-sun memeganginya agar tidak jatuh.

Eun-jo memandangi nenek dan menantangnya kalaupun hal itu benar, apa yang akan nenek lakukan soal itu? Ibu mereka sama sekali tidak berhubungan dengan bisnis anggur beras itu dan dia juga mengatakan untuk membawa surat cerai ke kuburan Dae-sung agar bisa ditandatangani olehnya. Mereka tidak punya hal untuk mengusir ibu. Eun-jo berlari keluar ketika para tetua terlihat jengkel.

Hyo-sun mengikuti Eun-jo, yang tidak bisa percaya kalau apa yang dia pikirkan adalah rahasia terbesar yang diketahui oleh seluruh dunia. Satu2nya rahasia adalah dia tidak tahu rahasia itu. Sekarang Hyo-sun yang menyemangati Eun-jo dengan berkata, “Ayo lakukan bersama. Bukan itu masalahnya sekarang. Perusahaan anggur kita… apa kau ingin menyerahkannya pada Hong Ju lalu menyelesaikan semuanya? Apa kau akan begitu?! Aku tidak akan! Aku akan memohon dan berlutut pada para tetua kalau perlu. Kau yang paling pintar… apa yang akan kau lakukan?” Eun-jo terlihat menderita untuk beberapa saat dan meminta waktu 10 menit untuk sendiri dan menjauh. Hyo-sun di belakangnya berteriak, “Hei, kau baru saja mencoba dan menyerah padaku!”

Eun-jo pergi ke gudang anggur untuk menyendiri. Dia menelpon ibu dan meninggalkan voicemail: “Bu, jangan kembali. Bersembunyilah dan jangan kembali. Ya, aku berpikir jika kita bersembunyi cukup baik, semuanya akan menghilang tapi ternyata tidak begitu, Bu. Kau akan menjadi penyihir sampai hati dimana kau meninggal dan aku adalah anak dari penyihir itu. Aku akan membakar tonggak di tempatmu. Kabur saja dan jangan kembali. Selamanya.”

Ki-hoon muncul di belakang Eun-jo dan telah mendengar pesannya. Ki-hoon berjalan mendekati Eun-jo dan menghapus air matanya. Eun-jo bertanya-tanya pada dirinya sendiri, “Jika aku adalah anak penyihir, apa aku juga penyihir? Jika aku penyihir, apa aku mengeluarkan mantra? Aku pasti sudah lupa siapa orang ini, apa yang telah dia lakukan.” Ki-hoon mengingatkan Eun-jo kata2nya tadi malam untuk mempercayakan segalanya pada Ki-hoon. Dia menghapus lagi air mata Eun-jo dan meletakkan tangannya di pundak Eun-jo.

Ki-hoon berkata, “Aku memintamu untuk tidak kaget tapi kau kaget. Aku memintamu untuk tidak berteriak tapi kau sudah menangis. Gadis jahat. Apa kau tahu? Aku juga takut. Tapi meskipun aku takut, aku tidak akan menghindarinya. Aku akan melakukan yang terbaik.” Eun-jo jadi berpikir sendiri, “Dan seperti itulah mantra penyihir berakhir. Saat dia berkata dia takut, aku juga merasakan yang sama.” Eun-jo memanggil Ki-hoon dan bertanya apa yang sebenarnya Ki-hoon rencanakan. Ki-hoon hanya memandangi Eun-jo dan tersenyum lalu berkata kalau yang hanya harus Eun-jo lakukan adalah menunggu seperti gadis yang baik.

Selagi Ki-hoon menyusun rencananya, Eun-jo dan Hyo-sun mengumpulkan keuangan mereka untuk melihat aset apa saja yang mereka bisa kumpulkan. Eun-jo terkejut bahwa Hyo-sun tidak tahu apa2 tentang kekayaan keluarga mereka. Eun-jo sadar kalau rencana Ki-jung selama ini adalah menghapuskan perusahaan Dae-sung dan tidak meninggalkan apa2 jadi Hong Ju bisa memimpin pasar – pada dasarnya hanya menghilangkan pesaing. Dan janji agar Eun-jo tetap melakukan penelitian adalah berarti Eun-jo menjadi pegawai Hong Ju.

Ki-hoon menyerahkan dokumen rahasianya pada ayahnya dan Ki-jung secara bersamaan. Mereka membaca semua lobi-lobi harga dan kegiatan illegal perusahaan Hong Ju lainnya dengan tatapan ngeri, sedangkan Ki-hoon tersenyum penuh kemenangan. Ki-jung bertanya darimana asal dokumen itu dan apa yang Ki-hoon inginkan. Ayah menyuruh Ki-jung untuk diam dan berkata kalau itu bukan dokumen Hong Ju. Ki-jung kehilangan sikap tenangnya untuk pertama kalinya dan menyebut Ki-hoon serigala licik.

Ki-jung berteriak agar bisa tahu apa yang Ki-hoon minta dan mengakui kalau dokumen itu bukanlah dokumen palsu seperti yang ayah katakan. Ki-hoon memuji keberanian mereka dalam melakukan perjanjian gelap ketika Ki-jung dan ayah bereaksi kaget. Ki-jung mengaku kalah dan ayah mengernyit. Ki-hoon berkata, “Kau sudah tahu apa permintaanku. Jangan ganggu kami.” Ki-jung bertanya, “Kami?” dan Ki-hoon langsung menjawabnya, “Perusahaan Dae-sung.”

Kemudian, Ki-hoon menelpon untuk mendengarkan kembali percakapan mereka yang ternyata telah direkam. Eun-jo dan Hyo-sun sudah mendapatkan cara untuk menyelamatkan perusahaan. Eun-jo berkata kalau saham mereka bila digabungkan adalah 40 persen jadi mereka hanya memerlukan dua dari tetua untuk mengganti diri menjadi tim pemenang dan tentu saja setelahnya mereka akan menjadi pemilik saham mayoritas. Tapi salah satu dari tetua itu adalah nenek.

Ki-hoon pulang ke rumah dengan berkendara dan seseorang mengikutinya dari belakang. Eun-jo melihat kalau Ki-hoon punya E-mail baru dan mencoba beberapa password tapi gagal. Ki-hoon tiba di rumah tapi sebelum Ki-hoon bisa masuk ke dalam penjahat yang mengikutinya menarik dan menculiknya.

Hyo-sun membacakan ‘Kongji dan Patzzi’ pada Jun-su sebagai cerita sebelum tidur. Di luar, Jung-woo mengatakan pada Eun-jo kalau dia sudah siap untuk menikah. Eun-jo mengatakan kalau dia akan membantu (secara financial) apapun yang bisa dia bantu meski itu lebih cepat dari yang Eun-jo harapkan. Tapi bukan itu yang Jung-woo maksud.

Hyo-sun mengatakan pada Eun-jo kalau dia punya sesuatu yang ingin dia tunjukkan pada kakak tertuanya itu. Mereka pergi ke kamar Hyo-sun dan diapun mengeluarkan harta karun Hyo-sun yang disimpan dalam sebuah kotak. Hyo-sun mengatakan pada Eun-jo tentang baju yang dia berikan kepada ibu waktu ibu pertama kali tiba di rumah ini dan menunjukkan foto ayah waktu masih kecil. Dia terlihat seperti Jun-su tapi Eun-jo melihat hal yang lain.

Eun-jo membaca surat Ki-hoon itu dengan gemetaran dan Hyo-sun memandangi Eun-jo dengan takut2. Tapi Hyo-sun juga terlihat tenang dengan keputusan itu dan tahu kalau itu hal yang benar buat dilakukan meski hal itu membuat hatinya terluka. Eun-jo membaca surat itu dengan teliti di kamarnya. Kita sudah tahu isi awalnya dan inilah sisanya:

Surat Ki-hoon: Jangan kabur. Jangan pergi kemana-mana. Tunggu aku di rumah. Aku akan bertahan berpikir kalau kau akan menungguku dan aku berharap kau akan bertahan dengan memikirkan kepulanganku. Aku menyukaimu, Eun-jo. Aku paling menyukaimu di dunia ini. Aku mencintaimu. Jika aku berpisah denganmu dalam waktu singkat, aku ingin menuliskanmu surat seperti ini. Jangan pergi kemana dan tunggu aku. Aku mencintaimu, Eun-jo. Aku ingin menuliskanmu surat seperti ini, mengetuk hatiku, memintamu untuk menungguku… Tapi, aku yang telah menyeberangi sungai dan tidak bisa kembali, harus secara menyedihkan bukan memintamu untuk menunggu, tapi menghentikanku. Apa kau akan menghentikanku?

Lalu, Eun-jo melakukan percakapan dengan surat itu. Ini dia:

Surat Ki-hoon: Aku akan membawamu ke bulan dan bintang2.
Eun-jo: Kapan?
Surat Ki-hoon: Apa kau akan menghentikanku?
Eun-jo: Bagaimana?
Surat Ki-hoon: Jika kau memegangiku, aku rasa aku bisa berhenti disini.
Eun-jo: Orang ini berpegang padaku seperti sebatang sedotan.

Kesadaran akan hal ini membuat Eun-jo menangis.

Surat Ki-hoon: Meskipun darah meluncur keluar dari lututmu, kau tidak mampu menangis, sama seperti Hong Ki-hoon yang bodoh.
Eun-jo: Orang ini juga berdarah.
Surat Ki-hoon: Apa kau akan menghentikanku?
Eun-jo: Jika aku tahu orang ini tidak punya apa2 melainkan hanya gadis 18 tahun yang keras kepala untuk menghentikannya, kalau begitu aku tidak punya alasan untuk memanggil namaku sendiri seperti burung dan menangis.

Eun-jo dan Hyo-sun terdiam dan keduanya memikirkan Ki-hoon: Hyo-sun akhirnya melepaskan dan Eun-jo bertahan. Eun-jo pergi ke kamar Ki-hoon pada pagi harinya. Tapi Jung-woo mengatakan padanya kalau Ki-hoon tidak pernah pulang. Eun-jo langsung tahu kalau ada yang tidak beres. Mereka berlari keluar dan melihat mobil Ki-hoon terparkir jauh. Eun-jo mulai panik dan dia mencoba memecah password Ki-hoon lagi. Jung-woo berdiri ketika Eun-jo mencoba untuk mencaritahu langkah selanjutnya. Eun-jo bertanya-tanya apa hal keempat dalam surat itu – hal yang dikatakan akan diberitahu Ki-hoon nanti. Eun-jo menemukan passwordnya: MMM.

Ki-jung yang ternyata menculik Ki-hoon dan Ki-hoon dipukuli. Dia terduduk lemas. Ki-jung berkata kalau dia hanya ingin menahan Ki-hoon untuk beberapa hari sebab perceraian orang tua mereka akan dilaksanakan besok dan perusahaan Dae-sung akan berurusan dengan kejatuhannya.

Ki-hoon menyeringai pada kakaknya, “Aku tidak tahu kalau kau juga seorang penjahat, Kak Ki-jung. Meski bukan untukku, kau tetap ditakdirkan untuk gagal. Aku bisa mengatakan perbuatan macam apa yang kau ambil… betapa lemahnya kau sebenarnya.” Ki-hoon dihantam di wajahnya lagi dan mencoba untuk kabur tapi para penjahat disana tidak membiarkan Ki-hoon pindah 5 langkah sekalipun. Di sisi lain, Eun-jo sedang mendengarkan rekaman percakapan dan memutuskan sikap yang akan dia ambil: menukar Ki-hoon dengan rekaman itu.

Hyo-sun berlutut di depan rumah nenek dan menolak untuk pergi sampai nenek mau bicara dengannya. Dia berteriak apakah nenek siap mengambil tanggung jawab untuk dirinya, Jun-su dan Eun-jo jika nenek menolak ibu untuk kembali. Lalu, seseorang datang dan Hyo-sun menengadah: ternyata Jung-woo. Jung-woo berkata kalau Eun-jo yang mengirimnya untuk menemani Hyo-sun.

Eun-jo menelpon Ki-jung dan mengatakan kalau dia melakukan penculikan. Ki-jung mencoba untuk mengelak dengan bertanya apakah Eun-jo pernah mendengar seseorang yang menculik saudaranya sendiri. Eun-jo mengingatkan Ki-jung kata2nya sendiri bahwa Ki-hoon tidak pernah menjadi saudaranya. Ki-jung mencoba menyangkalnya tapi Eun-jo mengatakan kalau dia akan melakukan pembicraan dengan Ki-jung.

Eun-jo mengatakan pada Ki-jung kalau dia datang kesini dengan maksud untuk menukar Ki-hoon dengan rekaman itu. Tapi kemudian Eun-jo sadar bahwa jika Ki-hoon khawatir tentang kesehatannya, dia tidak akan melakukan ini pada awalnya. Dia juga sadar kalau Ki-hoon pasti tidak ingin dia melakukan barter. Jadi rencana Eun-jo adalah menyerahkan segalanya pada yang berkuasa dan berurusan dengan mereka dengan satu hentakan saja. Eun-jo tidak tahu apa isi dokumen itu tapi berdasarkan rekaman itu, dia berkata bahwa orang paling bodoh akan tahu kalau mereka pasti melakukan sesuatu yang buruk. Ki-jung mencoba mengelak tapi Eun-jo melanjutkan lagi.

Eun-jo: Ini hal yang benar untuk dilakukan. Meski kau menelan Dae-sung Co dan menghancurkannya, meski kau menghapus nama Dae-sung dari Korea selamanya, ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Ayah kami yang sudah meninggal juga akan berpikir begitu. Alasan terbesarnya adalah orang itu… Hong Ki-hoon. Aku tidak ingin membuatnya merasa malu lagi. Orang itu merasa malu selama ini – karena itulah dia tidak bisa mencariku. Karena dia merasa begitu bersalah, dia selalu mengatakan yang sebaliknya. Tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya aku rasakan, aku tidak pernah sekalipun memberikan kata2 yang ramah padanya. Tapi jika aku menukar rekaman ini untuknya, orang itu dan aku… kami tidak akan pernah mendapatkan kesempatan.

Eun-jo mengatakan pada Ki-jung kalau dia akan memberikan waktu pada Ki-jung sebelum dia masuk ke dalam sana. Dan jika Ki-jung membiarkan Ki-hoon pergi dan menelpon Eun-jo, maka Eun-jo akan membatalkan tuntutan yang akan dia berikan pada Ki-jung. Ki-jung ketakutan dan menelpon pengacaranya. Kemudian dia melihat Ki-hoon. Dia terlihat sangat bimbang, masalahnya dia sudah dipukul oleh Ki-hoon dan seorang gadis kecil (Eun-jo).

Telpon Eun-jo berdering dan ternyata dari Ki-hoon. Ki-hoon mengatakan pada Eun-jo agar dia menurunkan kaca mobilnya jadi dia bisa melihat wajah Eun-jo. Eun-jo melakukannya dan mereka bisa saling pandang dari seberang jalan. Ki-hoon berkata, “Siapa yang menyuruhmu melakukan itu?” Eun-jo bertanya apakah Ki-hoon baik2 saja dan menyuruh Ki-hoon untuk pulang ke rumah. Ki-hoon mengatakan kalau Eun-jo tidak boleh menyerahkan bukti itu – hanya itu satu2nya cara untuk menyelamatkan perusahaan. Eun-jo menggelengkan kepalanya dan menangis. Menurut Eun-jo, inilah satu2nya cara agar mereka bisa bersama. Ki-hoon menutup telpon dan mulai menyeberang jalan untuk mencari Eun-jo.

Eun-jo keluar dari mobil dan ketika Ki-hoon tiba2 berhenti, Eun-jo memecahnya lalu berlari ke Ki-hoon dan memeluknya. Kendaraan lalu lalang ketika mereka berpelukan!

EPISISODE 19



Setelah dibebaskan dari genggaman kakaknya, Ki-hoon berkendara dengan mood yang sangat bagus hingga dia tidak bisa berhenti tersenyum. Meskipun begitu, Eun-jo tidak merasakan semangat Ki-hoon itu dan lebih peduli pada keadaan Ki-hoon – Ki-hoon lapar sebab dia tidak makan apa2 selama diculik. Ketika mereka berhenti di tengah hutan, Ki-hoon mengisyaratkan agar Eun-jo mendekat untuk mengobrol. Eun-jo malah pergi untuk mencari makanan.

Tidak ada rumah makan di sekitar sana jadi Eun-jo mendekati seorang penjaga toko yang sudah tua lalu meminta disiapkan bubur. Saat Ki-hoon makan, dia mengatakan pada Eun-jo kalau dia tahu apa yang Eun-jo pikirkan tapi untuk 80 menit ke depan, itu tidak jadi soal sebab dia akan bersikap kalau sekarang adalah 8 tahun yang lalu, seperti Ki-hoon tidak pernah naik kereta itu dan mereka berpisah. Ki-hoon akan menganggap 10 menit sebagai 1 tahun yang dimulai dengan tahun 2002.

Setelah itu, Ki-hoon mulai dengan bicara pada Eun-jo seolah-olah dia masih guru matematika Eun-jo dan memberikannya tugas karena melewatkan sebuah permasalahan yang sudah Ki-hoon tunjukkan pada Eun-jo bagaimana memecahkannya. Eun-jo tersenyum melihat kekonyolan Ki-hoon dan mengijinkan Ki-hoon terus dengan cara ikut dalam permainan ini dan memperlakukan Ki-hoon seperti dulu waktu dia menjadi guru les-nya.

Ketika sekmen 10 menit berlanjut ke sekmen yang selanjutnya, Eun-jo berubah dari anak SMA ke anak kuliahan di kampus Ki-hoon. Mereka terus berkencan dan Ki-hoon mengatakan ketidaksenangannya tentang anak laki2 yang berada di sekitar Eun-jo di kampus.

Sebuah perjalanan naik sepeda memberikan kesempatan pada keduanya untuk membayangkan kalau mereka sedang berkencan dan sekarang kita sudah melewati empat tahun: Ki-hoon melanjutkan ke jenjang yang selanjutnya sebab dia enggan untuk terjun langsung ke tempat kerja dan meninggalkan Eun-jo serta khawatir dia akan mengencani pria lain. Ki-hoon memarahi Eun-jo soal nilai2 Eun-jo saat Eun-jo merebahkan kepalanya di punggung Ki-hoon.

Sekmen 10 menit lewat lagi dan sekarang Ki-hoon mempermasalahkan Eun-jo yang ingin belajar keluar negeri dan menawarkan untuk mengajarinya bahasa inggris malahan. Pada 2008 bayangan mereka ketika Eun-jo lulus dari universitas, hubungan mereka tetap kuat dengan tidak ada tanda2 perpecahan.

Akhirnya, saat mereka berjalan ke mobil, Ki-hoon bicara soal pernikahan. Dia menjamin Eun-jo kalau dia punya segalanya untuk membuat Eun-jo bahagia – pintar, tampan, dan humoris. Ki-hoon tidak punya uang tapi dia akan belajar mencari uang mulai dari sekarang. Dan Ki-hoon ingin hidup dengan ayahnya dalam skenario ini karena ayah dipecat dari pekerjaannya di perusahaan.

Ki-hoon membicarakan ini dengan cara yang biasa. Eun-jo jadi berpikir sendiri kalau Ki-hoon yang ini tidak pernah menyakitinya, tidak punya rasa bersalah, dan untuk itu bisa bebas melakukan lamaran untuk menikah. Eun-jo memutuskan untuk membuat Ki-hoon menunggu jawaban darinya, hanya untuk membuat Ki-hoon menderita sedikit. Eun-jo mengatakan pada Ki-hoon untuk mencari uang dulu sebelum dia mempertimbangkan untuk mengiyakan.

Akan tetapi, saat waktu 80 menit mereka semakin dekat, senyum menghilang dari wajah Ki-hoon. Eun-jo kembali ke toko untuk berterima kasih pada nenek karena sudah membantu. Dan ketika dia kembali, Ki-hoon dan mobilnya sudah hilang. Ki-hoon meninggalkannya. Dia menelpon Eun-jo untuk mengatakan kalau dia akan mengantarkan bukti itu ke Hong Ju untuk menyelamatkan perusahaan. Dia melakukan ini sebab dia tahu Eun-jo akan protes. Eun-jo berusaha mencegah Ki-hoon tapi dia merasa semua ini merupakan keharusan.

Ada berita yang lebih mengerikan: Hyo-sun menelpon dengan panic sebab Jun-su menghilang. Jun-su tidak di sekolah saat Hyo-sun pergi menjemputnya. Dia juga tidak di rumah dan sudah dicari Hyo-sun ke sekeliling rumah. Dan tidak ada satu pun teman Jun-su yang tahu dimana Jun-su berada.

Jung-woo, paman Hyo-sun dan para ajumma berpencar menjelajahi perumahan itu untuk mencari Jun-su sedangkan Hyo-sun menahan rasa takutnya lalu menelpon Kang-sook untuk memberiathukannya hal ini. Eun-jo pulang ke rumah dengan taksi dan sangat mengkhawatirkan adiknya. Dia juga berpikir kalau dongengnya berakhir pada jam 5.20.

Kang-sook mendekati anak temannya yang menangis di halaman. Gadis itu benci melihat bagaimana ibunya bercumbu dan bertengkar tiap hari dengan pria2 itu. Kang-sook mengatakan pada gadis itu kalau ibunya melakukan itu bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk memberi makan anaknya. Kalimat ini tidak menenangkan gadis itu dan dia terus menangis. Kang-sook lalu bertanya, “Apa itu benar2 membuatmu kesal?” Ketika gadis itu mengangguk, Kang-sook memberikan pelukannya dan meminta maaf: “Bagaimana mungkin aku tahu kalau ini akan begitu menyakitkan untuk anak kecil?”

Dalam perjalanan ke kantor polisi, Eun-jo mencoba menghibur Hyo-sun kalau Jun-su akan baik2 saja. Hyo-sun bertanya kemana saja Eun-jo seharian ini – kemana Eun-jo ketika Hyo-sun memohon pada nenek soal saham itu dan Jun-su menghilang dri rumah? Hyo-sun bertanya, “Apa kau mengkhawatirkan Jun-su? Apa kau pernah memegangnya? Apa kau tahu kalau dia adalah adik kita? Apa kau pernah memikirkan dia sebagai adikmu?”

Tapi Hyo-sun sebenarnya membuat pernyataan yang pas tentang Eun-jo yang tidak menunjukkan ketertarikan pada Jun-su. Tidak benar kalau Eun-jo tidak peduli pada Jun-su. Bukan sebuah kejutan lagi kalau anak2 kurangnya interaksi merupakan kurangnya ketertarikan. Ketika Eun-jo membalik buku gambar Jun-su, dia melihat sebuah potret keluarga dan Jun-su hanya menggambar empat orang dan Eun-jo tidak ada disana.

Ki-hoon memarkir mobilnya di depan kantor Hong Ju lalu menelpon kakaknya untuk menyusun perjanjian: Ki-hoon akan menukar bukti yang dia punya dengan mereka untuk sebuah kontrak perjanjian untuk tidak mengganggu perusahaan Dae-sung dan mengembalikan saham yang mereka beli dari para tetua. Ki-jung menolak perjanjian ini dan menyuruh Ki-hoon untuk melakukan yang terburuk. Ki-jung tidak percaya kalau Ki-hoon akan melakukan itu sebab hal itu akan menghancurkan ayah mereka. Ki-hoon mengatakan dengan tegas kalau bukti itu ada padanya. Lalu dia memberikan Ki-jung tenggat waktu: Ki-hoon akan menunggu sampai besok pagi.

Selagi seluruh anggota keluarga duduk dan menunggu berita dengan gelisah, Kang-sook tiba dan menanyakan Jun-su. Kemana mereka sudah mencari? Apa mereka sudah mencari ke semua tempat? Eun-jo dan Hyo-sun kaget melihat kepulangan ibu dan Hyo-sun mendekat untuk memeluk ibu. Dia bertanya apa ibu kembali untuk berbaikan. Hyo-sun tidak mendapatkan jawaban sebab Kang-sook langsung berlari untuk terus mencari.

Kemudian mereka berhasil menemukan Jun-su… di bawah meja barangkali? Mereka sebenarnya menemukan Jun-su setelah dia bangun dan mulai terisak. Suara itu membawa mereka ke kantor Dae-sung dimana ibu memeluk Jun-su dengan gembira dan diikuti oleh Hyo-sun. Eun-jo melihat semua ini dari samping dan merasakan bahwa dia bukan bagian dari keluarga ini. Di kamarnya, Eun-jo berpikir lagi bagaimana dongengnya berakhir sore ini.

Ibu dan Hyo-sun memandikan Jun-su yang terlihat sangat senang. Jun-su menjelaskan kalau dia bermain petak umpet dan sebuah flashback memberitahu kita bagaimana dia bisa berada di bawah meja Dae-sung. Seperti yang sudah sering dia lakukan ketika ayah masih hidup, Jun-su bermain petak umpet bersama ayah dalam bayangannya saja. Pada awalnya terlihat kalau Jun-su hanya terlihat menghidupkan kenangan lama tapi kenangan itu menjadi kabur dengan kenyataan ketika Dae-sung mengatakan pada Jun-su untuk menjaga ibu dan kakak2 perempuannya sebab dia adalah satu2nya pria dalam keluarga itu.

Eun-jo memaksa ibunya untuk menjelaskan kenapa dia pergi dan kemudian kembali lagi. Tapi Kang-sook berkeras kalau dia tidak punya penjelasan apa2. Saat keluarga itu sedang makan, Hyo-sun berkata pada Kang-sook kalau mereka miskin sekarang – mereka mungkin akan kehilangan rumah ini. Hyo-sun meminta Kang-sook untuk memberitahukan apa yang dia rencanakan jadi Hyo-sun bisa mempersiapkan dirinya.

Kang-sook mengaku kalau dia hanya tertarik pada kekayaan jadi kenapa Hyo-sun mau percaya setiap kata yang ibu akan katakan sekarant? Kemudian ibu mengkritik cara bicara Hyo-sun dan memintanya untuk belajar bicara yang baik dari Eun-jo. Kang-sook juga bergumam pada Hyo-sun tentang tidak akan kehilangan rumah ini – apa Hyo-sun tahu kalau dia adalah Song Kang-sook? Dia akan mati bila dia membiarkan seseorang mengambil rumah ini darinya.

Kang-sook mengambil kendali seolah-olah dia tidak pernah pergi dan mengumpulkan semua pekerja untuk memberikan kuliah soal etika bekerja. Akan tetapi, sekarang nada bicaranya berbeda, kalau di masa lalu dia selalu menunjukkan kekuasaannya dan sekarang dia terdengar bahkan peduli pada keadaan perusahaan. Ketika paman Hyo-sun lewat dan melihat Kang-sook dengan ketakutan, Kang-sook membuatnya terkejut dengan tidak mengusirnya seperti yang paman pikirkan. Malahan, Kang-sook menyuruh paman untuk segera bekerja.

Perubahan sikap ini juga berimbas ke Hyo-sun yang ibu perlakukan tidak seperti dulu tapi dia berbicara apa adanya. Ibu membalik-balik lemari Hyo-sun dan ibu meminta Kang-sook untuk memberikan beberapa barang2nya yang bagus itu pada Eun-jo sebab Hyo-sun harus merasa bersalah karena dia punya banyak barang bagus tapi Eun-jo berdandan begitu sederhana. Kelihatannya Kang-sook sudah menemukan tempatnya tapi Hyo-sun bingung pada perubahan ini.

Kang-sook mengatakan semuanya pada Hyo-sun dan berkata kalau dia akan bersikap seperti ibu tiri sekarang. Ibu tidak bisa berpura-pura lagi sekarang dan dia sudah lelah memaniskan kata2nya jadi dia akan bersikap jujur sekarang – dia tidak bisa merasakan hal yang sama pada Hyo-sun seperti yang dia rasakan pada darah dagingnya. Ketika Eun-jo atau Jun-su sakit, Kang-sook merasa semua organ tubuhnya dikeluarkan tapi pada Hyo-sun, dia tidak merasakan hal yang sama. Akan tetapi, Kang-sook mengakui kalau adanya waktu 8 tahun bersama itu dan Hyo-sun adalah orang yang paling mengingatkannya pada Dae-sung – jadi sekarang dia memutuskan mereka akan mempunyai hubungan ibu tiri dan anak tiri.

Hyo-sun bertanya apakah ibu bersungguh-sungguh dengan ucapannya – begitukah Hyo-sun artinya bagi ibu, bahwa ibu tidak merasa seperti ditikam ketika dia sakit? Kang-sook menjawab iya. Hyo-sun menarik Kang-sook dan memeluknya dan memintanya untuk tidak melupakan kesalahan Kang-sook padanya dan pada Dae-sung. Hyo-sun menambahkan, “Aku tidak akan memintamu untuk membayarnya dengan hal lain, jadi rasakan saja hal yang sama padaku seperti yang kau rasakan pada Unni.”

Ketika Jung-woo memandangi tulisan di pemukul baseball-nya, dia mengenang kembali masa kanak2nya dan bagaimana dia tumbuh mencintai Eun-jo. Flashback itu membawa Jung-woo ke saat2 awal mereka bersama hingga ke hari dimana dia merayakan ‘ultah-nya’ bareng Eun-jo. Cukup meyakinkan, Jung-woo bicara pada Eun-jo dan memberikannya pemukul baseball-nya pada noona. Jung-woo tahu kalau dia akan ditolak, tapi dia harus melakukan ini tidak peduli apapun jawaban Eun-jo.

Setelah itu, Jung-woo menyatakan perasaannya kalau Eun-jo sudah menjadi wanita di hati Jung-woo sejak masih kecil dan dia selalu ingin menjaga Eun-jo. Ki-hoon sudah membuat Eun-jo banyak menangis dan akan terus membuat Eun-jo menangis nanti dan Jung-woo tidak bisa duduk saja melihat itu terjadi: “Hiduplah dengaku.” Sebenarnya itu lamaran pernikahan dan Jung-woo berjanji untuk membuat Eun-jo bahagia dan hanya hidup dengannya.

Eun-jo mengatakan pada Jung-woo ini bukan artinya dia tidak menyukai Jung-woo tapi dia tidak bisa bersama Jung-woo sebab dia sangat menyukai Ki-hoon. Meski dia tidak tahu apakah dia bisa bersama Ki-hoon nanti, tapi itu tidak jadi masalah: “Apa artinya itu saat aku tergila-gila padanya? Kau akan bertemu wanita yang menyukaimu seperti aku menyukai Ki-hoon.” Eun-jo menyerahkan kembali pemukul baseball itu dan berkata kalau dia benar2 peduli pada Jung-woo. Tapi sekarang, Eun-jo harus menemui Ki-hoon.

Setelah menunggu semalaman di dalam mobilnya, Ki-hoon bangun keesokan paginya. Sedikitnya jawaban dari Ki-jung berarti dia tidak ada rencana untuk menurut. Eun-jo telah membaca laporan di Koran pagi dan langsung menuju ke Hong Ju. Ki-hoon melihat Eun-jo memasuki gedung dan mengikutinya dan mencoba untuk meminta tinggal sebab semua ini akan berakhir. Tapi tidak, Eun-jo mengatakan pada Ki-hoon – semuanya sudah berakhir. Hong Jud an ayah Ki-hoon sudah dituntut atas perbuatan illegal mereka.

Setelah itu, pintu terbuka dan Ki-jung keluar untuk memberitahukan Ki-hoon bahwa dia sudah menang. Ternyata Direktur Park yang menghancurkan perusahaan itu. Eun-jo dan Ki-hoon melihat dari mobil ketika ayah Ki-hoon dikawal dari mobilnya dan dikerumuni oleh reporter yang penasaran. Ki-hoon melewati kerumunan itu untuk mengetuk pintu mobil ayahnya dan mendekat untuk meminta ayahnya sekali lagi untuk meninggalkan semuanya.

Ki-hoon berjanji akan mendukung ayahnya dan menjadi anak yang berbakti jika ayah meninggalkan semua ini dan tinggal bersama Ki-hoon. Ayah tersentuh pada sikap Ki-hoon dan bahkan menangis serta memandang Ki-hoon dalam-dalam. Tapi ini jelas tidak mudah dan ayah tidak bisa melakukannya. Kaca jendela kambali menutup dan ayah meminta sopirnya untuk jalan. Setelah mobil itu berlalu, kerumunan itu berpencar dan Ki-hoon tetap berdiri beku. Eun-jo mendekat dan memegang tangan Ki-hoon lalu menuntunnya kembali ke mobil.

Sedangkan, Hyo-sun dan Kang-sook berbelanja pakaian dan Kang-sook mengambil sebuah baju untuk Eun-jo. Tapi dengan caranya yang aneh, Hyo-sun menganggap itu sebagai sikap untuk bersikap lebih berani pada ibu. Hyo-sun mengatakan pada ibu untuk tidak bersikap diskriminatif pada putri-putrinya dan mengambil satu baju untuk ditambahkan ke tumpukan baju ibu.

Eun-jo mengantar Ki-hoon ke tempat bicara favorit mereka – hutan – dan keluar untuk memberikan kesempatan bagi Ki-hoon untuk sendiri sebab dia menangis. Setelah beberapa waktu, Eun-jo membuka pintu mobilnya dan menepuk bahu Ki-hoon. Kemudian, Eun-jo memegang tangan Ki-hoon lagi dan dengan pelan mengajaknya keluar mobil. Eun-jo memeluk Ki-hoon dan tangannya dengan pelan mengusap punggung Ki-hoon. Dia berkata kalau Ki-hoon seharusnya memberitahukannya dari awal sebab dia bisa membantu Ki-hoon dalam saat sulitnya. Mereka seharusnya membicarakan semuanya bersama dan mereka tidak akan kehilangan apa2.

Eun-jo: ‘Kau bisa bersandar padaku’. Ketika ayah mengatakan itu padaku, aku tahu meskipun aku tidak langsung bersandar padanya, aku telah menemukan seseorang untuk bersandar saat aku perlu. Pada saat itu, rasanya seperti sesuatu yang terikat terbuka dan tenang. Bersandarlah padaku. Kau bisa bersandar padaku. Aku memintamu untuk bersandar padaku kali ini, ya?

Ki-hoon memegangi Eun-jo dengan erat untuk beberapa saat. Dan saat dia mundur, Ki-hoon mengecup kening Eun-jo lalu perlahan-lahan mereka berciuman.


FAKTA: ADegan Kissin eunJo and KiHoon selama 2 hri Lho ckckck

THE FINALY . EPS 20

Eun-jo dan Ki-hoon akhirnya berciuman dan mereka melangkah ke masa depan. Eun-jo dengan mengangumkan menggambar rumah kecil mereka di tengah hutan. Dia bergumam kalau Hyo-sun menikah, mereka harus membawa Kang-sook ke rumah kecil itu sebab Eun-jo pasti merindukan seseorang untuk diajak bertengkar.

Ki-hoon terlihat termenung dan Eun-jo memperhatikan hal ini. Eun-jo tahu kalau saat ini Ki-hoon hanya bisa memikirkan ayahnya. Ki-hoon berkata kalau gambar dan perjalanan ke masa depan kebahagiaan itu sangat menolong dan bahwa, Eun-jo tidak boleh mengubah lagunya nanti atau kapanpun. Ki-hoon juga mengatakan kalau hal yang akan dia tahan sebelumnya kelihatannya tidak tertahankan, tapi sekarang tidak satu pun jadi masalah. Mereka lalu pergi untuk mengatakan yang sebenarnya pada Hyo-sun.

Di gudang anggur, ibu memberikan hadiah pada para pekerja karena pekerjaan mereka sudah selesai dengan baik. Dia berjanji kalau akan ada lebih banyak hadiah lagi selama mereka bekerja dengan setia di masa yang akan datang. Ibu meminta untuk bertemu dengan paman Hyo-sun dan ketika paman berdehem ketakutan, Hyo-sun menjamin dan menyuruhnya masuk.

Wajah Hyo-sun bersinar ketika Ki-hoon dan Eun-jo tiba tapi Ki-hoon dihalangi lagi oleh kedatangan para penyidik yang membawanya pergi. Para penyidik mengatakan kalau mereka menemukan buku bank Hong Ju atas nama Ki-hoon. Ki-hoon berkata kalau semuanya akan baik2 saja dan menyuruh Eun-jo untuk mengatakan semuanya pada Hyo-sun. Ki-hoon dibawa oleh pria dengan baju hitam ketika Eun-jo dan Hyo-sun melihat dengan ketakutan. Eun-jo mengejar mobil itu dan meminta mereka untuk berhenti jadi dia bisa mengatakan sesuatu tapi mereka terus berkendara.

Kang-sook mengajak paman bicara dimana Kang-sook mengatakan dengan terang2an kalau mereka berdua memang tidak ingin saling bertemu. Tapi mengusir paman akan menyulut kemarahan Hyo-sun begitu pula para tetua. Jadi ibu mengungkapkan sebuah solusi: ibu akan menikahkan paman dan dia bahkan telah mempersiapkan paman secara financial serta mendapatkan gadis yang prospektif. Kang-sook menunjukkan foto gadis itu dan paman langsung jatuh cinta.

Sedangkan, Eun-jo telah memberitahu Hyo-sun rahasia gelap Ki-hoon. Hyo-sun tidak percaya pada awalnya dan berpikir kalau Eun-jo mengarang ini semua untuk membalas dendam karena surat itu. Hyo-sun memutuskan kalau Eun-jo adalah orang jahat dengan mengatakan kalau Eun-jo tidak bisa membuat menderita gadis seperti dia sekarang dan bahwa, dia kecewa karena sudah mencoba berpegang pada Eun-jo selama 8 tahun belakangan ini.

Hyo-sun: Sejak kau muncul, apa kau tahu bagaimana hidupku telah berubah? Pandangan ayah mulai berpindah padamu dan secara tetap mendarat disana. Aku harus membagi ayahku. Lalu, tanpa sepengetahuanku, aku tidak bisa melihatnya lagi. Aku tahu kalau kasih sayang ibu adalah palsu dan aku mendapati kalau ibu telah mengkhianati ayah. Dan aku harus menangis karena aku adalah gadis menyedihkan yang tidak bisa membiarkannya pergi. Karena aku hanyalah anak tiri… Aku harus bahagia hanya dianggap anak tiri. Tapi sekarang… Kak Ki-hoon?

Hyo-sun mengenang semua kenangan manis dengan Ki-hoon. Hyo-sun jatuh dan Eun-jo segera bergerak ke dekat Hyo-sun. Hyo-sun sama sekali tidak ingin ditenangkan oleh Eun-jo, tapi Eun-jo memeluk Hyo-sun dan memegangnya dengan manis seperti kakak ketika Hyo-sun menangis.

Eun-jo merawat lutut Hyo-sun lalu mereka duduk menyebelah. Eun-jo berkata kalau dia masih punya banyak hal untuk dikatakan dan bahwa ketika dia bertanya-tanya apakah itu hal yang baik untuk dilakukan, dia berpikir kalau yang terbaik adalah terluka sekalian. Eun-jo berkata, “Aku… dan orang itu…” Tapi Hyo-sun tidak membiarkan Eun-jo menyelesaikan kata2nya.

Hyo-sun berkata kalau dia merasa bersedih untuk Ki-hoon dan bahwa dia ingin memeluknya. Hyo-sun berkata pada Eun-jo kalau ayah ingin menjaga Ki-hoon dan dia bertanya-tanya kalau Ki-hoon tidak pergi selama 8 tahun, dia mungkin tidak terlalu terluka. Hyo-sun bertanya-tanya jika dia meminta untuk mengembalikan Ki-hoon, maka Ki-hoon akan membiarkannya. Hyo-sun meminta Eun-jo untuk mengatakan pada Ki-hoon untuk tidak kabur.

Eun-jo berpikir sendiri: “Pada akhirnya, apakah cerita dongeng cocok denganku? Dunia dongeng yang indah dan manis… apakah itu sesuatu yang aku tidak diijinkan untuk dipunyai? Aku tidak mencoba untuk menaklukkan jagat raya. Aku tidak mencoba untuk menyelamatkan planet ini. Bahkan tidak mencoba untuk menyelamatkan negara ini…”

Ki-hoon tetap tenang selama pemeriksaan, dan menjawab dengan jujur kalau dia bahkan tidak pernah memikirkan kalau rekening seperti itu bisa ada dan bahwa dia sama sekali tidak tahu kalau miliaran uang disalurkan melaluinya. Eun-jo melanjutkan perkataannya, “Aku bahkan belum mampu memanggilnya dengan namanya. Jadi aku hanya meminta untuk hidup untuk memanggil namanya. Apakah itu sesuatu yang tidak bisa?”

Jung-woo mengemasi barang2nya dan bermain baseball untuk yang terakhir kalinya dengan Jun-su. Jung-woo melempar bolanya dengan keras hingga bola itu menghilang dengan matahari. Kemudian, Jung-woo melempar tongkat baseball-nya ke sungai saat dia melepaskan cintanya.

Ki-hoon bertemu dengan ayahnya. Dia mengatakan kalau dia ingin agar mereka hidup bersama, yang membuat ayahnya menangis. Ki-hoon berkata kalau sudah berkali-kali dia menginginkan ayah hanya menjadi ayah untuknya, tidak lebih. Ki-hoon berkata dia tahu bahwa meminta ayahnya untuk berkata jujur adalah mungkin memenjarakannya yang hanya Tuhan yang tahu sampai berapa lama.

Ki-hoon: “Aku akan menunggumu. Bersama dengan seorang gadis cantik, kami akan mendapatkan sebuah rumah untuk kau tinggali dan kami akan menunggumu. Gadis itu berjanji untuk melakukan itu. Selain aku… jangan berpegang pada yang lain, ayah.” Dan Ki-hoon menang dengan mudah. Dia memegang tangan ayahnya ketika kedua pria itu menangis. Ayah akhirnya jujur untuk pertama kalinya dan meletakkan tangannya di tangan Ki-hoon, bahagia pada kasih sayang Ki-hoon.

Eun-jo gelisah menunggu pesan dari Ki-hoon. Hyo-sun masuk untuk memberitahu kalau para tetua memutuskan untuk menjual saham mereka ke Hong Ju, yang tidak mengejutkan Eun-jo sebab dia tahu nilainya. Tapi dia tidak memberitahu Hyo-sun kenapa. Hyo-sun ingin memberitahu Ki-hoon jadi dia memberitahu Eun-jo untuk pergi ke Seoul bersamanya dan mencoba menemui Ki-hoon disana. Eun-jo mulai memberitahu Ki-hoon tapi dia menghentikannya.

Eun-jo berpikir sendiri, “Aku ingin mengatakan, bagaimana kalau seandainya aku hanya memikirkan diriku sendiri? Jika aku hanya melakukan seperti yang aku inginkan, apa yang akan kau lakukan? Tapi anak ini, yang berkata kalau aku mencuri segalanya darinya, yang berkata dia tidak punya apapaun yang tertinggal, aku tidak bisa membuka mulutku di depannya.” Eun-jo setuju pergi yang membuat Hyo-sun tersenyum.

Eun-jo pergi keluar dan paman Hyo-sun menyerahkan sepucuk surat padanya dari Jung-woo. Surat Jung-woo: “Tidak peduli dimanapun aku berada, tidak peduli dimanapun kau berada, satu2nya wanita dalam hatiku adalah kau. Tidak peduli apapun yang kau lakukan, aku akan selalu mencarimu. Jika kau memerlukanku, aku akan datang. Ingatlah itu.”

Eun-jo berlari sambil bergumam, “Jung-woo ya!” Eun-jo berlari ke stasiun bus sambil memanggil Jung-woo dan ketika Jung-woo melihat Eun-jo datang, dia menghampiri noona-nya. Eun-jo bertanya kemana Jung-woo akan pergi, apakah dia punya tempat tujuan. Jung-woo menjamin kalau dia punya banyak tempat untuk dituju. Eun-jo meminta Jung-woo untuk bersikap kejam dan menarik tangan Jung-woo. Eun-jo begitu mungil hingga Jung-woo dengan mudah memeluknya. Jung-woo berkata, “Aku ingin memelukmu seperti ini, sekali saja. Jika aku melepaskanmu sekarang, kau akan memukulku, kan?”

Jung-woo berkata semuanya akan baik2 saja, dia hanya akan dipukul sebelum dia pergi. Jung-woo memberikan jaminan pada Eun-jo kalau dia tidak akan kelaparan, jadi Eun-jo tidak perlu mengkhawatirkannya. Jung-woo: “Jika kau tidak hidup dengan baik, aku akan langsung tahu. Jika kau pikir kau mungkin memerlukanku, aku akan langsung tahu. Jika kau tidak ingin aku datang, hiduplah dengan baik.”

Eun-jo mencoba dengan mengatakan kalau Jung-woo tidak bisa pergi di saat dia belum melakukan apa2 untuk Jung-woo. Eun-jo memohon agar Jung-woo menunggu tapi Jung-woo sudah berkeras kalau dia harus pergi. Jung-woo tersenyum dan berkata, “Tidak peduli kemanapun kau pergi, aku akan bersamamu. Kau tahu itu, kan?” Jung-woo naik bus dan memberikan Eun-jo senyuman terakhirnya.

Kepergian Jung-woo membuat Eun-jo memikirkan sesuatu. Eun-jo berpikir kalau pergi lebih mudah dari yang dia pikirkan sebelumnya – kau hanya pergi melakukannya seperti itu, mudah dengan sebuah senyuman seperti Jung-woo. Eun-jo masuk ke kamarnya dan mengeluarkan ransel tuanya sambil mengingat kata2 Dae-sung kalau dia boleh bergantung padanya. Ki-hoon menelpon dalam perjalannya pulang ke rumah. Dia mengatakan kalau dia akan mencari Eun-jo dan bahwa dia merindukan Eun-jo dan bahwa dia melakukan yang terbaik, dengan memikirkan Eun-jo. Eun-jo menangis ketika mengatakan pada Ki-hoon kalau dia melakukan yang terbaik. Ki-hoon: “Eun-jo ya, aku lapar. Aku akan datang padamu… pada gadis jahatku.”

Eun-jo mengemasi barang2nya dan pergi. Ki-hoon kembali dan menemukan sebuah surat: “Tolong jaga Hyo-sun.” dan Eun-jo pun telah pergi. Hyo-sun terguncang mendengar berita ini, “Kakak meninggalkanku dan pergi.” Ki-hoon memohon pada ibu untuk memberitahunya kemana Eun-jo pergi. Tapi ibu menolak memberitahu dengan berbohong dan mengatakan kalau dia tidak tahu kemana Eun-jo pergi.

Beberapa bulan lewat dan perusahaan anggur berjalan dengan baik. Paman Hyo-sun masih disana. Hyo-sun mendapat pesan dari seorang temannya kalau seseorang tahu Gu Eun-jo di sebuah lab, jadi Hyo-sun bergegas untuk memeriksanya. Hyo-sun bertanya apakah kali ini memang sungguhan. Mobil Ki-hoon terparkir di luar yang menaikkan harapan Hyo-sun, tapi ternyata Gu Eun-jo yang ini adalah seorang pria jadi mereka pulang dengan kecewa.

Di luar, Hyo-sun bertanya apakah Ki-hoon dan Eun-jo berjanji sebelum Eun-jo pergi. Ki-hoon mengiyakan dan Hyo-sun mulai menepis tangan Ki-hoon. Hyo-sun bertanya kenapa Ki-hoon tidak mengatakannya sebelumnya ketika dia berkata kalau mereka memulai dari awal lagi. Ki-hoon menjawab kalau dia perlu waktu untuk berpikir, sebab Eun-jo memintanya untuk menjaga Hyo-sun di dalam suratnya dan Ki-hoon tidak tahu apa maksudnya itu. Ki-hoon berpikir kalau sampai Eun-jo kembali, dia akan menjaga Hyo-sun. Hyo-sun akhirnya mengerti sekarang. Dia meminta Ki-hoon untuk berhenti dan sebaiknya mereka bergabung untuk mencari Eun-jo.

Ketika Ki-hoon beranjak pergi, Hyo-sun mengatakan kalau sekarang Ki-hoon yang ditolak olehnya dan Hyo-sun terlihat sedikit membaik. Hyo-sun bertanya, dengan air mata mengalir, kalau ketika Eun-jo kembali, apakah Ki-hoon mau pergi untuk beberapa saat. Dengan cara seperti itu, ketika Ki-hoon kembali, dia akan bisa menganggap Ki-hoon sebagai kakak iparnya. Ki-hoon mengiyakan. Hyo-sun mulai menangis ketika dia berkata kalau dia merindukan Eun-jo.

Ternyata pria itu memang bukan Eun-jo tapi teman kantor Eun-jo yang dia minta untuk berbohong untuknya. Ki-hoon kebetulan mendengar pria itu di jalan dan mendengarkannya memperkenalkan diri dengan nama aslinya melalui telpon. Itu membuat Ki-hoon berhenti tapi Ki-hoon tidak memikirkan hal lain lagi.

Hyo-sun kemudian menelpon Ki-hoon dan mengatakan kalau dia membaca sebuah artikel di majalah tentang ragi, yang tidak mencantumkan nama Eun-jo tapi kelihatannya dia yang menulisnya. Nama tempat penelitiannya sama dengan nama lab yang mereka datangi sebelumnya. Ini membuat Ki-hoon teringat pada pria yang memakai nama aslinya dan dia pun bergegas.

Eun-jo pulang kerja dan ketika dia keluar, Ki-hoon berdiri di seberang jalan memandangi Eun-jo. Ki-hoon terlihat marah. Eun-jo melarikan diri dan Ki-hoon mengejarnya sambil memanggil namanya. Eun-jo tetap berlari dan membuat Ki-hoon memutuskan untuk menyeberangi jalan di tengah keramaian jalan raya. Suara klakson terdengar dan rem berdecit ketika Eun-jo berbalik dengan pelan. Dia berjalan seperti zombie ke tengah lengkingan suara klakson tapi Ki-hoon muncul dan meletakkan tangannya di pundak Eun-jo untuk menghentikannya. Dia mengambil tangan Eun-jo dan menuntunnya ke sebuah tempat.

Ki-hoon berteriak pada Eun-jo pada kebodohannya. Eun-jo hanya bertanya, “Nomer empat… apa itu? Dalam ‘Hal untuk diberitahu MMM’… Apa itu nomer empat?” Ki-hoon bertanya, “Apa kau ingin mendengarnya?” Eun-jo: “Aku mungkin tidak pernah bisa mendengarnya dan kau bisa saja mati!” Ki-hoon: “Aku mencintaimu. Kau gadis jahat. Aku mencintaimu.” Eun-jo memeluk Ki-hoon dan mereka pun berciuman. Eun-jo bertanya apa kepanjangan MMM dan Ki-hoon menjawab, “Mi malo muchacha. Gadis jahat-ku.”

Beberapa bulan kemudian, seluruh keluarga mengambil penghargaan untuk perusahaan anggur dan Ki-hoon muncul sebab dia telah pergi sebelumnya seperti permintaan Hyo-sun. Eun-jo dan Hyo-sun pergi ke kantor Dae-sung dan mempersembahkan penghargaan dan bunga untuk ayah. Hyo-sun berbalik pada Eun-jo: “Bukankah ada hal yang ingin kau akui, di hadapan ayah? Apakah kau tidak tahu apa yang aku maksud? Aku… merindukanmu.” Dia melihat kakakanya dan Eun-jo berkata, “Aku… juga merindukanmu.”

Hyo-sun dengan lembut mengambil tangan Eun-jo dengan foto Dae-sung sebagai latar belakangnya. Mereka berpelukan sebab akhirnya bisa saling menyayangi sebagai saudara. Dae-sung muncul diantara mereka yang membuat mereka semakin merasakan kehadirannya.

>> HAPPY ENDING << : ) thankss all^